"Kalau kakak ragu, datang saja padaku." Davira menghela kasar napasnya. Tak henti-hentinya ujung kuku runcing gadis itu saling beradu satu sama lain untuk meredakan kegelisahannya siang ini. Meskipun sorot mata bulat gadis berambut hitam pekat itu masih terfokus pada pantulan bola yang diciptakan oleh kekasihnya jauh di tengah lapangan, namun pikiran dalam kepalanya melayang entah ke mana perginya. Perkataan yang ia dengar beberapa hari lalu itu benar-benar sukses membuatnya tidak tenang hingga siang ini. Davira tak tahu, ada apa dengannya belakangan ini. Tentang Adam, entah sejak kapan ia mulai meragukan kekasih hati yang hampir genap dua tahun menjalin hubungan dengannya itu.
"Sampai kapan lo mau kucing-kucingan sama Adam?" Suara bariton membuyarkan lamunan Davira. Fokusnya yang tadinya untuk Adam, kini diambil paksa oleh perawakan jangkung yang tak asing olehnya.
"Siapa? Gue?" Davira menyipitkan matanya.
"Davira Faranisa. Itu lo 'kan?"
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com