webnovel

Prolog

Hari sudah pagi, dimana bisa kulihat langit berwarna biru cerah dengan matahari yang terang diatasnya. Terdengar juga para penduduk desa yang sedang berbicara sambil berjalan menuju ke pasar untuk membeli makanan kehidupan sehari-hari.

Itu mungkin adalah pertanda bahwa aku juga harus pergi beranjak dari kasur yang terbuat dari jerami ini.

"Selamat pagi Venn! Apakah kamu ada disana?" terdengar suara bapak yang sudah tua bangka mengetuk pintu rumahku yang sederhana ini.

"Iya kakek, saya ada di dalam rumah. Sebentar saya mau keluar."

Aku pun keluar dan melihat kakek sudah berdiri dengan tongkatnya yang khas itu. Dia memberiku sekotak nasi. Memang dia adalah kakek yang peduli padaku sejak lima tahun yang lalu. Memang mungkin meskipun dia bukan kakek kandungku, aku tetap sayang padanya.

"Apakah kamu mau makan bersama sebelum pergi ke peternakan milik Anderson?" tanya kakek itu.

"Maaf kakek, saya sudah terlambat sebenarnya nanti dimarahin sama Pak Anderson malah haha." kataku sambil berlari ke tempat peternakan.

Sesampainya di peternakan ku berjalan masuk ke dalamnya, menyalakan lilin untuk menerangi peternakan. Diiringi oleh suara hujan yang seketika muncul meskipun tadi saat aku bangun, langit terang benderang.

Sebentar, ada hal yang aneh. Mengapa Pak Anderson yang mengerjakanku belum datang? Ini sudah pukul 9.35 dan menurutku ini telat sih. Padahal dia adalah orang yang disiplin. Yasudah aku makan nasi kotak dulu saja. Seketika saat aku makan nasi kotak yang berisi ikan bakar, sayur, dan cabai, aku mendengar seseorang berteriak.

"KYAAAA, TOLONG!" terdengar teriakan seorang wanita yang diiringi suara keramaian orang-orang dari luar bangunan ini.

Karena sikapku yang penasaran, aku pun melihat keluar dan aku sangat terkejut dengan apa yang kulihat.

Iya, benar... Pak Anderson, pemilik peternak ini sedang terbaring di tanah dengan darah di sekelilingnya. Rasa hampa memasuki hati seperti disambar petir. Anderson adalah seorang pria berumur 40 tahun yang menolongku 5 tahun lalu katanya. Dia adalah orang pertama yang mengulurkan tangan, membawaku kesini, dan menawarkanku pekerjaan beternak.

Aku segera berlari dengan mata yang berkaca-kaca menuju letak Pak Anderson. Beberapa orang menghalangiku untuk pergi mendekatinya karena umurku yang masih kecil katanya. Tetapi aku tidak peduli. Hatiku memecah saat melihat Pak Anderson sudah diselimuti oleh kain putih dan dia sudah meninggal.

Aku belum siap! Aku sama sekali bingung apa yang terjadi, yang aku tahu hanyalah bangun pagi dan menuju ke peternakan. Tetapi mengapa hari ini berbeda? Mengapa seketika ada seorang yang meninggal? Apa penyebabnya?

Pada saat aku berpikir seperti itu. Mendadak Lermon, Seorang laki laki berumur 25 tahun yang memang tinggal disini dan berprofesi sebagai polisi sedang memasukkan Pak Anderson ke tempat pemakaman.

"Apakah ada kenalan dekat dari Pak Anderson?"

Memang kuakui Pak Anderson adalah orang yang pendiam dan sangat jarang bersosialisasi. Karena itu tidak ada yang dekat dengannya kecuali denganku.

"Sekali lagi aku bertanya, siapa yang dekat dengan Pak Anderson?" tanya Lermon dengan tegas.

Aku pun mengangkat tangan pelan.

"Oke.. nama kamu siapa? Venn ya? Sini akan kuberi sesuatu."

Dia membawaku pergi, menjauh dari kerumunan orang-orang itu.

"Hmm... maaf ya sebenarnya dari tubuh Pak Anderson. Dia terlihat seperti dia dibunuh atau dirampok oleh seseorang. Terdapat luka tusukan dan lain-lainnya."

"Aku pun terkejut mengapa ada orang yang sejahat itu." Saat aku mengatakan itu dalam pikiranku seketika ku mengingat kata kata Pak Anderson yang telah dikatakannya 5 hari yang lalu.

"Kebanyakan manusia disini orang munafik ya? Lihatlah mereka sedang berbincang - bincang dekat sekali. Padahal dari mata mereka jelas sekali dipenuhi benci satu sama lain. Kuharap kamu tidak begitu ya, Ven."

Saat dalam otakku terjadi keadaan flashback. Muncul sebuah pertanyaan yang terbesit dalam pikiranku.

"Kak Lermon .. Siapa pembunuhnya?" tanyaku.

"Saya kurang tahu, tetapi yang pasti orang ini kenal Pak Anderson karena dia tahu letak kelemahannya. Uhmm.. satu lagi sebenarnya Pak Anderson sudah meninggal sejak tadi malam ... Jadi dia harus segera dikubur." kata Pak Lermon.

"Jadi sekarang?" tanyaku.

"Tentu saja, nak. Tidak baik lama lama." jawabnya.

Maka karena itu terdengarlah suara sekop yang menghantam tanah dengan keras. Untuk apa? Ya tidak harus kujelaskan kembali rupanya.

Memang letak semua bangunan penting disini sangat berdekatan. Pasar hanya 1,5 kilometer dari sini. Sedangkan tempatku berdiri disini terdapat tempat pemakaman, peternakan, perumahan, perkebunan, pertanian sudah berhadap-hadapan. Hal ini disebabkan oleh karena desa yang kita tinggali sangat kecil. Sehingga bangunan bangunan pokok tempatnya sangat dihemat.

Tempat dimana tadi Pak Anderson tergeletak sudah tidak ada orangnya. Mereka semua sudah pindah di dalam tempat pemakaman. Saat kumasuk, sudah ada orang yang berdoa agar Jiwa Pak Anderson tenang disana.

Seiring doa itu, tubuh Pak Anderson yang diselimuti kain itu langsung dimasukkan kedalam tanah coklat tua yang basah karena hujan yang masih cukup deras.

"SROKK .. SROKK .. SROKK" tanah yang tadi berlubang pun sudah selesai dan Pak Anderson sudah terkubur dengan aman.

"Semoga Pak Anderson tenang ya disana.. tenang aku akan beternak dengan baik kok Pak. Semua ajaranmu dan kata-katamu akan kuingat. Terima kasih atas jasamu Pak.."

Setelah pemakaman sudah selesai, semua sudah bergegas keluar dari tempat pemakaman sedangkan aku masih memberi bunga-bunga diatas tanahnya.

Seketika saat aku memberi bunga, aku mendengar ibu-ibu sedang berbicara dibelakangku. "

"Sebentar.. tadi yang dipanggil Lermon itu siapa? Bukannya Pak Anderson tidak punya kenalan ya Haha. Makanya hidup kok tidak bergaul."

"Itu loh anak yang disayang oleh Pak Anderson" kata seseorang yang berbicara tentangku dan tepat dibelakang ku.

"Bukannya Pak anderson tidak punya istri dan anak ya?"

"Iya memang .. anak pungut kali" dengan ketawa kecil.

Ku menghela napas, meletakkan keranjang bunga, dan aku segera pergi dari tempat pemakaman. Aku langsung pergi ke dalam rumahku dan menangis sekencang-kencangnya tentang hari ini.

Kurasa meskipun mereka tahu aku sayang Pak Anderson dan dia meninggal pun tak ada yang peduli denganku. Karena itulah mereka malah mengatakan hal yang menyakitkan. Entah mereka bodoh atau apa, tetapi bukankah dia harusnya tahu kalau dia berbicara dibelakangku. Ya aku pasti dengarlah.

Padahal sejak awal kedatanganku disini, aku sama sekali tidak pernah mengusik mereka. Kenapa mereka sungguh jahat padaku? Tidak, tidak hanya mereka memang. Semua penduduk di desa ini memang jahat padaku dari awal aku datang?

Apa salahku? Kenapa aku lupa apa yang terjadi 5 tahun yang lalu? Aku pun tahu semuanya hanya karena diceritakan oleh Pak Anderson. Mengapa aku harus ada disini?