webnovel

On - Off

Ketika Yuedi melihat Love memberikan informasi ID dan passwordnya, dia merasa terkejut. Namun, beberapa detik kemudian dia mulai tersenyum.

Tears : Kenapa kamu memberitahuku?

Love : Lupakan saja.

Tears : ....

Sebenarnya Heni sangat senang karena dia bisa bertemu lagi dengan Tears setelah lima tahun tidak bermain bersama. Apalagi sekarang Tears menjadi pemain terkuat di seluruh server. Itu membuat Heni merasa senang seperti sedang menang lotre. Ditambah lagi, Tears memperlakukannya dengan baik, membantu Heni leveling, memberinya koin yang tak sedikit, Tears juga selalu ada disamping Heni setiap dia online.

Karena itu, tanpa sadar Heni memberikan ID dan passwordnya kepada Tears. Hal itu menunjukkan bahwa Heni sangat mempercayainya. Heni juga berpikir ketika Tears memberinya koin, semua koinnya ada di dalam tasnya, jadi jika Tears ingin mengambilnya lagi, dia bisa membuka akun Heni tanpa harus menunggu Heni online.

Di sisi lain, Heni juga merasa mungkin dia terlalu terburu - buru memberikan akunnya. Bagaimanapun juga, ID dan passwordnya itu Heni gunakan untuk semua akun sosmednya. Heni mencoba untuk menenangkan dirinya kalau Tears tidak akan menggunakan akunnya secara sembarangan.

Tears : Aku akan memakai akunmu ketika kamu offline, supaya cepat naik level.

Love : Kenapa harus tergesa - gesa untuk leveling? Bisakah levelingnya pelan - pelan saja? Aku ingin mengetahui setiap cerita dari misi yang kuambil, daripada harus mengejar level.

Tears : Aku hanya akan mengarahkan karaktermu mengikutiku dari belakang. Aku tidak akan menyentuh semua misi, jadi kamu bisa tetap mengerjakan misi yang kau suka. Lagipula level kita terlalu jauh jaraknya. Misi pasangan juga pasti akan bertemu dengan monster yang lebih kuat. Jadi, bagaimana?

Love : Baiklah, aku mengerti. Ayo, kita mulai leveling.

Mereka berdua melanjutkan untuk menyelesaikan misi yang telah diterima. Dengan adanya Tears yang membunuh semua monster, Heni melihat jumlah expnya terus naik. Dengan senang hati Heni terus mengikuti Tears dan memandang kagum ke karakter Tears. Beberapa detik kemudian dia melihat layarnya berwarna merah.

[ Sistem ] : Kamu telah terbunuh.

Love : Kenapa kau membunuhku....?

Tears : Supaya kita lebih dekat.

Love : Memangnya dengan membunuhku kita bisa jadi dekat? Aku tak pernah mendengar hal semacam itu.

Tears : Bukan dekat di game, tetapi supaya hubungan kita lebih dekat secara nyata.

Love : .....

Tears : Aku melihatmu begitu nyaman mengikutiku di belakang, aku hanya iseng sedikit, untuk mengganggumu.

Love : (=____=)

Heni merasa kalau Tears yang ia kenal sekarang tampak berbeda dari yang dulu. Sekarang dia selalu berbuat jahil dan iseng berbeda dengan dia yang dulu, periang, konyol dan selalu mengikuti Heni. Heni menoleh ke arah jam dinding, dan dia terkejut bahwa sekarang sudah jam sepuluh malam.

Love : Jam berapa kamu tidur?

Tears : Kamu ingin tidur?

Love : Belum, aku takut kalau aku telah banyak menyita waktumu. Bukannya tadi kamu sedang siaran langsung? Apa tak ada masalah, kamu pergi begitu saja?

Tears : Tak apa, jangan dipikirkan.

Love : Jangan ulangi lagi!

Tears : Hah?

Love : Aku tak akan meninggalkanmu lagi, aku akan tetap online. Aku baru menyadari ternyata kamu mempunyai banyak penggemar, dan mereka juga menyukaimu. Jadi jangan cuma karena aku, kamu meninggalkan siaranmu, aku akan merasa bersalah.

Tears : Kalau begitu, kamu atur waktu onlinemu supaya berbeda dengan jadwal siaranku. Kalau tidak, aku akan linglung sepanjang waktu.

Love : ....

Tears : Aku akan menunggumu besok. Met malam.

Love : Malam.

***

Yuedi melihat nama Love menjadi abu di daftar temannya, kemudian bibirnya tersenyum menandakan betapa bahagianya dia. Dia mengambil laptopnya, menaruhnya disamping komputernya, kemudian dia membuka Perfect World. Dia memasukkan ID dan password yang diberikan oleh Love, kemudian dia menekan login.

Beberapa detik kemudian, dia melihat ke arah komputernya.

[ Sistem ] : Kekasihmu Love telah online.

Yuedi melihat ke daftar temannya, nama Love sudah tidak lagi berwarna abu, melainkan berwarna kuning menyala. Yuedi merasa senang. Kemudian dia mengeluarkan akun Love. Sepuluh detik kemudian dia memasukkan akun Love lagi.

Qin Yu stared at that name on his friend list once again; it's no longer grey, but lit up instead. Qin Yu felt incredibly pleased.

[ Sistem ] : Kekasihmu Love telah online.

Yuedi menyeringai, dan tertawa bahagia mengalir keluar dari mulutnya. Dia benar-benar bertingkah seperti anak kecil yang baru saja menemukan mainan favoritnya. Dia memakai akun Love hanya untuk online, kemudian dia offline lagi, online, offline, dia mengulanginya beberapa kali.

Selama bertahun-tahun, hampir setiap kali dia bermain game, satu hal yang selalu dinanti-nantikan Yuedi adalah kilasan dari notifikasi sistem ini. Kadang-kadang, dia bahkan berpikir ingin menemukan seorang hacker untuk mencuri informasi akun Love, sehingga ia bisa memainkannya sesekali, dan melihat nama itu menyala lagi, dia benar - benar akan melakukan penipuan pada dirinya sendiri.

Hingga hari ini, akhirnya, dia merasa benar-benar bahagia. Menyaksikan kalimat ini muncul lagi dan lagi, kekosongan dan rasa sakit di hatinya, yang telah menumpuk setelah menunggu selama lima tahun, seolah-olah kini telah tersembuhkan sedikit.

Yuedi melakukan ini sekitar tujuh atau delapan kali, sebelum akhirnya dia puas. Dia kemudian melihat kembali ID Love yang telah dia tulis sebelumnya, hnokt8989. Otak Detektif Sherlock Holmes - Yuedi mulai beroperasi.

"hn mungkin nama panggilannya, okt mungkin nama panjangnya, atau bulannya."

"Oke dimulai dulu dari hn, bisa jadi hana, hani, hena, heni, hino, sepertinya cuma segitu yang cocok untuk dijadikan nama."

"Tapi Love bilang dia kuliah di UGM, dia kakak senior. Besok aku akan mulai mencarinya."

Namun, dengan tidak adanya bukti yang cukup, ia enggan berspekulasi terlalu banyak. Bagaimanapun, Yuedi tidak cemas, dia masih punya waktu untuk mencari tahu. Memikirkan hal ini, dia meletakkan kembali catatan itu di atas meja, lalu pergi tidur dengan suasana hati yang sangat baik.