webnovel

BAB 10 - KEDATANGAN KERREL

Hari ini adalah hari konser anniversary Liam. Beberapa karyawan sudah stand by di tempat konser Liam sejak jam 6 pagi. Terutama tim busana, ada banyak pakaian yang harus mereka ubah. Sedangkan Hani dan Kennie sedang dalam perjalanan menuju ke tempat konser Liam.

"Tante, Papa pulangnya kapan?" tanya Kennie pada Hani.

"Papa kamu bilang diusahakan pulang secepatnya, tapi tidak bilang kapan tanggal pasti pulangnya." jawab Hani.

Di tempat lain, Kerrel dan Sekretarisnya, Andi sudah keluar dari bandara. Kerrel berencana ingin menyusul Hani dan Kennie ke tempat konser Liam. Kerrel merasa jika dia harus membantu Hani karena Hani sudah membantunya merawat Kennie selama beberapa hari ini.

"Langsung pulang, Pak?" tanya Andi.

"Tidak, kita ke tempat konser Liam." jawab Kerrel.

"Baik, Pak."

**

Kerrel dan Andi telah sampai di parkiran gedung konser Liam.

"Kamu langsung pulang istirahat saja, sebelum itu tolong antarkan koper saya dulu ke rumah. Nanti saya pulang naik mobil Hani." jelas Kerrel.

"Baik, Pak. Kalau misalnya Bapak kelelahan dan ingin pulang lebih cepat, bisa langsung menghubungi saya, Pak."

"Oh gak masalah. Saya yakin kamu juga kelelahan. Kalau saya mau pulang lebih cepat, nanti saya cari taksi saja. Hati-hati di jalan yah."

Kerrel turun dari mobilnya dan melihat dari jarak 10 meter bahwa Hani dan Kennie baru keluar dari dalam mobil Hani. Kerrel sampai tepat waktu ke lokasi.

"Kennie… Hani…" teriak Kerrel. Mendengar panggilan Kerrel, Kennie melihat ke sekelilingnya dan mendapati jika Kerrel sedang berdiri tidak jauh dari tempat dia dan Hani berdiri.

Kerrel melepaskan genggaman tangannya dari tangan Hani dan langsung berlari memeluk Kerrel. "Papa kapan sampai? Kenapa tidak bilang sama Kennie kalau Papa mau ke sini?" tanya Kennie penasaran.

"Papa baru sampai 1 jam yang lalu. Begitu sampai, Papa langsung ke sini karena kangen banget sama Kennie. Papa memang bermaksud untuk memberikan kejutan." jawab Kerrel.

Hani menyusul Kennie dengan berjalan ke arah Kerrel.

"Oh benarkah? Jadi Papa hari ini akan menemani Kennie dan Tante Hani?" tanya Kennie lagi.

"Iya benar, pekerjaan Papa sudah selesai. Jadi siapa tahu kalian membutuhkan Papa di sini."

Setelah menjawab pertanyaan Kennie, Kerrel melihat ke belakang Kennie dan ternyata Hani sedang berdiri memperhatikan mereka.

Kerrel langsung mengalihkan pandangannya kepada Hani.

"Kamu apa kabar? Sehat kan?" tanya Kerrel pada Hani. Hani sebenarnya sedang terpesona dengan penampilan Kerrel yang sepertinya bertambah tampan hari ini. "Apa karena aku sudah lama tidak melihat Kerrel? Astaga Hani! Mikir apa sih!!", pikir Hani.

"Hani???" Panggilan Kerrel membuyarkan lamunan Hani.

"Iya?" Hani menjawab dengan gugup seolah-olah dia sedang tertangkap basah sedang memperhatikan wajah Kerrel.

"Kamu kenapa? Lagi sakit?" Kerrel langsung menempelkan punggung tangannya ke dahi Hani untuk mengecek apakah Hani sedang sakit. Hani yang merasakan kehangatan tangan Kerrel di dahinya bertambah gugup dan malu. Hani takut jika Kerrel mengetahui jika Hani sedang tersipu saat ini.

Hani menepis lembut tangan Kerrel, "Saya baik-baik saja."

"Ayo kita ke dalam, yang lain pasti butuh bantuan kita di dalam." kata Hani berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Oke, kita masuk kalau begitu" jawab Kerrel.

Kerrel dan Hani masuk ke dalam gedung bersama Kennie.

Begitu karyawan melihat Hani, Kerrel, dan Kennie datang dari balik pintu, karyawan-karyawan langsung menyapa Hani dan Kerrel sebagai atasan mereka.

"Wah.. Bapak Kerrel datang bersama Ibu Hani?" bisik karyawan-karyawan yang ada di sana.

"Udah, jangan gossip! Kerjaan kita masih banyak tahu!" protes Tia.

Tia lalu mendekat ke arah Kerrel, Hani, dan Kennie yang masih berdiri di dekat pintu.

"Selamat pagi, Pak Kerrel. Selamat pagi, Kennie." sapa Tia dengan tersenyum. Tia yakin jika Hani dan Kerrel bukan hanya sekedar rekan kerja.

"Aku tidak disapa?" protes Hani.

"Kamu ngak perlu! Udah terlalu sering lihat kamu." jawab Tia.

Karyawan lain terlihat canggung karena Kerrel tiba-tiba datang. Mereka seperti merasa jika Kerrel datang untuk mengawasi pekerjaan mereka dari dekat. Karyawan YY Entertainment juga merasa aneh karena biasanya Kerrel jarang mengawasi langsung pekerjaan mereka karena Kerrel banyak sekali pekerjaan lain yang harus dia urus secara langsung. Karyawan YY merasa cemas apa mereka telah melakukan kesalahan fatal, sehingga Kerrel harus secara langsung menemui mereka seperti ini.

Hani menyadari kecanggungan yang ada dalam ruangan. "Sepertinya kamu harus jelaskan mengenai kedatangan kamu hari ini." bisik Hani pada Kerrel.

"Baiklah, sepertinya kalian agak terkejut karena saya datang tanpa memberitahu lebih dulu. Saya datang sebenarnya bukan untuk memarahi kalian, jadi kalian tidak usah gugup seperti itu. Saya datang untuk menemani Kennie, anak saya dan juga membantu pekerjaan Hani dan karyawan yang lain. Siapa tahu kalian butuh bantuan saya. Saya baru sampai tadi pagi, langsung ke sini begitu sampai. Jadi maaf tidak bisa ikut membantu dari kemarin."

"Oh… iya tidak masalah, Pak" jawab salah satu karyawan.

"Baiklah, kalian bisa lanjut bekerja. Tidak usah terlalu memikirkan kehadiran saya. Saya datang bukan sebagai atasan, tapi sebagai wali anak saya." tambah Kerrel yang berusaha mencairkan suasana.

"Ayo, kita lanjutkan." ajak Tia.

Setelah melihat karyawan-karyawan melanjutkan pekerjaan mereka, Kerrel mengajak Kennie untuk duduk di sofa yang ada di sana.

"Kalau begitu, sayq bantu mereka dulu. Kalau misalnya kamu dan Kennie bosan, kalian boleh berkeliling gedung." kata Hani pada Kerrel.

"Oke, kamu silakan lanjutkan pekerjaannya." jawab Kerrel,

**

"Pa, kita keliling, yuk. Papa kan baru pertama kali ke sini. Aku akan tunjukkan ruangan-ruangan di sini kepada Papa." ajak Kennie.

"Kalau begitu, ayo kita keliling."

Kennie mengeliling gedung bersama Kerrel hingga tibalah mereka di hall konser. Dari jauh, Kennie bisa melihat Liam sedang berdiri di atas panggung.

"Pa, Papa kenal sama Om itu?" tunjuk Kennie.

"Kenal, kan dia artis di agensi Papa." jawab Kerrel.

"Kalau begitu, Papa tahu ngak. Kenapa sih Om itu bisa dekat sekali dengan Tante Hani?"

"Tante Hani dan Om Liam itu sudah bertemu sejak beberapa bulan lalu. Om Liam harus bertemu Tante Hani hampir tiap minggu karena butuh pencocokan konsep dan busana konser ini. Tentu saja mereka kenal, mungkin kedekatan mereka karena hal itu." jelas Kerrel yang sama sekali tidak mengetahui jika Liam dan Hani sudah saling mengenal sejak lama.

"Oh begitu, tetapi kenapa Om Liam sepertinya berusaha mendekati Tante Hani?" tanya Kennie lagi.

"Mungkin Tante Hani dan Om Liam memang telah menjadi teman dekat karena pekerjaan."

Setelah turun dari panggung, Liam akhirnya mendengar dari Manajernya, Tio jika CEO agensinya, Kerrel datang langsung ke tempat konser hari ini. Liam memutuskan untuk menyapa Kerrel. Tio mengantar Liam untuk bertemu Kerrel yang sedang duduk di kursi penonton.

"Selamat pagi, Pak." sapa Liam pada Kerrel yang sedang menggendong Kennie. Kerrel lalu menoleh ke arah Liam.

"Oh iya, selamat pagi." balas Kerrel.

"Ada yang kurang, Pak? Dari penampilannya?" tanya Liam.

"Oh, tidak ada. Sudah bagus. Saya di sini bukan datang sebagai CEO, tapi datang untuk menemani Kennie." jelas Kerrel karena takut jika Liam merasa terintimidasi dengan kedatangannya.

"Liam, silakan bersiap-siap di ruang tunggu." panggil salah satu karyawan YY Entertainent.

"Baiklah, sebentar lagi aku ke sana." jawab Liam.

"Kalau begitu saya pergi dulu, Pak. Semoga Bapak menikmati penampilan saya." kata Liam pada Kerrel.

"Oh iya tentu saja, akan saya menonton penampilan kamu sampai selesai." jelas Kerrel.

Setelah kepergian Liam, Kerrel dan Kennie kembali ke ruang tunggu karena Kennie mengajak Kerrel untuk melihat Hani.

"Tante sudah selesai?" tanya Kennie pada Hani begitu sampai di ruangan karyawan H&L.

"Iya sudah, tinggal pelaksaan konsernya saja." jawab Hani. Lalu Hani duduk di samping Kennie.

"Tante kecapean? Ini air untuk Tante." kata Kennie sambil memberikan botol air minum pada Hani.

"Untuk Tante mana, Kennie?" tanya Tia yang datang tiba-tiba.

"Tante mau air juga?" tanya Kennie.

"Iya, Tante haus juga nih."

"Kalau begitu, sebentar Tante. Aku ambilkan Tante air yang baru." Kennie lalu turun dari pangkuan Kerrel dan pergi mengambil air baru dari kardus di depan pintu, lalu kembali ke tempat duduk sambil memeluk beberapa botol air dengan tangankecilnya.

"Aduh, kok banyak sekali." kata Tia yang melihat Kennie kesusahan.

"Iya, aku mau kasih ke Tante dan Om lainnya juga." jawab Kennie yang membuat seisi ruangan tertawa.

Kennie memberikan satu botol minum kepada Tia dan membagikan botol-botol minum lainnya kepada beberapa karyawan lain.

"Terima kasih Kennie" kata beberapa karyawan.

Tiba-tiba datang Tio dari balik pintu. "Permisi semuanya, busana-busana Liam sudah boleh dibawa ke ruang tunggu Liam." kata Tio pada semua karyawan.

"Baik, Pak." jawab karyawan-karyawan. Lalu mereka mengangkat busana-busana Liam yang telah diubah dan membawanya keluar dari ruangan.

"Kalian mau di sini saja, atau ikut ke ruang tunggu Liam?" tanya Hani pada Kerrel dan Kennie.

"Aku mau ikut." jawab Kennie.

"Oke, kalau begitu saya ikut juga." jawab Kerrel juga.

"Oke, Rino tolong kunci pintu ruangannya karena sepertinya tidak akan ada yang stay di sini." kata Hani pada Rino, Manajer Tim Kerja Lapangan H&L.

"Baik, Bu." jawab Rino.

Hani lalu pergi menuju ruang tunggu Liam sambil menggendong Kennie bersama dengan Kerrel, Tia, dan Rino.

Begitu mereka sampai di ruang tunggu Liam, Liam langsung berjalan ke arah Hani dan ingin memeluk Hani.

"HANI!" teriak Liam dengan bersemangat. Liam hampir saja memeluk Hani, tetapi berhasil dicegah Kennie yang masih dalam gendongan Hani.

"Om, mau ngapain? Tidak lihat ada aku di sini?" protes Kennie.

"Bodo amat" balas Liam sambil mencibir Kennie.

"Aku belum ada ketemu kamu hari ini, Han. Kangen banget deh!" lanjut Liam sambil mengabaikan Kennie.

"Tolong jaga sikap! Banyak mata yang melihat ke arah kita. Aku tidak mau menimbulkan kesalahpahaman." jawab Hani agak berbisik.

Kerrel menyadari jika apa yang dikatakan Kennie benar, Liam sepertinya akrab dengan Hani.

"Baiklah, kalau begitu aku lanjut make up lagi. Kalau kamu lapar, kamu bisa kasih tahu aku ya." jelas Liam pada Hani.

"Tidak perlu, Om. Ada aku dan Papa yang akan mengingatkan Tante Hani untuk makan. Ya kan, Pa?",

sela Kennie.

"Oh.. iya… Kamu tenang saja, Liam. Nanti aku dan Kennie akan mengajak Hani pergi makan." jawab Kerrel.

Liam lalu kembali ke kursinya untuk melanjutkan riasannya.

"Jadi, apa kalian sudah lapar?" tanya Kerrel pada Kennie dan Hani.

"Iya, lapar Pa." jawab Kennie.

"Kalau begitu, kalian duduk dulu di situ. Saya akan pergi mengambilkan makanan." kata Kerrel.

Hani lalu membawa Kennie untuk duduk di kursi kosong dengan meja yang ada pojok ruangan.

"Tante, apa Tante sangat dekat dengan Om Liam?" tanya Kennie tiba-tiba.

"Sekarang tidak sedekat itu, tapi dulu Om Liam teman dekat Tante."

"Oh begitu yah."

Begitu percakapan Kennie dan Hani selesai, Kerrel juga tiba di tempat mereka sambil membawa beberapa kotak makanan.

"Semuanya, kalian sudah boleh makan siang. Bagi yang lapar, silakan ambil makanan di meja depan ruangan.", jelas Hani pada karyawan-karyawan.

"Baik, Bu." jawab karyawan.

Kerrel, Kennie, dan juga Hani makan dengan tenang sambil memperhatikan kesibukan yang memenuhi ruangan.