webnovel

BAB 09 - TELEPON TIDAK TERDUGA

"Kennie!" panggil seseorang dari pintu. Mendengar namanya dipanggil, Kennie menoleh ke arah pintu dan melihat Sekretaris Hani, Rina di pintu masuk ruangan.

"Sini yuk!" panggil Rina sekali lagi. Setelah memastikan jika Rina yang memanggilnya, Kennie lalu pergi menemui Rina yang memanggilnya.

"Ada apa, Tante?" tanya Kennie.

"Tante mau mengajak Kennie pergi berbelanja. Tante yakin, Kennie pasti bosan karena duduk saja daritadi. Tadi Bu Hani sudah bilang ke Tante agar mengajak Kennie membeli sesuatu yang Kennie inginkan." kata Rina.

"Baiklah, tunggu sebentar. Aku pamit ke Tante Hani dulu." Setelah mengatakan itu, Kennie lalu menuju ke arah Hani. Begitu selesai pamit ke Hani, Kennie lalu pergi bersama Rina.

Kennie dan Rina sudah sampai di supermarket terdekat.

"Kennie mau beli apa?" tanya Rina pada Kennie.

"Kennie mau beli minuman, Tante." jawab Kennie.

"Oke, kalau begitu kita pergi mencari minuman dulu." Rina menggandeng tangan Kennie untuk ke bagian minuman.

"Silakan dipilih, Kennie." kata Rina.

"Kira-kira Tante Hani suka minum apa ya?" tanya Kennie agak berbisik.

"Kennie bukannya mencari minuman untuk Kennie? Apa Tante Hani ada menitipkan sesuatu pada Kennie?" tanya Rina penasaran.

"Tidak ada sih, Tante. Tetapi aku rasa Tante Hani juga perlu minuman yang dingin. Aku lihat Tante Hani sangat sibuk tadi. Aku yakin Tante Hani pasti kelelahan." jelas Kennie. Rina terkejut mendengar penjelasan Kennie. "Bagaimana bisa anak umur segini malah memkirkan orang lain duluan daripada dirinya, apa karena orang itu Hani makanya Kennie bisa seperti ini?" pikir Rina.

Kennie memilih minuman teh dalam kemasan botol untuk dirinya dan kopi dalam kemasan botol untuk Hani. "Ini untuk aku, ini untuk Tante Hani. Tante silakan pilih Tante mau minuman apa." kata Kennie.

"Mengapa Kennie memilih kopi ini?" tanya Rina.

"Biasanya kalau Papa kelelahan, Papa akan meminum kopi. Aku memang belum pernah mencobanya karena Papa bilang ini bukan untuk anak seumuranku, tetapi aku yakin Tante Hani akan suka." jawab Kennie.

"Oke, kalau begitu Tante juga mau sama seperti punya Kennie." kata Rina. Kennie lalu mengambil teh yang sama dan meletakkannya di keranjang.

Setelah itu, mereka pergi ke bagian makanan dan membeli beberapa camilan dan roti untuk Kennie.

"Ayo, kita kembali ke lokasi konser lagi." ajak Rina. Mereka berdua naik ke mobil dan menuju ke tempat konser.

Setelah sampai, Kennie dan Rina melihat jika karyawan H&L dan tim konser Liam masih sibuk melakukan rehearsal dengan busana yang akan digunakan Liam besok. Kennie melihat Hani di samping panggung sedang mengarahkan tim busana dan menjelaskan detail penggantian busana.

"Tante Hani" panggil Kennie. Hani melihat ke arah Kennie yang terlihat memegang makanan dan minuman dikedua tangannya. Hani menghentikan pekerjaannya sebentar untuk menjawab Kennie.

"Ya, Kennie? Sudah balik ternyata." kata Hani.

"Ini aku beli kopi dan roti untuk Tante Hani." kata Kennie bangga sambil menunjukkan apa yang dibawanya.

"Jadi ini untuk Tante?" tanya Hani memastikan.

"Ya, Tante. Aku berpikir sepertinya Tante membutuhkan ini."

"Wah… Terima kasih banyak Kennie." kata Hani sambil mengelus kepala Kennie. Hani lalu mengambil makanan dan minuman dari tangan kecil Kennie.

"Setelah ini, kita akan makan bersama. Kennie tunggu di ruang tunggu dulu ya sama Tante Rina." tambah Hani.

Kennie lalu pergi bersama Rina menuju ruang tunggu karyawan H&L dan Hani kembali menyibukkan dirinya.

"Hani, aku rasa kita harus menambahkan sedikit aksesoris lagi pada pakaian untuk lagu ini. Karena aku rasa jika lagu ini diperlukan pakaian yang mewah agar suasana lagu lebih terasa." jelas Liam pada Hani yang berjongkok di atas panggung sambil menghadap ke Hani yang berada di bawah panggung agar Hani bisa mendengarkan suaranya.

"Baik, Tia bisa tolong catat bagian itu?" kata Hani pada Tia, Manajer Tim Design.

"Oh iya, setelah ini kita istirahat dulu, aku yakin kamu pasti belum makan. Wajahmu telihat pucat." kata Liam pada Hani.

Setelah itu Lian berdiri dan mengarahkan mic ke mulutnya. "Semuanya, kita berhenti sampai di sini dulu. Kita akan istirahat untuk satu jam ke depan. Bagi yang makan dan minum bisa diambil di ruang tunggu masing-masing." jelas Liam lewat mic.

Setelah mendengar Liam mengatakan itu, Hani melihat jam tangannya dan melihat jika saat ini sudah pukul 1 siang. Hani sadar jika Kennie juga belum makan. Hani bergegas membubarkan karyawannya untuk beristirahat.

"Hani!", panggil Liam. Hani lalu melihat ke arah Liam.

"Ayo kita makan bersama!" ajak Liam.

"Maaf aku masih ada urusan." jawab Hani.

Saat Hani berusaha pergi dari tempat itu, Liam mencegat tangan Hani.

"Kamu ada urusan apa lagi? Bukankah aku sudah bilang kalau wajahmu pucat. Kamu juga butuh energi untuk bekerja. Tolong jangan seperi ini! Aku tidak mau kamu sakit hanya karena mengerjakan proyek konserku." kata Liam penuh rasa khawatir.

"Bisa tidak jangan seperti ini! Kita di sini hanya rekan kerja." jawab Hani lalu melepaskan genggaman tangan Liam darinya.

Hani lalu pergi dari auditorium itu menuju ke ruang tunggu. Liam yang khawatir jika Hani akan pingsan, mengikuti Hani dari belakang.

Setelah sampai di dalam ruangan, Hani mencari Kennie dan membiarkan pintu ruang tunggu terbuka lebar.

"Kennie..." panggil Hani. Panggilan Hani mengalihkan perhatian karyawan-karyawan yang ada dalam ruangan.

"Kennie sedang tidur di sofa, Bu." jawab Mina, salah satu karyawan Departemen Hubungan Masyarakat di H&L. Setelah mendengar penjelasan Mina, Hani melihat ke sofa dan menemukan Kennie di sana.

"Aduh… Aku membuat Kennie menunggu hingga ketiduran." kata Hani lalu pergi mendekati Kennie.

"Kennie bangun…" kata Hani perlahan sambil mengusap kepala Kennie. Kennie langsung terbangun dari tidurnya seolah tersihir oleh panggilan Hani.

"Ayo, kita pergi makan. Maaf Tante kelamaan." kata Hani dengan lembut.

Kennie langsung memeluk Hani begitu melihat Hani. Hani menepuk-nepuk punggung Kennie yang memeluknya. Liam yang berada tidak jauh dari pintu ruangan, melihat interaksi Kennie dan Hani yang terlihat sangat dekat. Entah mengapa Liam merasa iri dengan kedekatan mereka. Dulu, Hani yang memanggil namanya dengan lembut, bukan nama Kennie. Hani yang dulu sehangat itu padanya, kini selalu menghindar kapanpun Liam ingin mendekatinya.

Hani menggendong Kennie yang masih setengah tertidur dan berjalan ke arah pintu. Namun, Hani tidak sengaja melihat Liam di luar ruangan.

"Kamu kenapa di sini?" tanya Hani heran.

"Ha? Siapa?" jawab Liam salah tingkah sambil melihat kiri-kanan.

"Siapa lagi? Aku bicara sama kamu. Kamu salah masuk ruangan atau gimana?" tanya Hani lagi.

"Oh… begini. Benar… Sepertinya aku lupa letak ruang tungguku. Kalau begitu aku pergi dulu." jelas Liam. Setelah itu, Liam langsung beranjak dari sana sebelum menjadi pusat perhatian karyawan-karyawan yang ada di sana.

Setelah melihat kepergian Liam, Hani lalu mengumumkan kepada seluruh karyawan bahwa mereka akan pergi makan bersama di restoran yang telah dipesan Hani.

Hani, Kennie, beserta karyawan-karyawan H&L telah sampai di restoran. Hani dan Kennie memilih duduk di ujung meja.

Karyawan-karyawan H&L yang berada di sana memperhatikan Kennie sambil tersenyum-senyum.

"Kennie sekarang sudah umur berapa?" tanya Thomas, manajer tim publikasi dan dokumentasi di H&L.

"Sudah umur 4 tahun, Om." jawab Kennie.

"Wah, kamu lucu banget sih! Boleh gak Tante jadi teman kamu?" tanya Eva.

"Gak cuma lucu aja, gantengnya juga." tambah Tia.

Mendengar banyaknya pujian dari karyawa-karyawan H&L, Kennie mulai tersipu malu. Kennie turun dari kursinya, lalu memeluk Hani yang ada di sampingnya. Hani terkejut karena Kennie tiba-tiba datang memeluknya.

"Kennie kenapa?" bisik Hani.

"Kennie malu." jawab Kennie lebih berbisik.

"Kennie katanya malu" kata Hani agak keras agar karyawan lain bisa mendengar. Mendengar hal itu, satu ruangan dipenuhi tawa karena tingkah Kennie yang sangat lucu.

Saat karyawan lain asik berbincang dan bercanda, makanan mereka telah selesai disajikan di meja.

"Oke semuanya, karena makanannya sudah datang. Kita makan dulu ya. Usahakan makan yang cepat, karena saya yakin staff konser akan mencari kita jika kita tidak standby di sana." kata Hani.

"Baik Bu" jawab karyawan-karyawan H&L.

"Kennie duduk yang benar, makan dulu yuk." kata Hani pada Kennie. Setelah mendengar hal itu, Kennie kembali ke tempat duduknya.

Dring… dring…, handphone Hani berbunyi. Hani melihat handphone-nya dan melihat bahwa Kerrel yang menelponnya.

"Ya, halo?" kata Hani begitu mengangkat telepon.

"Halo, Hani. Saya hanya ingin memastikan apa Kennie sudah makan siang?" tanya Kerrel.

"Iya, kami sedang makan saat ini."

"Kennie ada di sana?"

"Iya ada." jawab Hani.

"Bolehkah saya video call sebentar dengan Kennie?"

"Sebentar saya tanya Kennie dulu."

"Kennie, Papa kamu mau video call. Kamu mau gak?" tanya Hani pada Kennie.

"Papa? Boleh, Tante." jawab Kennie.

"Oke, bentar saya kasih handphone-nya ke Kennie." kata Hani pada Kerrel di telepon.

Hani memberikan handphone-nya pada Kennie saat wajah Kerrel sudah muncul di layar handphone-nya.

"Halo, Pa." sapa Kennie pada Kerrel.

"Halo, Kennie. Kennie lagi apa?"

"Lagi makan, Pa." jawab Kennie.

"Kennie ngak nakal kan hari ini?"

"Ngak, Pa. Aku jadi anak baik kok."

"Oh bagus deh kalau gitu. Kamu makan berdua saja sama Tante Hani?"

"Ngak, Pa. Sama Tante dan Om yang lainnya juga." Jawaban Kennie ini berhasil membuat Kerrel terpaku. 'Oh berarti daritadi seluruh karyawan mendengarkan percakapannya dengan Hani', pikir Kerrel.

"Oh.. benarkah?" kata Kerrel agak terjeda.

"Iya, Pa. Ini Tante dan Om nya." lanjut Kennie sambil menghadapkan kamera depan ke arah karyawan-karyawan Hani agar Kerrel bisa melihat. Hal ini sempat membuat Kerrel tersentak karena dia dan karyawan Hani bertemu secara tidak terduga.

"Oh.. Maafkan saya karena malah menyapa kalian lewat video call, bukan bertemu langsung." kata Kerrel agak terkejut kepada karyawan-karyawan H&L.

"Tidak masalah, Pak. Kami merasa sudah bertemu Bapak langsung kok, karena Kennie sangat mirip dengan Bapak." jawab Tia membuat karyawan lain tertawa.

"Oh benarkah? Kennie tidak menyusahkan kalian kan?" tanya Kerrel.

"Tidak, Pak. Kennie malah banyak membantu. Dia membuat rasa lelah kami sedikit berkurang karena dia terus menghibur kami, Pak." jelas Rina.

"Pa, sudah belum bicaranya? Tangan Kennie capek nih!" protes Kennie yang masih memegang handphone Hani yang mengarah ke karyawan. Aksi protes Kennie ini membuat seluruh ruangan tertawa dan mereka yakin bahwa hanya Kennie yang berani mengatakan hal itu pada Kerrel.

"Oh iya, maafkan Papa, Kennie. Baiklah, kalian bisa lanjut makan. Boleh Papa bicara dengan Tante Hani, Kennie?" kata Kerrel setelah mendengar protes Kennie.

"Oke, Pa. Ini Tante Hani nya." kata Kennie sambil mengarahkan handphone ke arah Hani.

Hani mengambil handphone-nya dari tangan Kennie, lalu mematikan kamera dan mode speakernya.

"Iya?" kata Hani setelah mengarahkan handphone ke pipinya.

"Kalau perlu uang untuk keperluan Kennie, nanti bilang ke saya ya. Biar saya transfer dari sini, saya lupa memberikan kartu saya saat mengantarkan kalian kemarin karena terburu-buru." kata Kerrel.

"Saya sama sekali tidak mempermasalahkan itu. Saya masih mampu untuk beli keperluan Kennie, jadi tidak perlu sampai mengirimkan uang juga. Lagian kalau soal itu, nanti kita bicarakan secara pribadi. Jangan di depan umum gini." jawab Hani agak berbisik.

"Baiklah, kalau begitu kalian lanjutkan lagi. Nanti jangan lupa laporkan pada saya bagaimana perkembangan persiapan konsernya."

"Oke, nanti saya telepon lagi." kata Hani lalu mematikan panggilan.

Karyawan lain ikut tersenyum melihat interaksi antara Hani dan Kerrel, termasuk Tia ikut senang karena melihat jika ada kemungkinan temannya dan Kerrel memang telah melangkah ke tahap yang lebih serius dari sekedar rekan kerja.

"Hayo lho… Mau bicarakan apa sama Kerrel sampai harus telepon pribadi lagi." goda Tia sambil menyenggol tangan Hani.

"Udah deh, jangan mulai lagi. Sekarang kita lagi bersama tim, Tia." protes Hani.

"Iya deh iya, aku nyerah. Tapi janji ya, nanti cerita secara pribadi." jawab Tia.

Setelah selesai makan, Hani, Kennie, dan karyawan H&L kembali ke lokasi konser. Mereka akan melanjutkan pekerjaan mereka lagi dan hari ini semuanya benar-benar harus selesai karena besok sudah menjadi hari konser Liam.

Begitu sampai di hall konser, Hani mengajak Kennie duduk sebelahnya di kursi yang ada di depan panggung.

"Tante, Om yang tampil menyanyi itu Om yang tadi mengganggu Tante kan?" tanya Kennie dengan berbisik pada Hani.

"Mengganggu? Oh, itu namanya Om Liam. Dia penyanyi terkenal. Liam adalah salah satu artis di bawah agensi Papa kamu." jawab Hani.

"Oh, begitu. Tante dekat gak dengan Om itu?"

"Dulu dekat, sangat dekat malah." kata Hani sambil sedikit flashback dan mengingat bagaimana dia dulu sangat cinta dan bahkan selalu mengikuti Liam kemana pun Liam pergi.

"Oh, sekarang berarti tidak dekat kan?" tanya Kennie berusaha memastikan.

"Sekarang sih, sudah tidak. Hanya sebatas rekan kerja." jawab Hani sambil tersenyum. 'Semoga tidak terulang kembali..' kata Hani dalam hati.

Entah mengapa, Kennie terlihat sangat senang begitu mendengar penjelasan Hani tadi.

Setelah selesai melakukan rehearsal dengan 5 lagu terakhir, Hani mengambil mic. "Apakah sudah tidak ada masalah dengan busananya lagi, Liam?" tanya Hani pada Liam.

"Sepertinya sudah tidak ada." jawab Liam lewat mic juga.

"Baiklah, kalau begitu untuk tim busana sudah boleh pulang. Untuk tim utama konser, masih melakukan rehearsal sekali lagi untuk lighting dan sound system. Tim busana bisa datang besok ke gedung jam 9 pagi. Besok pagi sebelum konser, kita akan melakukan pencocokan busana perubahan sekali lagi. Konser akan mulai dari jam 3 sore hingga 6 malam." jelas Doni, Manajer Tim Stage Coordinator di YY Entertainment, sekaligus Sutradara untuk konser Liam.