webnovel

BAB 04 - MEMBAWA KENNIE KE KANTOR

Hani akhir-akhir ini disibukkan dengan beberapa proyek dan juga perancangan busana konser Liam. Dia bahkan menghabiskan 90% harinya dengan berada di studio butiknya. Selain itu, dia juga merasa kurang nyaman karena harus bertemu dengan Liam dua kali seminggu. Hani berusaha berbicara se-formal mungkin dengan Liam karena bagaimanapun dia dan Liam hanya sebatas rekan kerja. Tetapi hal yang mengganggunya adalah Liam selalu mengungkit masa-masa lalu mereka saat sedang bersama Hani. Hal-hal yang selama ini berusaha untuk dilupakan Hani malah teringat jelas akhir-akhir ini.

Hani memutuskan untuk keluar dari studionya sebentar, berharap jika dia bisa menjernihkan pikirannya.

"Mau ke mana, Bu?", tanya Rina.

"Rina, jika ada yang mencari saya tolong bilang jika saya sedang ada urusan penting."

"Baiklah, Bu. Apa perlu saya minta Pak Adi untuk mengantar, Bu?"

"Oh, tidak perlu. Saya hanya ingin mencari udara segar. Saya akan menyetir sendiri."

Hani memutuskan untuk menyetir mobil sendiri. Dia hanya ingin sendiri saat ini. Hani berkeliling kota dengan mobilnya. Hani akhirnya berhenti di sebuah restoran Korea. Mungkin memakan Tteokbokki pedas akan membuat dia melupakan rasa stresnya saat ini.

"Ada yang bisa saya bantu?", tanya seorang pelayan.

"Saya ingin pesan Tteokbokki level paling pedas dan minuman Soda."

"Baiklah. Tunggu sebentar ya, Bu."

Hani melihat ke arah jendela restoran. Dia melihat beberapa pasangan yang terlihat sangat bahagia melewati restoran ini. Alangkah baiknya jika Hani juga bisa merasakan kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang dia inginkan sendiri, bukan dengan diatur oleh orang tua dan keadaan apa pun. Hani bahkan mengasihani dirinya sendiri saat ini. Dia yang masih terkurung di kenangan cinta lama, dipaksa untuk menikahi seseorang hanya karena dia ingin mewujudkan cita-citanya sendiri. Tidak bisakah dia bahagia atas kemauannya sendiri? Tidak bolehkah dia melakukan sesuatu tanpa ada banyaknya tekanan?

"TANTE HANI!"

Teriakan seseorang membuyarkan lamunannya.

"Tante Hani?", panggil anak itu sekali lagi.

"Kennie? Sedang apa di sini?", tanya Hani.

"Aku lagi pergi makan bersama Oma. Tante kenapa sendiri aja?"

Tiba-tiba muncul seorang wanita yang terlihat seperti belum terlalu tua mendekati mereka. "Siapa, Kennie? Kamu kenal dengan Tante ini?"

"Oma, ini Tante Hani. Tante, ini Oma Kennie." Hani dan Oma Kennie, yang bernama Emily saling bersalaman dan berkenalan sambil bertukar senyum.

"Kenapa Tante sendiri saja? Papa di mana? Kenapa Papa tidak bersama Tante kali ini?". Pertanyaan itu membuat Hani canggung dan melihat raut wajah Emily.

"Hmm.. Papa Kennie mungkin sedang di kantornya saat ini. Papa kamu tidak selalu bersama Tante, Kennie."

"Tapi, Papa janji akan datang lagi bersama Tante."

"Oh benarkah? Apa perlu Oma menelpon Papa Kennie?", tanya Oma sambil tersenyum penuh makna.

"Tidak perlu, Tante. Saya kesini memang sendiri dan berencana pergi setelah selesai makan. Pak Kerrel juga pasti sedang sibuk saat ini."

"Sekarang sedang jam makan siang, saya yakin Kerrel pasti bisa langsung kesini. Apa boleh saya dan Kennie duduk di meja ini saja?"

"Oh.. Iya, silahkan."

"Sebentar, saya keluar mau menelpon dulu." Oma keluar dari restoran untuk menelpon anaknya sementara Kennie duduk dengan tenang di sebelah Hani.

"Tante, Kennie sangat senang bisa bertemu Tante lagi. Kennie harap kita bisa bertemu setiap hari. Bisakah?", tanya Kennie penuh harap.

"Tante tidak bisa bertemu Kennie setiap hari, tetapi Tante janji akan mengunjungi Kennie kapan pun Tante sedang tidak sibuk."

Kennie mengulurkan jari kelingkingnya agar Hani berjanji padanya.

Oma Kennie kembali duduk di depan Hani. "Kennie, Papa kamu sedang dalam perjalanan kesini."

"Ah, benarkah?", jawab Kennie dengan mata yang berbinar.

"Tidak masalahkan jika anak saya ikut bergabung?", tanya Oma Kennie pada Hani.

"Oh, tidak masalah. Lagian saya sedang sendiri juga dan tidak menunggu siapapun. Jadi sepertinya akan lebih seru jika kita makan ramai-ramai." Hani berpikir bahwa dia akan merasakan kesendirian hari ini. Ternyata makan siangnya kali ini akan berusaha menghidupkan suasana hatinya.

Kennie melihat sekilas ke arah Hani. Kennie menyadari jika Hani sedikit murung hari ini. "Tante? Tante sedang memikirkan apa? Apa Tante membutuhkan Kennie untuk mendengarkan cerita Tante? Papa bilang begitu pada Kennie, jika Kennie merasa sedih dan kesepian, Papa bersedia untuk mendengarkan Kennie. Apa Tante mau Kennie menjadi pendengar?", tanya Kennie sambil memegang tangan Hani.

"Oh tidak ada, Kennie. Akhir-akhir ini Tante hanya sedang banyak pekerjaan. Apa Kennie ingin membantu Tante bekerja?", jawab Hani berusaha terlihat ceria.

"Kennie bisa kapan saja, Tante. Kennie senang jika bisa membantu Tante." Senyuman yang diberikan Kennie pada Hani membuat hati Hani sedikit terhibur hari ini. Jika ada saja orang di sisi Hani yang memperlakukannya seperti Kennie menghiburnya, Hani akan sangat bersyukur meski orang itu hanya berusaha untuk menemaninya berbincang ringan.

"Permisi, Mbak. Ini pesanannya.", seorang pelayan mengantar pesanan Hani ke meja mereka.

"Boleh saya minta buku menunya lagi?", minta Oma Kennie pada pelayan.

"Tante, bolehkah Kennie mencoba makanan Tante?", tanya Kennie sambil menatap pesanan Hani yang baru diantar pelayan.

"Ini? Maaf Kennie, tapi makanan ini sangat pedas. Kalau Kennie mau, Tante akan pesankan makanan yang sama tetapi tidak sepedas ini. Mau?", tanya Hani dengan lembut.

"Hm.. Baiklah Tante."

Oma sedang memperhatikan buku menu namun bisa mendengarkan percakapan Hani dan Kennie dengan baik. Oma sangat menyukai interaksi mereka hingga tidak bisa fokus melihat menu yang ada di depannya.

Setelah 10 menit berlalu, akhirnya Kerrel sampai juga di tempat makan.

"Ma?", panggil seseorang.

"Kerrel! Di sini!". Oma Kennie mengarahkan tangannya ke kursi di sebelahnya untuk menyuruh Kerrel duduk di sana. Kerrel yang tidak sengaja bertatapan dengan Hani mempertanyakan suasana ini. Kerrel sangat bingung dengan apa yang terjadi saat ini. Bagaimana bisa Mama dan Kennie bersama dengan Hani? Apa Mama yang mengajak Hani ke sini?

"Kamu mau pesan apa, Kerrel?", tanya Oma Kennie pada Kerrel.

"Samakan saja." Emily kemudian menjelaskan pesanan mereka pada pelayan.

"Pa, kenapa Papa membiarkan Tante Hani makan sendirian? Untung aku dan Oma memutuskan untuk makan di restoran ini. Jadi Tante Hani sekarang sudah tidak kesepian lagi.", kata Kennie agak kecewa.

"Bukan begitu. Papa dan Tante Hani tidak setiap hari bertemu. Kami bertemu hanya saat kerja saja sekali-sekali. Tante Hani juga pasti sibuk. Kalau Papa paksa untuk bertemu Tante Hani terus, yang ada Papa hanya akan mengganggu pekerjaan Tante Hani."

"Tapi, Pa...."

"Mending kamu sekarang fokus tunggu makanannya datang. Apa kamu tidak merasa lapar? Papa sudah sangat lapar sekarang.", kata Kerrel berusaha mengalihkan pembicaraan.

Oma Kennie mulai merasa jika Kennie sangat menyayangi Hani. Dia mengakui jika ada sisi dari Hani yang membuat Kennie selalu ingin dekat dengannya.

Makanan telah datang dan mereka makan sambil berbincang-bincang.

"Jadi Hani kerja di mana?", tanya Oma Kennie.

"Saya bekerja sebagai Perancang Busana, Tante."

"Hani pemilik H&L, Ma.", lanjut Kerrel.

"Oh, merek yang sedang hits itu? Wah, Tante sangat suka rancangan-rancangannya. Kalau begitu apakah Tante bisa menghubungi kamu jika Tante membutuhkan beberapa rancangan pakaian?", tanya Oma Kennie dengan antusias.

"Iya, silahkan Tante. Kalau Tante ke kantor kami, cukup cari Hani saja, Tante."

"Kalau begitu apa bisa Tante minta kontak kamu?"

"Boleh, Tante." Hani mengeluarkan kartu namanya dari dalam tas.

Setelah makan dengan penuh perbincangan, 30 menit kemudian mereka berhasil menghabiskan makanan mereka.

"Kalau begitu, Mama pergi dulu ya Kerrel. Mama sudah dijemput oleh sopir di depan. Kennie sama kamu saja. Mama mau pergi ke rumah teman Mama. Hani, titip Kerrel dan Kennie ya.", kata Oma Kennie sambil mengedipkan sebelah matanya pada Kerrel.

"Tapi, Ma... Aku tidak bisa membawa Kennie pergi. Aku ada rapat di stasiun TV setelah ini."

"Kennie mau pergi sama Tante Hani saja kalau begitu." Perkataan Kennie ini mengejutkan Emily, Kerrel, maupun Hani.

"Kenapa? Apa Kennie tidak boleh menemani Tante Hani?", tanya Kennie dengan bingung.

"Kalau begitu, Kennie sama Hani saja. Bolehkan Hani?", tanya Emily langsung pada Hani.

"Iya, tidak masalah Tante. Kennie biar saya bawa saja ke studio.", jawab Hani agak khawatir.

Mereka berpisah di sana dengan Kennie yang pergi bersama Hani, Kerrel yang kembali ke kantor, dan Emily yang pergi ke rumah temannya. Selama di perjalanan, Kennie terus menceritakan bagaimana kegiatannya seminggu ini. Mulai dari cerita tentang keseruannya dengan teman-temannya saat di sekolah hingga mimpi buruk yang dimimpikan Kennie kemarin malam. Hani tak habis pikir, hanya bertemu beberapa kali, tetapi dia dan Kennie bisa sedekat ini sekarang.

Kennie dan Hani telah sampai di kantor H&L. Keberadaan mereka berdua yang berjalan sambil berpegangan tangan tentu saja menarik perhatian karyawan-karyawan yang melihat. Hani yang biasanya dikenal jomblo akut oleh karyawan-karyawannya dan tidak pernah memberikan kesempatan untuk pria-pria yang menyukai Hani untuk mendekati Hani, kini sedang bergandengan tangan dengan anak dari CEO YY Entertainment. Hani bahkan sering kali menolak kehadiran Charli, dokter tampan yang dikenal sebagai tunangannya. Bagaimana bisa dia terlihat sangat dekat dengan Kennie? Siapa yang tidak kenal Kennie? Kerrel selalu saja membanggakan anaknya tersebut, baik lewat TV maupun media sosial. Hanya dengan melihat wajah tampan Kennie, siapapun bisa tahu jika dia adalah anak Kerrel, CEO YY Entertainment. Para karyawan banyak yang mengabadikan hal ini, mungkin untuk dibanggakan bahwa anak tampan Kerrel dekat dengan atasan mereka dan saat ini sedang mengunjungi kantor mereka.

Hani dan Kennie sampai di ruangan Hani. Kennie yang kekenyangan karena makannya tadi siang langsung menuju sofa dan berbaring di sana. "Tante, bolehkan jika Kennie tidur di sini? Kennie harus banyak tidur agar bisa bertumbuh dengan baik. Itu yang sering dikatakan Oma dan Papa."

"Iya, silakan. Sebentar, Tante ambilkan selimut dulu."

Hani kembali ke ruangannya dengan membawakan selimut. Hani melihat jika Kennie sudah terlelap di atas sofa. Mungkin dia sangat kelelahan setelah bercerita panjang dengan Hani selama perjalanan. Hani menyelimuti Kennie dengan selimut yang ada di genggamannya. Hani mengakui jika dia telah jatuh dengan pesona anak ini.

Tidak lama kemudian, handphone Hani berbunyi.

Pak Kerrel is calling...

"Ya?"

"Apa kamu sudah sampai di kantor?"

"Ya, saya lagi di kantor dan Kennie saat ini sedang tidur."

"Nanti saya jemput Kennie setelah jam pulang kerja."

"Oke baiklah."

Menurut Hani, Kerrel sangat beruntung memiliki keluarga seperti Kennie. Kennie akan selalu ada di sisi Kerrel. Bahkan anak kecil ini bersedia menghibur Kerrel dengan tingkah-tingkah lucunya. Sedangkan Hani, dia berpikir jika keluarganya hanya mementingkan keinginan mereka masing-masing dan tidak pernah memberikan waktu mereka untuk mendengarkan apa yang sebenarnya Hani inginkan. Bahkan mungkin, keluarganya saat ini tidak peduli dengan apa yang sedang dilakukan Hani saat ini.