***
Setibanya di kamar pribadi milik Davion, Davi pun merubah ekspresi ramahnya tadi menjadi ekspresi datar.
Gwen yang terduduk di tepian ranjang pun, cukup tak tenang hati kala menatapnya, entah mengapa, aura pria itu seakan mampu menekannya.
Yang seketika membuat ia menyadari satu hal, Davi bukanlah lawannya.
Gwen yang semakin di kikis jarak oleh Davion pun semakin memundurkan dirinya agar tetap memiliki jarak dari pria itu.
Gwen mengira Davi hendak menciumnya lagi, dengan reflex, gadis itu seketika menutup matanya rapat-rapat.
"Kau bau!" ucap Davi setelah ia menarik sudut bibirnya sedikit, melihat kelakuan Gwen yang mengira ia hendak menciumnya, dan kembali menarik diri dari mencondongkan ke arah Gwen yang masih di posisi memejamkan mata.
Gwen yang menyadari ucapan mengejek Davi, tentu saja seketika ia membuka matanya dan mengerjapkan beberapa kali, ia menyadari tingkah bodohnya, yang berakhir dengan wajahnya yang bersemu merah menahan malu.
Ia melihat Davi tengah berdiri tak jauh darinya, pria itu berdiri dengan angkuh dan tatapan dingin mengarah padanya sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.
Meski dilanda rasa takut, tapi Gwen tetap menghiraukan rasa takut itu dan mengubahnya dengan ekspresi biasa, tidak boleh pihak musuh tau, hatinya sedikit gentar ketika melawan pria bernama Davion Elard ini.
"Minggir!!" ucap Gwen yang langsung berdiri dari posisi duduknya, dan menabrakkan lengannya di lengan Davi.
Davi masih tak berekspresi, ia memutar tubuhnya menghadap ke arah Gwen yang entah mengarah kemana.
"Hei kamu mau kemana? Bath room di sebelah sana" tunjuknya
Lagi lagi Gwen memalukan dirinya di hadapan pria itu, entah apa yang ia lakukan, tapi ia terus saja membuat kesalahan.
Dengan menghentakkan kaki beberapa kali, Gwen pun menuju ke arah yang di tunjuk kali ini, dengan wajah cemberutnya.
"Kamar macam apa seperti ini? begitu besar dan banyak memiliki pintu!!!" Gerutu gadis itu kesal.
Ketika Gwen memutar pintu kamar mandi, Davi kembali memanggilnya, dan gadis itu tentu saja menoleh dengan kesal menghadapnya.
"Apa lagi?" bentaknya tidak suka
"Gadis bodoh! Dengan apa kamu keluar dari sana nanti? bertelanjang? maaf aku tdak tertarik dengan tubuh mu!"
"Kau gila?! siapa yang ingin bertelanjang di hadapan pria mesum seperti mu hah?! Cari mati namanya!" jawabnya kesal
"Lalu katakan, bagaimana kau keluar dari Bath room jika kau tidak membawa Bathrobe?" jawab Davi lagi, yang seketika membuat Gwen lagi lagi membisu karenanya.
'Sial! mengapa aku selalu kalah berdebat atau melakukan sesuatu terhadap pria ini? huh! dimana Gwen yang biasanya? wanita perfect dengan pergerakan dan rencana sempurna?' gerutunya dalam hati. Padahal… semua rencana kerja dan kergiatan mu kan di susun oleh Q,W,M, Gwen… luuupa dia.. si tau jadi hehehe (author)
"Dimana?!" tanya Gwen menjawab Davi, pria itu pun lagi-lagi menunjuk ke arah pintu putih lainnya, dan Gwen pun seketika berjalan menuju pintu itu segera.
Ia membukanya dan melihat sebuah ruangan kecil dengan susunan lemari kayu yang berjejer di sepanjang dindingnya, Gwen pun membuka salah satunya, ia melihat hanya ada handuk-handuk kecil disana.
Jari jemarinya kembali membuka lemari lainnya, dan kali ini ia hanya menemukan susunan lilin-lilin aroma therapi, ia kembali menutupnya.
Ketika tangannya hendak membuka lemari ke tiga, tangan kekar seseorang datang dari arah belakang tubuhnya dan membuka lemari tersebut. Gwen cukup terkejut di buatnya.
Entah sejak kapan pria itu berada disana, yang pasti pergerakannya bahkan tidak terdengar olehnya.
Pria itu bagaikan hantu melayang, yang tidak menapaki lantai.
Kali ini ia melihat susunan Bathrobe yang menggantung dengan rapi, dan Gwen pun mengambilnya lalu, berlalu pergi dari pria itu tanpa sepatah katapun.
Diam adalah emas, gumamnya.
Lagi-lagi Davi menyunggingkan senyumannya yang melihat tingkah lucu gadis yang baru saja pergi terburu-buru dari hadapannya.
Baam! terdengar pintu sedikit terbanting tertutup.
Nyatanya Gwen tidak sengaja melakukan itu, ia hanya terburu-buru karena jantungnya sudah berdegub tak menentu.
Dadanya terasa sesak seketika, perasaan ini, baru pertama kali ia merasakannya. Dan Gwen sangat sangat tidak suka.
'Ada apa dengan ku? Oh God!' ucapnya berbicara sendiri
Ia menarik napas dalam-dalam, dan setelah pikirannya sedikit tenang, Gwen pun melangkah menuju ruangan kaca satu per satu di ruangan tersebut.
Dimana, ruangan itu, juga banyak memiliki ruangan kaca dengan fungsi yang berbeda.
"Toilet, jacuzzy, bathup, shower" ucapnya menebak satu persatu ruangan kaca yang ia lewati, Dan Gwen memasuki ruangan kaca yang hanya berisikan shower saja.
Ia menggantung handuknya di pintu luar ruang shower, dimana sudah ada pajangan kayu tempat untuk menggantung bathrobe di sana, setelah sebelumnya ia melepas keseluruhan pakaian yang melekat di tubuhnya satu persatu, dan membiarkan benda-benda itu di lantai tanpa banyak berpikir.
Gwen seketika membasuh kepalanya hingga ujung kaki, ia begitu senang akhirnya air membasahi keseluruhan tubuhnya.
Sejak tadi ia sudah merasa gerah, akhirnya ia mempunyai waktu sendiri untuk membersihkan diri.
Setelah ia membiarkan air hangat melewati tubuhnya keseluruhan, Gwen pun kembali melirik ke sudut ruangan tersebut, matanya mencari keberadaan sabun, dan ia tentu saja menemukan rak itu disana.
Senyuman smirk pun terpancar di sudut bibirnya, "Dasar pria playboy mesum gila! Sudah berapa banyak wanita yang mandi di sini!" kesalnya melihat semua peralatan mandi cople tersusun rapi disana.
Tak banyak menggerutu lagi, Gwen hanya menggunakan benda itu seperlunya.
Beberapa menit pun usai, ia membalut tubuhnya menggunakan bathrobe yang tadi ia gantung, lalu memunguti pakaian-pakaiannya yang berserakan di lantai.
Ia melirik ke kanan dan ke kiri, mencari sesuatu, dan ia melihat sebuah Wastafle panjang dengan sebuah nakas kecil.
Gwen pun membuka laci nakas tersebut, dan langsung menemukan laci dengan susunan plastik loundry.
Ia memasukkan pakaiannya disana, dan berencana akan mencucinya nanti setelah ia selesai berpakaian.
"Hah? Pakaian?" Kaget gadis itu, karena ia tidak memiliki pakaian apapun selain yang melekat di tubuhnya ketika tiba di kediaman ini, dan pakaian itu telah kotor.
"Sial!!"
Tok.. tok.. tok.. Bunyi pintu di ketuk
"Apa kau sudah selesai? jika sudah, di atas kasur telah di sediakan pakaian untukmu, kenakan, dan temui aku di ruangan yang awalnya hendak kau tuju" ucap Davion memberi perintah.
Gwen tidak menjawabnya, namun ia mengerti. Begitu pula dengan Davi yang tidak mendengar jawaban dari Gadis itu, tapi menurutnya, gadis itu akan mengerti perkataannya.
Setelah tak mendengar ada suara lagi, Gwen pun secara perlahan membuka pintu Bathroom sedikit demi sediikit, matanya tidak melihat siapapun di sana, dan ia membuka pintu itu lebar-lebar untuk segera keluar dari dalam ruangan itu.
Ia berjalan menuju ranjang, dimana ia melihat pakaian wanita telah terbentang disana berserta dengan pakaian dalam yang tersusun di sebelahnya.
Gwen kembali kesal melihat pakaian tersebut. "Jadi baju gadis yang mana yang kau pinjamkan padaku? Playboy?!" ucapnya lagi.
boleh Psnya yah Besty.. penyemangat author untuk terus melanjutkan novel ini…
Thankyou.. ^^