"Assalamu'alaikum.."
"Waalaikumsalam.. Monggo Gus, Ya Allah datang jauh dari Malang Selatan ke Sidoarjo bawa sepeda motor, Monggo silahkan." Ibu mempersilahkan masuk temannya ke dalam rumahku. Sudah seminggu ibu datang kerumah untuk menemaniku karena suamiku sedang tugas di luar kota dan baru kembali tiga hari lagi.
"Hemmmm.. bocah e wis intip- intip mbak mi." Gus menatap tajam pada pintu loteng rumahku, matanya seakan akan melihat ada sosok lain di atas sana, aku tak melihatnya, hanya saja rasanya ada rasa yang mengerikan dari balik pintu lotengku tersebut.
"Mbak Sari , si kecil biar di gendong utinya ya, mbak sari bantuin saya. Ambil wudhu, pakai mukenah nya, banyakin dzikir di kursi ruang tamu."
Ku ikuti perintah Gus, ku titipkan Amira yang sedari tadi merengek pada utinya.
Setelah ku ambil wudhu dan ku pakai mukenah, ku lihat Gus memutar biji biji tasbihnya dan melafalkan doa yang tak aku dengar.
Pas berbarengan dengan suara adzan Maghrib, Gus mulai menaiki tangga menuju pintu lotengku. Dengan mudah nya pintu itu terbuka.
Braak!!!
Pintu loteng terbanting dengan sendirinya pas di depan muka Gus, aku yang terkejut sempat menghentikan dzikirku. Ada hawa panas yang menyelimuti tubuhku.
"Jangan berhenti mbak." Ucap Gus dengan kembali menuruni tangga. Aku melihat keringatnya sudah membasahi tubuh ketika pocong yang dia maksud mengajaknya naik turun tangga.
Tak henti hentinya aku berdzikir, memohon bantuan pada Allah Sang pemilik makhluk.
Setelah hampir satu jam, Gus naik turun tangga mengejar pocong tersebut, lalu di genggamnya sesuatu yang menyerupai asap putih dan di lemparkannya ke musholah rumahku.
"Mbak Sari, sini mbak saya kasih tau bentuk makhluk yang mengganggu mbak Sari dan keluarga." Ada perasaan takut yang menyusup dalam hati saat langkah kaki ini berjalan ke arah Gus.
Aku tercekat melihat gumpalan warna putih yang Meledak saat di lemparkan Gus ke Mushola tadi.
Segumpal Kain warna putih sebesar ibu jari, dengan tiga tali yang terikat di badannya.
"Mbak sini, ga usah takut. Saya kasih tau isinya." Aku memberanikan diri meski sejujurnya aku benar benar takut.
Mataku terbelalak ketika Gus perlahan membuka kain tersebut.
Tanah, kayu, rambut,kembang,dupa,tulang, tali pocong.
Aku membisu, ngeri, merinding. Jelas ini permainan orang orang yang Syirik. Lalu siapa yang membuatnya?
"Ini tanah bukan sembarang tanah mbak, ini tanah kuburan. Tanahnya saja masih basah, sepertinya baru saja di ambil oleh orang yg ngingoni ( ngasih makan)." Ucap Gus menjelaskan.
"Ada tulangnya Gus." Ucapku meneliti setiap barang yang ada di atas kain putih dalam telapak tangan Gus tersebut.
"Ini tulang jenglot mbak, coba liat ini, saya bawa magnet, coba cek mbak, tulang ini nanti pasti akan menyerang magnet tersebut, tulang ini hidup mbak, dia suka menghisap darah."
Dan benar saja, aku melihat tulang jenglot yang terikat rambut menyerang magnet yang di bawa Gus, bahkan ketika magnet tersebut di putar ke sisi lainnya, tulang itu selalu menghampiri dan menabraknya.
"Ini kayu Maesan mbak, kayu yang di buat matok i kuburan, dan ini kembang kuburan, masih baru, masih basah. Ini jelas jelas perbuatan orang yang ga suka mbak,karena makhluk ini rutin di beri makan."
Aku bergidik ngeri, memikirkan apa salah Dan dosaku hingga ada orang yang mengirimkan makhluk mengerikan ini pada keluarga ku.
"Ini rambutnya orang yang sudah mati mbak, dan tali pocong ini juga masih baru. Biasanya yang di pake mereka para dukun ilmu hitam adalah tali pocong jenasah yang masih perawan dan baru meninggal. Jenengan ngga usah bingung, siapa pelakunya. Tunggu 1 Minggu dari sekarang, nanti akan ada orang yang datang meminta maaf pada sampean."
Gus mengambil dan membungkus pocong kecil itu dalam kain hitam dan memasukkan ke sakunya.
"saya bawa ya mbak ini, insyaallah setelah ini rumah mbak aman." Dan aku mengangguk lega.
"Alhamdulillah.." Desisku.