webnovel

Prolog

Seorang gadis kecil imut lucu terlihat ceria dengan bersenda gurau bersama sang ayah dan sang adik kecil yang masih belajar untuk berlari, bahagia tak terkira. Bagaimana tak bahagia saat kau bersama dengan orang tersayang apalagi yang berstatus sebagai orang tua, pasti kau tak memikirkan hal lain 'kan, selain menikmati waktu kebersamaan?

Teriakan bahagia pun tak bisa dielakkan, kejar-kejaran pun sudah umum terlihat. Tak berapa lama sang adik kecil melempar ayahnya dengan bantal dan setelahnya sang ayah mengaduh sakit, melihat itu gadis kecil juga mengikuti tingkah adiknya, melempar bantal yang lebih berat ketimbang bantal yang dilempar oleh adiknya, sama seperti setelah adiknya melempar bantal tadi dan sekarang ayahnya juga mengaduh sakit. Sang ayah tak tinggal diam, ia mengejar kedua anaknya lalu menggigit janggut keduanya, si adik berteriak kegelian, namun si gadis kecil berteriak kesakitan.

Lalu si ibu tiba-tiba datang dan bertanya kepada si ayah mengapa membuat hal bising di waktu malam. Langsung saja si ayah menjawab dengan kesal bahwa itu karena kedua anaknya telah melemparinya dengan bantal hingga membuatnya kesakitan. Si ibu pun berkata dengan sedikit jengkel kepada si ayah untuk tidak membuat suara gaduh. Selepas si ibu pergi, si ayah pun berkata sambil melotot pada kedua anaknya atas perbuatan keduanya tadi, memarahi.

________

Kini gadis kecil itu telah bertambah usia, ia telah menginjak usia 9 tahun, yang artinya ia telah duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar. Hari itu adalah hari yang mendung, hujan bercampur angin pun telah biasa di musim hujan waktu itu. Akan tetapi gadis itu terlihat sendirian, tak ada seorang pun teman di sisinya. Berdiri sendirian di depan kelasnya dan sesekali tangannya terangkat lurus ke depan menadah i air hujan yang turun dengan deras.

Beberapa warga sekolah yang lewat mungkin mengira bahwa gadis itu menyukai hujan hingga betah berlama-lama memandangi air yang turun dari langit. Tak ada yang tahu bahwa kala itu ia memendam sendirian di luar kelas. Entah mengapa hari itu semua teman kelasnya menjauhinya, namun dalam lubuk hatinya, ia mengerti betul bagaimana watak teman sekelasnya. Ia tahu betul bahwa mereka, teman-teman sekelasnya, bisa memonopoli teman lainnya dengan sesuka hati, hanya tinggal menetapkan target mereka dapat menghempaskannya dengan sekali lirik.

Sungguh anak yang malang memang, terlihat menyedihkan di matanya dan mata seseorang yang kebetulan lewat, seorang pria kecil satu tingkat di atasnya, pria kecil itu bertanya dan jawabannya tepat sesuai dengan apa yang dipikirkannya bahwa teman semasa batita sekaligus tetangganya itu sedang mengalami krisis pertemanan.

________

Dan beberapa tahun kemudian, gadis itu telah beranjak remaja, usianya kini menginjak 13 tahun, usia remaja yang memasuki tingkat Sekolah Menengah Pertama kelas 7. Mendekati pertengahan tahun ajaran ia ditawari oleh beberapa teman sekelasnya untuk mengikuti kegiatan perkemahan mewakili sekolahnya yang diadakan tingkat provinsi, semacam kegiatan pramuka. Mau tak mau ia mengikuti ia mengikuti acara tersebut berkat bujukan dari sang kepala sekolah secara langsung, tapi dalam hati kecilnya ia sangat gembira sebab kegiatan yang bertema fisik outdoor adalah kegemarannya.

Hari pertama perkemahan ia lalui dengan gembira dan semangat. Hari kedua pun ia lalui masih dengan perasaan bersemangat meski hari sebelumnya ia sedikit merasa lelah. Hari ketiga, selepas senam pagi bersama ada sedikit perselisihan antara dirinya dan juga temannya perihal dirinya yang tidak mengikuti senam itu, si teman pun merasa marah akan perbuatannya. Dirinya memahami betul bahwa perilakunya tersebut curang dan tahu bahwa bukan hanya dirinya saja yang merasa lelah dengan kegiatan sebelumnya meskipun malamnya tidur hanya beralaskan karpet tipis, akan tetapi teman-temanya juga pasti merasa lelah dengan semua kegiatan yang telah teman-temannya lalui.

Entah mengapa hari itu teman-temannya sedikit menjauh darinya, bahkan salah satu dari mereka membentak dan mendiaminya tanpa alasan. Jika sebabnya karena kejadian di pagi hari rasanya tidak, karena juga ada kakak kelas yang juga absen senam pagi tanpa alasan yang jelas. Hingga malamnya, di mana puncak acara yang menampilkan pertunjukan dari semua regu, entah itu satu orang sebagai perwakilan atau semua anggota regu ikut berpartisipasi.

Sedang enak-enaknya menonton, ia dikejutkan dengan panggilan teman yang membentaknya tadi, si teman menitipkan sahabat terdekatnya pada gadis itu. Gadis itu setuju saja saat disuruh bergantian menemani sahabat temannya tersebut ketika berada di posko keamanan. Beberapa waktu lalu, orang yang ditemani tersebut diduga tersengat kalajengking di kaki. Dengan sabar ia menemani, menawarkan bantuan, serta melayani orang yang sekaligus teman sekelasnya. Beberapa kali nampak mata gadis itu berkaca-kaca karena melihat temannya menangis sambil mengerang kesakitan. Untungnya tak ada yang menyadari kubangan air matanya, sebab satu-satunya penerangan hanya berasal dari senter kecil yang ia arahkan pada sekitar posko guna menghalau kalajengking yang mungkin saja melintas.

Beberapa hari berlalu, ketika awal pekan di hari Senin yang seharusnya memancarkan keriangan hati namun malah memadamkan cahaya hatinya. Teman yang membentak serta mendiaminya tanpa alasan saat perkemahan, ternyata tak juga menunjukkan keramahtamahannya. Wajahnya malah berpaling setelah keangkuhan terhias pada wajahnya, sikap itu tentu saja ditujukan pada gadis naif yang dengan bodohnya menoleh ke belakang guna memandang punggung temannya itu.

Pada akhirnya gadis itu berjalan dengan pandangan menerawang. Dan dalam hatinya ia pun berkata, "Kasar, keras, tak berperasaan. Apakah semua orang seperti itu?"

Hai! Semoga kalian suka dengan ceritaku ini. Have a nice day!

Psstt.... beberapa bagian kecil (latar, kejadian, watak, dan tokoh) cerita ini dibuat berdasarkan kisah nyata. Jadi mohon bijak dan ambil pelajarannya... Terima kasih telah membaca ceritaku (◕ᴗ◕✿)

Danadyaksa_08creators' thoughts