Pagi yang cerah, Mimi melangkahkan kakinya menuju ke peron 3. Tas punggung diletakkan dibagian depan tubuhnya. Karena copet sangat aktif beraksi saat penumpang penuh seperti saat ini. Awalnya Mimi berniat naik ke gerbong khusus wanita, tapi melihat yang antri sudah sangat banyak, dia memutuskan terus berjalan. Saat sedang berjalan, seseorang menyapanya.
"Pagi Mimi... Ketemu lagi kita," sapa orang itu yang ternyata adalah Rio.
Mimi menolehkan kepalanya lalu tersenyum, "eh elo, naik commuter lagi nih?"
"Kan gue udah bilang, kalau mulai sekarang akan sering commuter supaya bisa ketemu elo," jawab Rio sambil memainkan alisnya dengan mimik jenaka.
"Wuaduh pagi-pagi gue udah digombalin sama cowok," kata Mimi sambil tertawa.
Mereka sampai di gerbong paling belakang, dan benar saja belum terlalu penuh, sehingga mereka dapat tempat duduk. Saat sudah duduk Mimi teringat mimpinya semalam.
Flashback
Mimi tengah berjalan sendirian entah ditempat apa. Karena yang dilihatnya hanya kabut tebal. Tiba-tiba dari balik kabut, terlihat seseorang berjalan kearahnya. Tampaknya seorang lelaki jika dilihat dari postur tubuhnya. Namun setelah dekatpun tetap tak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Tak ada sapa, namun Mimi merasa sosok itu memperhatikannya. Kemudian sosok itu beranjak pergi begitu saja. Mimi tak mampu mengenali siapa sosok itu. Yang tertinggal hanyalah aroma yang sepertinya sangat familiar dihidungnya. Namun Mimi tidak ingat dimana dia pernah mencium aroma tersebut.
Flashback end.
"Hei, kok bengong!" kata Rio sambil menggoyangkan tangannya didepan wajah Mimi.
Mimi tersentak kaget, lalu tersenyum malu. "Ngga, tiba-tiba lagi keingetan sesuatu aja," jelas Mimi.
Dipandangnya Rio, dirinya berfikir, biasanya setelah mimpi, keesokannya yang dia mimpikan akan jadi nyata. Tapi karena malam tadi mimpinya sangat tidak jelas, dirinya tak yakin kalau Rio adalah lelaki yang ada dimimpinya. Lagipula, dia tak mencium aroma seperti yang ada dimimpinya semalam dari Rio.
"Tuh kan bengong lagi?! Segitu happy nya bisa bareng gue?" ledek Rio.
Mimi kembali tertawa mendengar ucapan Rio. Lalu, "ngga, tadi cuma lagi mikirin sesuatu aja kok. Eh ya, nanti pulang jam berapa? Naik commuter lagi?"
"Selesai kuliah sih jam 14.00. Mungkin kalau nanti naik commuter lagi yang jam 15.00. Kenapa? Mau bareng lagi? Kayaknya ada yang ketagihan bareng gue nih sekarang," lagi-lagi Rio menggoda Mimi.
"Cuma nanya aja kok, kalau gue sih pulang sore. Soalnya habis dzuhur nanti ada seminar di kampus," jawab Mimi.
Rio hanya manggut-manggut mendengar jawaban Mimi. Setelahnya mereka hanya mengobrol ringan saja. Saat itu Mimi baru tahu kalau Rio mengambil Jurusan Teknik Industri di kampus tetangga. Sebenarnya kampus mereka tidak terlalu jauh, dan mungkin tempat nongkrong mahasiswa kampus itu sama dengan mahasiswa di kampus Mimi. Namun sepanjang 2 tahun berkuliah, Mimi baru kemarin bertemu Rio lagi. Padahal beberapa kali, Mimi juga sering main ke dekat kampus Rio. Karena disana ada Mie Aceh yang terkenal enak, dan jadi favorite Mimi.
---
"Si, Edo mana ya? Belum datang atau lagi kemana? Kayaknya dia hari ini ada jadwal pagi deh," tanya Mimi pada Sisi.
Belum sempat dijawab, tiba-tiba, "selamat pagi gadis-gadisnya Edo.!" sapa Edo. dengan senyum tengilnya. Entah darimana dia tiba-tiba saja sudah berdiri tak jauh dari mereka.
"Ish... PD habis lo, bilang kami gadis-gadis elo," kata Sisi sambil mencibir.
Edo hanya merespon ucapan Sisi dengan senyum jenakanya.
"Kalian udah sarapan belum? Gue belum nih. Ke kantin yuk," ajak Edo.
"Iya, gue juga belum sempat sarapan, cuma sempat makan ketupat sayur aja tadi pas berangkat," jawab Mimi sambil mengelus perutnya, yang langsung direspon Edo dan Sisi dengan mengacak-ngacak rambutnya gemas.
Di kantin mereka bertemu dengan Irfan dan Tama, jadilah mereka sarapan berlima.
"Nanti kalian ikut seminar ngga?" tanya Irfan.
"Ikut lah, kan seminar wajib anak-anak ekonomi," jawab Mimi.
"Padahal itu jam ngantuknya gue," keluh Sisi.
"Elo mah setiap saat juga ngatuk Si," ledek Edo.
"Obat anti ngantuk gue itu cuma Alan. Kalau ada dia gue jamin, mata gue akan terang benderang terus," jawab Sisi diikuti tawa yang lainnya.
"Nanti kelas kita di lantai yang sama kan ya? Kalau gitu nanti kita ke aulanya bareng aja," usul Edo.
"Gue masih harus ke perpus dulu Do sebelum seminar. Ada yang harus gue cari. Biar selesai seminar bisa langsung pulang," jawab Mimi.
"Ya udah, nanti disiapin tempat aja deh, jadi kita duduknya deketan," kata Edo.
---
Kuliah selesai, Mimi membereskan buku-bukunya, lalu dimasukan ke Tas.
"Mi, nanti langsung ketemu di Aula ya, gue mau ke Lab komputer dulu," kata Sisi sambil melambaikan tangannya.
"Okey!" jawab Mimi pendek.
Ketika sampai didepan pintu, "Mi, jadi ke perpus dulu? " tanya Irfan.
"Lho, elo kok disini?"
"Iya, gue juga ada perlu ke perpus, jadi gue pikir kita bisa bareng, " jawab Irfan.
"Ya udah, yuk!" ajak Mimi. Dan mereka berjalan menuju lift.
Sampai di perpustakaan mereka langsung mengambil buku katalog untuk mencari kode buku yang mereka perlukan. Setelah mendapat yang dicari, mereka langsung keluar dari perpustakaan.
"Langsung ke Aula atau gimana Mi?" tanya Irfan.
Mimi melihat jam tangannya, "kayaknya shalat dzuhur dulu deh. Masih lama juga dimulainya. Lo mau langsung?"
"Gue juga shalat dulu lah," jawab Irfan. "Ngomong-ngomong rumah lo dimana Mi?" tanya Irfan lagi.
"Di Bekasi, " jawab Mimi.
"Lho sama dong. Gue juga di Bekasi," kata Irfan terkejut.
Setelah itu mereka mengobrol lumayan banyak. Ternyata komplek rumah mereka tidak terlalu jauh, tapi karena Irfan sering membawa mobil , mereka tak pernah bertemu selain di kampus.
"Nanti pulang bareng gue aja, kan rumah elo kelewatan juga sama gue," ajak Irfan.
"Boleh kalau ngga ngerepotin," jawab Mimi yang disambut senyuman oleh Irfan.
---
"Aduuuh, tadi narasumbernya bahas apa sih? Gue kok ngeblamk gini?" kata Sisi dengan nada frustasi.
Tak ada yang menjawab pertanyaan Sisi, karena mereka juga merasakan hal yang sama. Kalau bukan karena wajib, mereka sebenarnya malas mengikuti seminar ini.
"Kalian langsung pulang?" tanya Edo.
"Iya," jawab yang lain serempak.
"Yuk Mi!" ajak Irfan.
"Lho, kalian pulang bareng?" tanya Sisi dengan pandangan menyelidik.
"O iya, gue lupa cerita, ternyata Irfan rumahnya di Bekasi juga, jadi tadi dia ngajak baremg," jelas Mimi.
"Aku duluan ya," kali ini Tama yang bersuara. Tanpa menunggu jawaban yang lain, dia bergegas pergi.
"Lha dia kenapa?" tanya Edo.
"Kebelet pipis kali," jawab Sisi sekenanya.
Pip... Pip..
Suara notifikasi pesan masuk terdengar dari handphone Mimi.
Rio : Mi, masih di kampus ngga?
Mimi langsung menjawab pesan itu.
Mimi : iya nih, baru mau keluar kampus. kenapa?
Rio : gue ada di gerbang kampus elo nih. gue tunggu ya! Kita pulang bareng.
Mimi membaca pesan itu dengan bingung. ditatapnya Irfan, lalu berkata, "Fan, kayaknya gue ngga jadi bareng deh, teman gue tiba-tiba ngasih tahu kalau dia udah ada di gerbang, ngajak pulang bareng."
"Oooh, teman lo di Bekasi juga rumahnya? Naik apa kalian?" tanya Irfan.
"Iya, di Bekasi juga. Biasanya kami naik commuter," jawab Mimi.
" Kalau gitu ajak bareng aja. Bilang tunggu kita di parkiran B."
Mimi menuruti saran Irfan. Dan setibanua di parkiran B, Rio sudah ada disana.
"Rio!" Panggil Mimi
Rio melambaikan tangannya, lalu menghampiri keduanya.
"Rio, kenalin ini teman gue Irfan. Irfan kenalin ini Rio,, teman SMA gue. "
Keduanya berjabat tangan dan saling menilai.