Hari ini mereka akan kembali ke Jakarta. Rencananya mereka akan mencari oleh-oleh dulu. Tapi ternyata Tama sudah menyiapkannya untuk mereka. Ada Talas Bogor, Ubi cilembu, beberapa kantong teh hitam dan terakhir roti unyil venus yang legendaris itu.
"Kapan lo belinya Tam?" tanya Sisi takjub. "Lo om Jin ya, bisa simsalabim langsung ada semuanya," lanjutnya lagi.
Tama tertawa mendengar kata-kata Sisi. "Ngga perlu jadi Om Jin untuk nyiapin ini Si. Cukup Om Jajang," canda Tama.
Sisi tertawa mendengar jawaban Tama. Tapi banyak gini, gue bawanya ribet banget. Terpaksa pake taxi online nanti dari rumah elo Tam."
"Santai Si, nanti gue antar lo sampai depan rumah. ongkos taxi online kasih gue aja," kata Edo dengan senyum menyebalkannya.
"Kalau sama elo tetap bayar, gue mending pakai taxi online, sekalian amal," cibir Sisi.
"Bercanda kali Si... pokoknya tenang aja deh, lo pasti gue antar."
"Kalau Edo ngga mau, gue yang antar Si. Kebetulan nanti Bang Rendra mau jemput gue," kali ini Mimi yang bicara.
---
Mereka berangkat, setelah sebelumnya berpamitan pada Mang Jajang sekeluarga.
"Mau mampir ke Cimory dulu ngga?" tanya Tama.
Yang langsung disetujui oleh yang lainnya.
"Mau yang ke mountain view atau riverside?" tanya Tama lagi.
"Riverside aja kali ya. Dari kemarin kan kita udah lihat gunung, disana ada restaurant nya juga kan? kita makan disana yuk," kata Sisi lagi.
"Atur aja deh, gue ikutan aja," kata Mimi yang kemudian diikuti anggukan dari yang lain.
Sampai disana mereka langsung menuju ke restaurant yang terletak di pinggir sungai.
"Kalian mau pesan apa? Tanya Sisi sambil menyerahkan daftar menu pada yang lain."
"Gue zupa. soup aja Si. Enak kali ya makan itu pas udara dingin gini? Minumnya aku minta teh manis hangat aja," kata Mimi.
"Gue soto mie aja tanpa nasi," kata Edo.
"Gue samaan sama Edo deh," kata Irfan.
"Aku sama dengan Mimi aja Zupa Soup. Hanya minumnya aku minta teh hangat tanpa gula," kata Tama.
Sisi menulis semua pesanan teman-temannya termasuk pesanan dirinya. Dua puluh menit kemudian pesanan mereka sudah tersaji di meja.
"Tam, cafe lo terima karyawan magang ngga?" tanya Sisi.
"Lho, katanya liburan ini lo ngga mau magang?" tanya Mimi heran.
"Habis gue bingung, sisa liburan ini mau ngapain lagi," jawab Sisi.
"Karyawanku sih lengkap Si, belum butuh karyawan baru sebenarnya. Tapi kalau kamu mau, mungkin bisa bantu staf keuanganku untuk nyusun laporan. Karena kemarin dia habis cuti melahirkan, jadi pekerjaan dia agak numpuk." kata Tama.
"Boleh Tam. Sekalian praktekin materi kuliah," kata Sisi antusias.
"Tapi on call ya Si. Artinya tunggu panggilan dia butuh kamu kapan. Kamu ngga perlu datang setiap hari. Atau bisa aja kamu kerjakan dari rumah, nanti datanya dikirim ke rumah kamu." jelas Tama.
"Mmmm ngga apa-apa deh. Yang penting gue ada kegiatan."
Selesai makan mereka menyempatkan jalan-jalan di Cimory Forest Walk dan terakhir membeli yoghurt terkenal tentunya.
---
Mereka tiba di rumah Tama sekitar pukul 17.00. Edo dan Sisi langsung pamit.
"Lo ngga bareng gue Mi?" tanya Irfan.
"Ngga Fan. Maaf ya... Kemarin itu gue bilang kan kalau Abang telepon? Itu dia bilang mau jemput gue. Tadi udah dijalan katanya sih." jawab Mimi.
"Okey deh, kalau gitu gue duluan ya!" pamit Irfan.
sepeninggal Irfan, Mimi bertanya pada Tama, "Tam, aku nunggu sebentar ngga apa-apa kan? Mungkin setengah jam lagi Bang Rendra sampai."
"Ya boleh dong Mi. Masuk aja yuk, nunggunya di dalam." ajak Tama.
Mimi mengikuti Tama masuk ke paviliunnya.
"Kakak udah pulang?" sebuah suara terdengar menyapa.
Sosok gadis berjilbab coklat terlihat di pintu paviliun Tama. Gadis itu menatap Mimi dan tersenyum.
"Eh, kamu ada di rumah Ran? Kapan sampai?" tanya Tama.
"Kemarin Kak, bosen di kost terus," jawab gadis itu.
"Siapa suruh kamu ngekost? Kampus kamu cuma satu jam dari sini kok pakai kost segala," kata Tama lagi. "Oya, kenalkan ini teman Kakak, namanya Mimi. Mi, kenalin ya, ini Rani adikku," kata Tama memperkenalkan mereka.
Keduanya bersalaman sambil tersenyum.
"Kak Mimi masuk yuk," kata Rani sambil menggandeng tangan Mimi. Mimi agak kaget sekaligus senang dengan sikap akrab Rani.
"Mi, aku tinggal sebentar ya, kamu tunggu disini ditemani Rani. " kata Tama yang dijawab anggukan oleh Mimi.
Mimi diam-diam mengamati Rani. Gadis itu terlihat anggun dengan gamis dan jilbabnya. Umurnya lebih muda dari Mimi, tapi sepertinya dia tak canggung berhadapan dengan orang yang lebih tua darinya.
"Kak Mimi teman sejurusan Kak Tama?" tanya Rani.
"Ooo ngga Ran, kami satu fakultas tapi beda jurusan." jawab Mimi.
"Wah, berarti Kak Tama gaul ya? Dikira dia ngga punya teman lho!" kata Rani sambil tertawa.
Mimi tersenyum mendengar ucapan Rani, "memangnya selama ini Tama ngga ada teman?".
" Mungkin ada Kak. Cuma selama ini Kak Tama ngga pernah bawa temannya datang ke rumah. Baru kali ini lho aku lihat ada temannya Kak Tama datang."
"Hayo... ngomongin apa?" tanya Tama yang sudah ada didekat mereka lagi.
"Ya ngomongin Kakak lah. Ngomongin kalau Kakak kuper," ledek Rani.
"Assalamu'alaikum! " sebuah suara memotong obrolan mereka.
Tama melihat keluar, tak lama dia masuk bersama Rendra.
"Abang!" kata Mimi.
Rendra tersenyum menghampiri Mimi. diacak-acakmya rambut Mimi, sambil berkata, "liburannya enak banget ya, sampai ngga ada kabar kalau ngga Abang yang telepon."
Mimi cemberut sambil merapikan rambutnya. "Bang kenalin ini Tama, dan ini Rani adiknya. "
"Sama Tama tadi udah kenalan, sama adiknya yang belum," kata Rendra sambil tersenyum ramah ke arah Rani.
"Yuk pulang sekarang?" ajak Rendra.
"Eh jangan dong, sebentar lagi maghrib. Shalat dulu, terus makan malam disini ya Kak Mimi. Soalnya di rumah cuma ada aku sama Kak Tama, agak membosankan makan malam sama dia aja, " kata Rani.
"Iya Bang, shalat jama'ah lalu makan malam dulu aja disini. Lagipula jam segini ke arah Bekasi lagi macet banget," kata Tama.
Rendra menatap Mimi, "gimana?".
" Terserah Abang. Aku nurut aja."
"Hmmm ya udah, boleh deh. Tapi ngga ngeroptin kalian kan? " kata Rendra akhirnya.
"Ngga Bang, malah kami senang, " jawab Tama yang langsung disusul anggukan Rani.
"Bibi sudah masak banyak tadi, tapi ternyata yang lain sedang ada acara, Ayah dan Ibu juga masih diluar kota. Kasihan Bibi kalau masakannya ngga ada yang makan," kata Rani.
"Terima kasih kalau begitu," kata Rendra.
Tak lama adzan maghrib terdengar. Rani pamit sebentar untuk menyiapkan perlengkapan shalat, sementara Tama mempersilahkan Rendra dan Mimi untuk mengambil wudlu terlebih dahulu.