"Oiyy mengapa kau cemberut."
"Kau tidak tau ya di kamarku acnya mati, aku harus pindah ke kamarmu jadinya, bayangkan di saat aku ingin rebahan tetapi ac malah mati, itu hal yang mengesalkan," celoteh Bara tanpa henti.
Zean langsung mengambil hpnya, ia menghubungi tukang ac terdekat, agar segera memperbaiki ac mereka yang mati.
"Oke, segerahlah kemari untuk memperbaiki acku," ujar Zean menutup telepon.
"Aku sudah menghubungi mereka, kau tunggu saja."
Sepanjang jam Zean, dan Bara berada di dalam kamarnya, Zean berada di sisi Bara yang sedang menonton. Sedangkan dirinya sedang membaca buku.
"Zean!"
Mata Zean berputar mengarah ke Bara yang berada di samping.
"What do you want baby?"
"I ve watched this series 3times Zean," ujar Bara.
"Mau melakukan hal baru sayang?"
Zean memejamkan matanya beberapa detik, ia kembali membuka matanya melihat Bara.
"Minggir," Bara berjalan dari sisi Zean.
"Kamu mau kemana sayang, tunggu aku."
"Aku mau mengambil air di kulkas bodoh."
Saat mereka menuruni tangga, tiba tiba pintu berketuk beberapa kali.
"Siapa yang datang?" tanya Zean ke Bara.
"Entahlah aku tidak tau," Bara terus pergi ke dapur.
Dan Zean, ia membukakan pintu ternyata itu adalah salah seorang yang akan membenarkan ac di kamar Bara.
"Dengan Zean ya?" tanyanya, entah siapa tau ia salah alamat.
"Ia benar."
"Saya yang akan membenarin acnya," jelas dia.
"Oh baiklah, kalau begotu ayo silahkan masuk," ujar Zean menghantarkan orang itu ke atas, tepatnya ke kamar Bara
Ia pun mulai mengularkan alat- alatnya untuk membenarkan ac, Zean sempat menungguin beberapa menit, namun nafsunya ingin menerkam Bara, hal hasil sama saja Zean pergi dari situ, ia menyusul Bara yang berada di dapur, lelaki mungil itu ternyata sedang mendinginkan tubuhnya di depan pintu kulkas.
"Ohh Shit!"
"I wont let you off just like that Bara. Alright lets get started," Zean berlari kecil ia langsung memeluk Bara dari belakang, perlahan Zean memutar dari samping tubuh Zean ke depan.
"Damn! Im trapped in this sin," ujar Bara mendekatkan wajahnya pelan pelan ke wajah Zean.
Bara menganggukkan lehernya pan, ia akan tahu bagaimana Zean bereaksi.
Zean yang mengerti kode itu memejamkan matanya melumat mulut Bara, ia juga beberapa kali menjilati bagian dada Bara.
Zean juga melepas pakaian Bara pelan pelan, begitu pun dengan Bara yang juga melepasi pakaian Zean, hingga akhirnya di depan kulkas itu mereka berdua saling melakukan adegan panas.
Pov tukang Ac:
"Ahh, akhirnya selesai juga," ia menuruni tangga satu demi satu, dan pada akhirnya sampailah ia memijak lantai. ia juga mengidupkan ac tersebut, mencoba, dan mengetesnya bagian mana lagi yang bermasalah. Namun semuanya telah selesai di benarin, barulah orang itu menyadari tidak ada satu pun orang di sekitarnya.
"Mass," ujarnya memanggil.
Tetap saja tidak ada sahutan, melihat rumah yang besar easa takut timbul dari dalam dirinya, ia memberesin semua peralatan.
"Mass," memanggil manggil Zean, tetapi ia sama saja tetap tidak mendapat jawaban.
"Mass...," ujarnya sekali lagi mencariin ke ruang tengah, ia tidak menemukan siapa pun.
"Duh, kemana ya yang punya rumah ini," ujarnya maksut hati ingin meminta upah kerjanya.
Namun ketika ia sampai di dapur, orang itunterkejut melihat Bara, dan Zean yang sedang melakukan adengan terlarang.
"Aaaaggg..." ia menjerit membalikkan badan.
Begitu pun dengan ke duanya yang langsung bangkit kepanikan mencari pakaian mereka yang letaknya entah dimana mana.
Saat Zean, dan Bara telah selesai memakai bajunya.
"Pergilah deluan ke kamar," ujar Zean memukul pundak Bara pelan.
Ia melewati dari samping pembolo av tersebut.
"Baiklah, berapa total semuanya?" tanya Zean tanpa basa basi.
"400 ribu."
"Ini," Zean memberikan lebih ke orang itu.
"Ma... maaf tapi ini berlebih," ia ingin mengembalikan lebih uang yang di berikan Zean.
"Kau tidak ingin menerimanya?"
"Tidak begitu," ia terdiam tidak bisa berkata kata lagi.
"Sudah terimalah, jika kerjaanmu sudah selesai disini maka kembalilah pulang," ujar Zean menyilangkan tangannya di perut.
"I- ia," saat ia mau keluar, ia di antarkan oleh Zean ke depan pintu.
Tak beberapa mau meranjak untuk meninggalak pintu Zean kembali memanggil.
"Oiiy."
Langkahnya terhenti, ia tetap tak berani berhadap muka dengan Zean.
"Kau telah mengetahui aktifitas seksualku bukan?"
"I- ia."
"Lalu kau mau pergi begitu saja dari sini?"
"Ak... aku masih mempumyai pekerjaan lain," ujarnya ketakutan.
"Oh ya, benar begitu? Kalau begitu mengarahlah kemari," ujar Zean mengeluarkan pistol.
Ragu ragu ia, menghadapkan dirinya ke Zean, ia melihat Zean sudah memegang pistol.
"Ckkk, sialan kau! Berani sekali kau mengetahui apa yang aku lakukan."
"Maaf, t- tapi aku benar benar tidak mengetahui hal itu."
"Sebelum peluru tembakku mengenai dadamu, aku memberimu waktu untuk beralasan. Sekarang jawab cepat!" bentak Zean, mendesah orang itu.
"Aku hanya tidak sengaja, aku mencari carimu. Di saat aku sudah selesai memperbaiki ac nya, aku ingin meminta upah, lalu pulang. Aku sama sekali tida ada niatan untuk mengetahui hal ini, ku mohon ampunilah aku," ujarnya benar benar ke takutan.
"Jika aku mengampuni, dan membiarkanmu bebas apa yang akan kau lakukan mengenai hal ini?"
"Tidak ada, aku tidak akan membongkarnya."
"Apa kau yakin?"
"Tentu saja mengapa tidak."
"Baik, sebelum kau ku lepaskan aku ingin menanya satu hal denganmu."
"Menanya apa?" tanyanya sedikit ragu.
"Apa kau mengenal organisasi ACD?"
tiba tiba wajahnya berubah, seperti ia semangkit takut mendengar organisasi tersebut.
"Kau diam?"
"A... aku hanya mengetahui organisasi itu sudah bubarkan?"
"Benarkah kalau begitu, coba beritahu kepadaku apa yang, kau ketahui tentang mereka?"
"Aku tidak tau apa pun tentang ACD, yangku tau mereka itu semuanya sama, sama sama akan membunuh semaunya."
"Benarkah, tetapi mereka sudah tidak ada lagikan, bahkan seharusnya orang orang pada melupakan ACD."
"Itu organisasi terbesar dalam hal kejahatan, mana mungkin orang orang melupakannya, selain itu mereka juga membunuh orang orang yang bertindak tidak adil, dan orang orang licik."
"Apakah kau yakin kalau mereka susah bubar? Atau kau memang benar benar yakin? Apa hanya dari omongan saja?"
"Entahlah aku juga tidak tau. Aku tidak terlalu mengikuti ACD."
"Kau mengenal anggota ACD?"
"Aku hanya mengetahui nama organisasinya, bukan orang orangnya."
"Baiklah sejauh ini kau sangat hebat," ujar Zean memujinya, Zean juga menyimpan kembali pistol yang ia pegang tersebut.
"Mengapa kau mengenal organisasi OCD itu?"
"Kenapa tidak? Karena aku adalah anak dari pimpinannya," Zean Smirk mengeluarkan tanda keanggotaan tertinggi khusus ACD.
Benar benar suatu yang mengejutkan buatnya, bagi ia jika hari itu bisa di ulang ia tidak akan mau membenarkan ac di rumah Zean.
"Kenapa?"
"Ak... aku minta maaf."
"Kau ku bebaskan, tenanglah tidak perlu takut, sekarang kau bisa pergi.
Aku tidak akan menembakmu, karena aku takut pacarku mengetahui jika aku membunuh orang."
"Te- terimakasih," ia langsung pergi terbirit birit.