webnovel

8. Antara Dongeng dan Kenyataan

" oke semuanya, cerita dongengnya sudah selesai yah, sekarang waktunya tidur "

" Past memory, Made you now "

...

Ucap dari seorang pria muda kepada anak anak kecil yang mengelilingi dirinya, iya pria tadi barusan sedang menceritakan sebuah kisah dongeng zaman dulu, sebagai kisah pengantar tidur anak-anak lain.

" yaaaah, belum ngantuk kak "

" iya kak, lanjutin "

" belum selesai ceritanya kakak "

ucap beberapa anak anak tadi dengan nada ngambek dan wajah yang cemberut, kenapa ceritanya nggak diselesaikan aja, padahal kan mereka belum mengantuk, ceritanya juga baru masuk bagian serunya.

" nggak boleh, nanti bunda marah sekarang tidur udah malam cepat "

perintah pria tadi tidak bisa diganggu gugat, para anak-anak itupun langsung mematuhi perintahnya, takut Kaka nya itu mengamuk.

seluruh anak-anak, kini berjalan ke ranjangnya masing-masing bersamaan dengan pria tadi menciumi kepala mereka satu-persatu mengucapkan selamat malam dan mengingatkan untuk jangan lupa berdoa

" selamat malam semuanya, tidur yang nyenyak yah "

ucap pria itu setelah selesai menciumi seluruh kepala anak-anak, berdiri didepan pintu ruangan kamar, lalu mematikan lampu dan keluar sambil menutup pintu, anak-anak kelihatan mengantuk, haha padahal barusan mereka bilang belum mengantuk.

Pria tadi berjalan turun dari tangga dengan pelan, tidak ingin membangunkan anak-anak yang sudah terlelap, ia menuju ruang tamu.

" Liansi apakah anak-anak sudah tidur semuanya? "

tanya seseorang wanita lembut yang tengah duduk di sofa santai, kepada diri Liansi, menanyakan bagaimana keadaan anak-anak di atas.

" mereka semua sudah tidur bunda, jangan khawatir "

balas Liansi menjawab pertanyaan orang yang dipanggil bunda itu.

Liansi berjalan mendekati Bunda, lalu bersimpuh dibawah kaki bunda yang duduk itu.

" Bunda, Besok pagi aku sudah lima belas tahun, itu berarti aku sudah siap untuk pergi sekolah di kota bukan? "

tanya liansi dengan nada murung, ia besok berumur tepat tujuh belas tahun, dan dalam aturan kerajaan ' setiap anak yang berumur lebih dari tujuh belas tahun diwajibkan ikut dalam pembelajaran di sekolah ',

dia murung karena, jika mengikuti peraturan tersebut dia harus pergi meninggalkan Bunda dan anak-anak lainnya yang ia anggap sudah seperti keluarga ini.

" itu memang benar, bunda juga sudah mendaftarkan kamu ke sekolah terbaik di kota, kamu jangan cemas bunda dan anak-anak panti lainnya mendukung kamu "

ucap bunda sabar, dengan tangan yang mengelusi rambut liansi dengan lembut, memberikan rasa tenang disetiap sentuhannya.

" bunda, tapi aku tidak bisa meninggalkan anak-anak panti, nanti mereka kesepian "

keluh liansi belum rela meninggalkan bunda dan anak-anak panti ini.

" hussh, kamu ini kan ada bunda yang menemani mereka, ada bibi Jean, ada pak Aget , kamu jangan khawatir "

tenangkan bunda pada liansi yang terlihat tidak ingin pergi meninggalkan panti ini.

" sudah jangan dipikirkan lagi, sekarang kamu lebih baik tidur, lusa kamu sudah harus berangkat ke kota, jadi persiapkan barang barang kamu "

akhir bunda, menyuruh Liansi tidur karena lusa dia akan berangkat ke kota jadi dirinya harus mempersiapkan seluruh keperluannya.

Walau begitu, tetap saja liansi belum yakin dengan kepergian dirinya ke kota, sebenarnya bukan hanya masalah dia tidak bisa meninggalkan anak-anak panti dan bunda nya saja, melainkan dia juga takut dengan bagaimana keadaannya nanti saat berada disekolah, ia takut dengan teman-temanya yang mungkin membenci dia, atau yang membully dirinya.

" baik bunda, selamat malam "

ucap liansi pasrah dengan keputusan bunda, menyekolahkan dirinya di kota.

ia bangkit mencium punggung tangan bundanya, lalu segera pergi menuju kamarnya ia sudah tak ingin mempermasalahkan kepergiannya lagi.

" malam juga sayang "

balas bunda dengan senyum, dirinya senang bisa menyekolahkan Lian, di sekolah terkenal di kota dirinya ingin anak baik itu, bisa mendapatkan ilmu yang banyak disana.

" Jika mata melihat, maka hati merasakan "

keesokan harinya semua anak-anak di panti asuhan tengah bersiap untuk bangun, sembari menunggu sarapan pagi mereka dibuat, kali ini sarapan mereka kare sapi yang dagingnya diberikan oleh paman Jansen ketua desa ini.

Liansi kini tengah sibuk memotong berbagai sayur-sayuran di dapur ditemani oleh bibi Jean yang juga tengah sibuk meracik bumbu kare, perawakan bibi Jean ini berkulit putih tubuhnya sedikit gemuk, berwajah bulat, dan rambutnya panjang.

bibi Jean adalah wanita yang baik dan penyabar dia selalu memaafkan setiap kesalahan anak panti, karena itu dia juga menjadi primadona di panti.

" Lian, bibi Jean, kelihatanya sibuk banget , Mira ikut bantuin yah "

tiba-tiba datang seorang perempuan dari pintu belakang, dia menyebutkan dirinya sebagai Mira, dia adalah teman terdekat Lian di desa ini, Mira memang sering datang dan membantu pekerjaan di panti, sekarang ini pula dirinya tiba-tiba datang dan menawarkan bantuan, yang tentu saja diterima dengan baik oleh Lian juga bibi Jean.

" Tentu saja Mira, sana tolong Lian memotong sayuran dia sedikit kesulitan karena masih ada banyak yang belum dipotong "

balas bibi Jean menerima tawaran Mira yang ingin membantu, Mira masuk lalu duduk menggunakan sihirnya mengerakkan pisau membantu Lian memotong sayuran yang ada disebelah mereka.

di saat mereka berdua memotong sayuran Mira angkat bicara menanyakan tentang besok yang mana Lian harus pergi pergi bersekolah di kota.

" Lian, besok kau jadi pergi ke kota bukan "

tanya Mira tanpa melepaskan fokusnya pada sayur yang ia potong, jika tidak tangannya bisa saja terluka

. " masalah itu, tentu saja aku jadi pergi besok, kenapa "

balas Lian lalu memperhatikan Mira sahabatnya ini, dia tampak sedih mengetahui Lian akan pergi ke kota.

" tidak, aku hanya merasa sedih kita berpisah, jika tidak ada kau siapa lagi yang bisa aku ajak bergosip "

Mira membalas perkataan Lian barusan dai hanya takut kesepian tidak ada teman bicara sebaik Liansi yang ia kenal.

" apa maksud mu, kita tetap bisa berhubungan lewat surat bukan, dan jangan sering-sering gosip kamu "

liansi menasehati diri Mira yang mengaku tidak ada lagi teman untuknya bergosip,

" ehe, bercanda doang "

Mira terkekeh pelan mendengar nasihat dari Lian yang tidak berubah, selalu meminta dirinya untuk berhenti bergosip.

lalu mereka Lian dan Mira kembali lagi sibuk berkutat dengan pekerjaannya masing-masing, dengan diselingi cerita dari masing masing mereka, bibi Jean pun juga tidak luput dari bahan cerita mereka.

" Something magical can be happened "