webnovel

30. Kota Besar

Seringai kecil keluar dari bibir pria itu, entah apa yang ada di pikirannya aku tidak tau.

Kembali ke Lian, Sekarang giliran dirinya, Lian menyerahkan kopernya pada tangan penjaga didepan dirinya.

"Ini kak, saya akan mengikuti ujian masuk Akademi Draconis dan ini adalah surat pendaftaran saya, kak." Lian menyerahkan bukti surat pendaftaran dia kepada penjaga di depannya, si penjaga kemudian membaca sejenak surat pendaftaran itu.

Lalu ia tersenyum dan berkata, "Oh, kamu peserta ujian masuk Akademi Draconis, ya, kalau begitu silahkan masuk" katanya yang kemudian menggerakkan tangannya memberi cap pada koper yang sudah diperiksa tadi.

"Eh, tapi apa kau tahu di mana Akademi Draconis? Itu" Terimakasih tuhan penjaga ini seperti malaikat, soalnya aku bingung dimana tepat berada akademinya.

Aku menggelengkan kepalaku tanda tidak tahu di mana Akademi itu, penjaga itu kemudian mengarahkan diriku menuju Akademi Draconis.

Penjaga itu memberi instruksi yang mudah dimengerti: "Oke, nanti, ketika kamu udah didalam, kamu lalu pergi menuju pusat kota di sana ada pohon besar, nanti di sana banyak sekelompok orang yang seperti kamu, nah tinggal kamu ikuti saja mereka".

Oke, aku ngerti sekarang, nanti aku ke pusat kota, ketemu pohon besar disana akan ada segerombolan orang seperti saya, yang artinya semua orang yang terdaftar akan berkumpul di sana.

"Terima kasih atas informasinya" kataku sambil membungkuk dan kemudian aku berpamitan.

Mengambil koper lalu menyeretnya membawa masuk, setelah melewati gerbang utama aku bisa melihat betapa indahnya ibukota

Megah ibu kotanya tidak seperti yang aku bayangkan, karena sejak dulu aku kira ibu kota akan penuh dengan asap, ternyata udaranya sangat lah bersih.

Lalu ada banyak tanaman yang tumbuh di sekitar jalan utama, tetapi memang benar bahwa ibu kota terlihat sangat sibuk.

Aku lalu berjalan menuju arah yang ditunjukkan penjaga tadi, aku melewati berbagai macam hal dari perumahan warga hingga pertokoan-pertokoan, bahkan Kate.

Aku terus berjalan hingga aku melewati, seperti nya pasar utama kota ini, "kayaknya aku agak lapar deh, aku belum makan apa-apa selama perjalanan tadi".

Aku masuk kedalam pasar yang suasana nya lumayan ramai, mungkin karena ini hari pekan.

Aku berjalan menyusuri berbagai jenis dagangan yang dijual pada pasar ini, tapi hidungku malah tertarik pada salah satu gerai toko makanan disini, namanya sate kelinci merah.

Sumpah bau makanan ini tercium harum sekali, sepertinya mereka baru aja buka toko deh soalnya mereka juga lagi pada bersiap-siap.

Beruntung aku yang jadi pertama memesan makanan, mumpung masih sepi siapa tau jualan ini nanti rame.

Aku kemudian memesan makanan yang dari tadi memancing ku, Yap sate kelinci merah aku pesan satu porsi penuh, mereka hanya menjual ini saja dalam menunya.

Bisa kulihat cara mereka memanggang sate itu dari depan toko mereka, keliatan mengiurkan sekali, dagingnya yang merah, kemudian diputar di atas panggangan dengan bara api panas yang membara, lemak lemak keluar dari daging itu menetes sedikit demi sedikit, menghasilkan suara gericik yang merdu, daging yang penuh lemak itu kemudian ditaburi berbagai rempah sebagai penguat rasa dan aroma, hmmm aromanya benar-benar bisa terbayangkan enaknya bagaimana nanti.

Aku terlena dengan proses masak tadi hingga akhirnya pesanan ku telah siap, uhhhh satu tusuk besar sate kelinci merah. Ahhh lihat dagingnya yang besar dan penuh bumbu, tidak sabar untuk mencobanya.

Aku menggigit sate itu memasukkannya ke dalam mulutku.

Mhsmhmnm ahhkjjnbbs rasanya luar biasa, jauh di luar imajinasiku rasanya di luar dugaan, semua rasa menyatu di mulut tapi semuanya terasa begitu pas dan sempurna, bahkan kematangannya pun sempurna.

Aku sangat senang bisa merasakan makanan ini, tak tersisa sedikitpun daging itu aku melahap nya sampai habis, apa ini surga dunia,

"Oke, kamu udah makan enak, sekarang harus bisa menjadi lebih kuat."

Itu benar, karena aku udah makan enak tadi maka sekarang aku harus lebih bersemangat untuk ujian.

Ku ucapkan terimakasih pada penjual itu yang telah membuat sate yang nikmat, aku

lalu melanjutkan jalan menuju pohon besar karena ujian akan segera dimulai.

Selama berjalan aku menemukan banyak hal baru tentang kota ini, seperti cara berkenalan dan menyambut pengunjung yang baik, aku semakin suka berada di kota ini.

"Hei, kau masuk tanpa izin di wilayah kami, sekarang bayar dendanya!!"

Aku mendengar suara yang datang dari belakang gedung di sebelah saya.

"T...apph, tapi aku tidak sengaja"

aku berjalan mendekat di belakang, ingin tahu ada apa sebenarnya.

Melewati beberapa celah, akhirnya aku bisa melihat siapa yang berdebat, ternyata ada dua orang pemuda yang kelihatan seperti preman dan satu orang pria ditengah mereka.

Tuhan, hari ini ada orang seperti itu, bahkan lebih lemah dari ini, yang tidak tahu apa-apa.

Di sini saya hanya mencari tetapi saya tidak benar-benar di sini untuk meminta bantuan, nah apa yang harus saya lakukan, saya juga takut saya akan terpengaruh nanti.

"Heh bayar cepat, jangan diam lo"

preman lainnya berkata, ya ampun ternyata begini sisi buruk dari kota, memangnya preman masih ada yah zaman sekarang, mana yang di palakin culun gitu lagi, aduh, aku harus apa.

oh ya kok aku bisa bilang mereka preman sih, itu karena aku ngelihat postur tubuh mereka yang lumayan seram, penuh dengan tato, pakaian menyeramkan.

Sementara pemuda yang berbicara dengannya adalah seorang anak kecil, dia tidak tahu apa-apa.

memakai kacamata, baju lengan panjang warna hijau mengenakan sandal kain polos,

Maaf aku Ndak bisa nolongin.

Percekcokan mereka terus berlanjut, pemuda itu tidak mengatakan apa-apa, tetapi tubuhnya gemetar.

"Cepat, kalau kagak mau bayar, lu gue bantai"

kata preman itu, lalu diikuti preman lainnya.

"mampus Lo dihajar Tomi"

Tangan preman itu memegang bahu pemuda itu, lalu preman yang satu lagi bersiap menahan belakang pinggang pemuda itu.

"Tidak, aku tidak mau, lepas" ucap pemuda itu sambil berusaha melepaskan diri dari cengkeraman kedua preman itu, "bacot Lo bocah, pegang Dima mau gue hantam muka bocah ini".

Sepertinya itu nama mereka berdua Dima dan Tomi, Tomi berada didepan pemuda itu sedangkan Dima dibelakangnya, Dima memegang tubuh pemuda itu dengan kuat sementara Tomi mempersiapkan tangan nya ingin memukul pemuda didepannya itu.

Pemuda itu tampak pasrah tidak berontak, kasian woi, aku pengen nolongin cuma aku terlalu takut masuk dalam permasalahan orang.

"Mampus Lo bocah" ucap Tomi melayangkan tujuan miliknya