webnovel

15. Teman lama dan Kenangan

" ahah, iya tidur yah, mimpi indah Anta "

balas Lian kepada anak yang bernama Anta ini, yang di ikuti dengan Lian yang mengecup kening kepala Anta diakhir sebelum dirinya beranjak keluar kamar.

" cinta, yang telah tumbuh sejak dini "

merupakan cinta yang kokoh

...

baru mereka keluar dari pintu kamar, tiba tiba bunda sudah ada didepan mereka tanpa ada yang menyadarinya sama sekali, " Lian ikut bunda sebentar yah, ada yang mau bunda omongkan " ucap bunda pada Lian yang masih terkaget saat itu.

" ookeh bunda, Mic, Mira kalian ke kamar aku aja duluan yah, nanti aku nyusul. "

aku dan Bunda pergi meninggalkan Michael dan Mira terlebih dahulu, aku mengikuti bunda kearah dapur, disana aku melihat ada kotak yang terbungkus kain rapih, " bunda ini apa " ucapku bingung setelah sampai dihadapan benda kotak itu, " itu tolong bunda yah, antarkan ini ke rumah paman Jansen ya, ini itu lauk makan siang, buat paman Jansen sekeluarga makan, sama sekalian bilang terima kasih yah karena paman Jansen mau membantu diri kita besok "

oh ternyata Bunda mengajakku kesini karena hendak meminta pertolonganku untuk mengantarkan lauk makan siang kepada Paman Jansen dirumahnya, serta berterimakasih karena besok akan mengantarku pergi ke stasiun.

aku dengan sigap membalas perkataan Bunda " siap bunda aku akan mengantarkan ini ke rumah paman Jansen " tanpa banyak bicara aku pun mengambil kotak itu lalu pergi mengantarkan nya ke rumah Paman Jansen, tak butuh waktu lama untuk sampai ke rumahnya karena memang rumah paman Jansen tidak terlalu jauh dari panti, tibalah aku didepan pintu rumah paman Jansen

aku mengetok pintu rumahnya " paman Jansen, paman Jansen ada di rumah " ucapku sambil aku ketuk berkali-kali pintu rumah itu, tapi setelah sekian lama menunggu masih tidak ada jawaban dari dalam rumah paman Jansen, apa orang rumah nya pada pergi semua yah bingung ku, aku mengetuk sekali lagi pintu rumah paman Jansen untuk memastikan jika memang tidak ada orang di dalam rumahnya paman Jansen.

setelah aku ketuk beberapa kali, ganggang pintu rumah paman Jansen bergerak lalu terbuka pintunya menampilkan seseorang tapi bukan paman Jansen yang membukanya dia adalah Willy anak paman Jansen, oh ternyata udah balik dia, kayaknya dia banyak berubah deh dari waktu kecil dulu, iya Willy dulu tinggal di desa ini dulu dia temanku bermain sewaktu kecil tapi dia sempat masuk asrama sihir karena dirinya mau menjadi anggota tentara tujuh cahaya sihir.

Lupakan itu, walaupun begitu sepertinya pembelajaran di sana sangat ketat terbukti dari segala perubahan yang terjadi pada Willy, dulu dia pendek, cengeng, dan pemalu tapi lihat sekarang, uhh sangat berbeda dari Willy yang ia kenal dahulu, sekarang dirinya tinggi sekali melebihi diriku, tubuh yang gagah, sorot mata yang tajam, sekarang dia benar benar berubah.

" eh ada Willy, udah pulang kamu dari asrama, kok nggak bilang bilang sih " ucapku pada Willy sekalian berbasa-basi karena sudah lama tidak berjumpa dengannya, seingat Lian Willy pergi asrama sejak dia berumur sepuluh tahun, " hmm, ada perlu apa, kalau mau cari ayah beliau lagi tidak ada di rumah, kalau perlu ada yang dititipkan nanti aku sampai pada ayah " dingin banget kenapa Willy jadi berubah begini sifatnya, emang asrama pendidikan nya keras, Willy ku yang malang hiks, " oh, i...itu kalo gitu ini ada makan siang dari Bunda untuk paman Jansen, sebagai ucapan terimakasih dari bunda dan aku karena mau memberikan tumpangan buat besok " ucapku gugup karena menghadapi aura Willy yang sinis ini aku serahkan kotak terbungkus kain yang ada di tanganku kepada Willy dan dia menerima dengan baik.

" hmm, terimakasih makanannya aku pasti memberitahukan nya pada ayah nanti kalau beliau sudah pulang ke rumah "

aku tau dia menjadi sedikit dingin tapi kenapa harus segini nya aku kan jadi nggak bisa bernafas lega, setelah tidak ada perbincangan apa-apa kecanggungan mulai menyapa diri kita, aku yang bingung mau bicara apa jadi deg degan, lalu aku memikirkan sebuah ide pembicaraan " oh..iy. " tanpa menunggu diriku menyelesaikan kalimatku dia malah langsung menutup pintu dan meninggalkanku sendirian, kesal dong keknya ni anak kesurupan makhluk astral deh soalnya keliatan dia enggak suka sekali sama aku.

Yaudah lah pulang aja aku, toh pintu nya juga udah ditutup, aku kembali pulang ke panti langsung masuk dan menuju kamarku, membuka pintu kamarku dan kudapati Michael dan Mira yang sedang duduk disana sepertinya mereka kelihatan kayak ada masalah deh, soalnya melihat Mira yang duduknya berjauhan dari Michael seperti sedang menjaga jarak.

" hmm teman-teman, kalian kenapa? " tanya ku bingung dengan keadaan yang terjadi saat ini, " nggak ada apa-apa kok Lian, oh iya aku balik dulu yah udah mau sore takut dicariin "

Mira berkata lalu berlenggang pergi sebelum aku memberikan salam, dia meninggalkan aku dan Michael yang berdiam-diaman.

" Maaf ya udah bikin kamu nunggu lama, tadi bunda nyuruh aku ngantarin makan siang ke tempat Paman Jansen sebagai ucapan terima kasih gitu " ucapku pada Michael, yang mana hanya dialah seorang dikamar ini, Michael hanya mengangguk setelah itu aku masuk lalu menutup pintu dan duduk di samping Michael ingin rasanya bertanya apa yang terjadi tapi rasanya mulutku kecut hanya untuk mengeluarkan sepatah kata saja, tak terasa sudah sore hari dan untuk Michael kami berdiam-diaman tak ada satupun yang membuka pembicaraan, bayangkan aku selama sejam cuma duduk diam nggak ngapa-ngapain.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu Michael mulai berbicara tapi yang ia katakan adalah ia minta izin pamit pulang karena sudah sore, aku yang udah capek juga diam-diaman langsung mengantar Michael sampai ke depan, disana Michael berpamitan dengan diriku sambil melambaikan tangan, setelah cukup jauh dan sudah tak terlihat lagi dari rumahku aku kembali masuk dan langsung menutup pintu rumah, aduh hari yang melelahkan aku harap besok bakalan baik-baik saja dan berjalan dengan lancar.

"Hari esok pasti akan datang dengan kejutan"

yang baru