"Ras, tunggu sebentar." Verga berusaha menggapai lengan gadis itu yang tetap berjalan tak mempedulikan teriakannya. Verga menghela nafas untuk yang kesekian kalinya menghadapi tingkah Laras.
"Aku bilang berhenti, Ras." Berhasil. Verga berhasil meraih lengan Laras yang mau tidak mau gadis itu harus berhenti. Melempar wajah datar dengan tatapan mata coklat seperti madu miliknya, menyaksikan pria itu tersengal-sengal dan berusaha mengatur nafasnya.
"Kenapa jalanmu cepat sekali, sih? Kenapa kau tidak mau berhenti?" Masih dengan nafas tak beraturan, Verga melempar pertanyaan pada gadis itu yang nampak berdecak pelan.
"Ada apa?" Tanyanya dengan nada dingin, membuat Verga tak bisa bebas lagi untuk berbicara atau bercanda dengan puas bersama Laras. Memang benar, sebuah hal baik tidak akan ada yang mengetahui setelahnya, tepat saat acara piknik yang mereka buat, Laras tak lagi menampilkan senyumannya, tak mengganggu Verga lagi seperti biasanya, dan jujur, Verga merindukan itu semua.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com