webnovel

Langit Biru Kinara

My Wattpad Story sudah dibaca 46.9K, Vote 6,22K Happy Reading Dear Reader Kinara Hara Fawnia Selayaknya kisah cinta cinderella yang berakhir di tengah malam, pernikahanku pun tak mendapatkan lagi harapan untuk hari esoknya. Kita, layakkah disebut kita??? karena sejak pertama tak pernah ada kita, hanya kalian.... Arkaan Najendra Pramodya Bahwa cinta selalu memiliki kesempatan kedua, aku tak bisa memilih karena kalian sama berharganya... Biru Sagara wanita dan cinta itu merepotkan. Tapi bertemu dengan kalian, kupikir aku mendapatkan rumahku untuk pulang

S_thory · Histoire
Pas assez d’évaluations
11 Chs

Because of You

note: maafkeun😂🙏 kata-kata Biru yang ambigu nanti ya, Biru disini belum lancar mengucapkan vokal R dan S dan beberapa ucapan ng yang kurang jelas.

++++

4 Tahun kemudian

"Buna...!!!! " lengkingan itu membahana saat pintu kaca di tarik keluar "Tamikuuuum... "

(assalamualaikum)

" Waalaikumsalam, Bi" ujar Kinara membuka pelukannya menyambut puteranya yang kini berusia 4 tahun.

Menatap wajah puteranya masih tersisa coretan, ia masih takjub melihat perkembangan Biru yang seperti baru kemarin begitu kecil dalam gendongannya. Sekolah 4 kali seminggu membuat anaknya semakin ceria dan mudah berinteraksi.

"Thanks Nai udah jemput Biru"

"Nope, kita tadi bersenang senang kan Bi" ujar Naima

Kinara mencium bau konspirasi yang diciptakan duo sejoli ini bila bersama. Kinara lalu mengelap jejak biru dekat bibir puteranya itu lalu menjilatnya. Terasa jejak manis seperti permen

"Biru... Tema nya Biru " panggil Kinara pada dua orang yang sudah tertunduk meringis

"one cup etklim bluebelly buna, cuma tatu aja, yayaya... " ujar Biru nyengir menggenggam telunjuknya didada dengan tatapan polos memohon tanpa dosanya

(one cup eskrim blueberry buna, cuma satu yayaya....)

"Biru, kamu kok polos banget sih... " ujar Naima meringis melihat pelototan laser Kinara

"Tidak ada cupcake siang ini, atau kamu akan kesulitan tidur malam Bi karena terlalu banyak makan gula ya sayang. Hari ini hanya makan siang ya. Yaahhh sayang sekali Biru, Tema nya Biru... padahal buna bikin cupcake siang ini" ujar Kinara dengan wajah dibuat-buat menyesal.

"Ya.. buna... " koor protes Biru dan Naima serempak

Titah Kinara adalah mutlak. Jika Naima memanjakannya tanpa batas maka dia adalah penyeimbangnya. Kinara akan menetapkan punishment and reward untuk Biru. Tentu saja Naima harus menaati pula peraturan yang Kinara tetapkan untuk mereka bertiga. Supaya Biru tetap disiplin dan menghargai aturan. Kinara kemudian menggendong pangerannya sambil menciuminya hingga Biru terkikik kegelian.

"Nah duduk dulu" ujar Kinara seraya mendudukan Biru di kursi anak-anak pojok di ujung kafe. Dia menyejajarkan pandangannya pada tatapan Biru agar mereka dapat berkomunikasi dengan benar dan biru tidak merasa terintimidasi padanya.

"Buna napa Bilu duduk dikulti lenungan"

(buna kenapa Biru duduk di kursi renungan?)

"Nah kenapa ya, kok Birunya buna didudukin di atas kursi renungan ini??"

"buat melenungkan pelbuatan Bilu, mmhmm... "

(buat merenungkan perbuatan Biru, mhmmmm...)

Biru mengerenyitkan dahinya dengan telunjuk mengetuk-ngetuk di dagunya seolah dia sedang berpikir keras. Melihatnya Kinara justru meringis, melihat Biru tumbuh besar, semakin mengingatkannya pada wajah seseorang yang mewariskan ketampanan pada Biru.

"uhmm..."

"keywordnya adalah Yaya... "

" Ahh... tadi Bilu ajak main boneka ken nya Yaya tumputan bun, tapi kepalanya ken diemut sama Jojo tampe botak, gitu aja tih Yaya nangit bun... "

(Ahh.... tadi Biru ajak maim boneka ken nya Yaya sumputan bun, tapi kepalanya ken diemut sama si Jojo sampe botak, gitu aja sih Yaya nangis bun...)

" Iya sih masa gitu aja nangis, besok boneka tayo Biru, bunda pinjemin sama si Jojo, Biru juga gak akan nangis kan??? "

" Jangan bun, Bilu nanti gak bita bobo bun... nanti Bilu tedih" Biru terpekik melotot khawatir memikirkan tayonya yang bakal diemut Jojo

( Jangan bun, Biru nanti gak bisa bobo bun... nanti Biru sedih)

"Nah... terus Yaya gimana kalo ken nya sampe botak diemut si Jojo?? "

" Yaya jadi tedih bun, tadi dia nangit"

(Yaya jadi sedih bun, tadi dia nangis)

"Lalu Biru harus apa?"

"Bilu meti minta maaf tama Yaya nanti ya bun... "

(Biru mesti minta maaf sama Yata nanti ya bun...)

"Ken Yaya botak loh Bi... kalo Tayonya Bi rusak gimana??"

"Bilu matih tedih bun"

(Biru masih sedih bun)

"Jadi Biru harus tanggung jawab, okey... "

"uhmm..jadi Bilu congkel Nana aja ya bun buat beli ken lagi ahhh tapi Nana kan udah dicongkel minggu malen ya bun buat ganti loda tepeda Bilu yang petah, Bilu mau katih kake bagian Bilu, ya bun"

(uhmm..jadi Biru congkel Nana aja ya bun buat beli ken lagi ahhh tapi Nana kan udah dicongkel minggu maren ya bun buat ganti roda sepeda Biru yang pecah, Biru mau kasih cake bagian Biru, ya bun)

"Biru rela??? cupcake kesukaan yang gak pernah Bi bagi sama Tema dibagi sama Yaya??? "

"Iya buna..."

"Okey fix ya, duduk disana 10 menit lagi, Tema juga"

"Bunaaa kok Tema juga sih"

"Tema renungkan juga perbuatan Tema hari ini"

Biru dan Naima pasrah duduk meski keduanya sangat tersiksa. Dua orang aktif bergerak dihukum duduk manis itu rasanya sangat menyiksa.

Tatapan mata bulat Biru yang polos seperti serangan bintang yang berkilau, Kinara tidak boleh goyah. Dia harus tegas menegakkan aturan mereka atau aturan ini tidak akan berguna sama sekali.

"Nanti langsung ganti baju ya setelah 10 menit, buna udah siapin bento buat kalian berdua"

"Horraay bento!!!"

"Hollay bento!!!! " tiru Biru memekik girang seperti tantenya

(Horraay bento!!!! )

Kedua sejoli itu tos mendapatkan menu kesukaan mereka. Akhinya, Keduanya duduk dengan gelisah menunggu 10 menit yang terasa begitu lama. Kinara sengaja menyebut makanan kesukaan mereka yang telah disiapkannya untuk menggoda keduanya menjadi gelisah.

+++++

" Pekenalkan saya Kinara Buna nya Biru" ujar Kinara seraya duduk di bangku taman sekolah di sebelah wanita berperawakan akhir 20an itu

"Saya Marsya mamanya Alya" ujar wanita itu ramah membalas uluran tangan Kinara

"Maaf ya Mamanya Yaya, atas kenakalan Biru kemarin" ucap Kinara bersungguh-sungguh

"Namanya juga anak-anak Bun, malah aku seneng Biru main sama Yaya, dia jadi berekspresi, sebenarnya Yaya anaknya pemalu, ehmm karena masalah perpisahan aku sama papanya, dia jadi pemurung, dia sangat dekat dengan papanya selama ini, baru kali ini aku lihat Yaya berekspresi berapi-api setelah perceraian kami. Dia bercerita tentang kejahilan Biru semalam suntuk, tanpa harus ditanyain"

"Bakat jahilnya ternyata bisa membantu juga, oh ya ini cupcake ala Buna Biru, mudah-mudahan suka, mampir juga kalau lewat CoffeeWell, boneka Ken-nya Yaya gimana, aku belum sempat cari buat ganti" ujar Kinara sambil menyerahkan sekotak cupcake dan kartu namanya

"Wah gak usah ganti, aku udah nyiapin setok di rumah, udah ngerepotin, jadi gak enak, makasih ya Yaya pasti suka" ujar Marsya seraya membaca kartu nama berwarna Biru "Ohh...ini sih gak jauh dari apart baru kami, pasti kayanya bakal main deh, lihat mereka berdua" ujar Mama Yaya melirik ke arah dua anak yang saling mengobrol akrab

"Biru suka emh tergila-gila cupcake, dan dia sering ribut sama auntynya, kemarin dia janji membagi jatah cupcakenya untuk Yaya, dia menyiapkan kotaknya sendiri, itu sesuatu yang luar biasa, karena Yaya" ujar Kinara tersenyum hangat dan bangga melihat perkembangan anaknya

"Ayahnya Biru gimana.. "

"ehmmm..." Kinara hanya bisa berdehem tersenyum tanpa kata

"Maaf, maaf aku... "

"Ayahnya sudah tidak bersama kami sejak Biru dalam kandungan"

"Maaf membuka luka lama, aku tahu rasanya seperti apa sekarang, menjadi single parent itu tidaklah mudah, berpisah dengan membawa seorang anak tentu berbeda saat kita berpisah tanpa anak. Berkonsekuensi besar, aku sedih melihatnya saat tidur terus mengigaukan papanya, akhir-akhir ini aku merenung, apa aku egois telah mengambil keputusan bercerai dengan papanya Alya, harusnya aku berkorban lebih banyak, harusnya cinta ibu bisa mengorbankan hatinya kan, tapi... "

"Aku juga melewati fase itu" ujar Kinara seraya menggenggam tangan Marsya menenangkannya "Tapi sahabatku meyakinkanku, untuk membahagiakan anakku, aku harus bahagia, berikan Alya waktu dan jelaskan pelan-pelan. Sekarang pun tidak bisa dikatakan tidak apa-apa tapi aku masih sangat bersyukur masih dikelilingi orang yang menyayangiku. Lebih bersyukur lagi karena Biru anak yang tidak menuntut dan tumbuh menjadi anak yang cerdas serta ceria "

"Bunaaaa...!!!!" teriak Biru sambil berlari mengandeng anak perempuan ke arahnya"

"Ya Bi, kenapa hmm" ucap Kinara sambil mencium pucuk kepala Biru dengan sayang

"Buna ajak Yaya sama mamanya yuk ke panti Nena, Bilu mau ajak Yaya main sama temen-temen ditana bial Yaya gak tedih lagi pitah tama papanya"

(Buna ajak Yaya sama mamanya yuk ke panti Nena, Biru mau ajak Yaya main sama temen-temen disana biar Yaya gak sedih lagi pisah sama papanya)

"Yaya mau ikut Ma sama Bilu, kata Bilu dicana meleka ndak punya papa mama kalena pelgi ke sulga, meleka ndak bisa lagi ketemu papa cama mama. Yaya kan macih bica ketemu papa hali mingu, jadi Yaya ndak mau cedih lagi, nanti mama cedih papa cedih juga. Yaya cayang mama cama papa. Yaya boleh ikut ya Ma...???"

(Yaya mai ikut Ma sama Biru, kata Biru disana mereka nggak punya papa sama mama. Yaya kan masih bisa ketemu papa hari minggu, jadi Yaya nggak mau sedih lagi, nanti mama sama papa sedih juga. Yaya sayang ma. a sama papa juga. yaya boleh ikut ya ma...???)

"Boleh, kalo Bunanya Biru ngizinin kita ikut" ujar Marsya mencium kening anaknya dengan mata berkaca-kaca sekaligus meminta persetujuan dari Kinara "Alya anak baiknya mama sama papa... makasih ya sayang"

"Tentu Yaya sama Mama boleh ikut kita sekalian piknik, Nenanya Biru pasti seneng dikunjungin" sambung Kinara terharu melihat interaksi ibu dan anak itu seperti membayangkan dirinya sendiri dan Biru.

"Holeyyyy atikkk"

(Horeyyyy asikkkk)

"Aciikkk... "

(asiikkk...)

kedua anak itu berteriak melompat-lompat kegirangan.

+++++

Sorenya Kinara menyempatkan mengajak Biru makan di restoran favorit mereka. Naima tidak bisa ikut hari ini karena ada pertemuan dengan kliennya.

"Biru jadi anak baik dan sholeh hari ini" ujar Kinara seraya mengecup kening Biru yang duduk di sebelahnya "Buna bangga sama Biru, Buna sayang Biru"

"Bilu juga tayaaang buna... " ujar Biru sambil menyuap mi terakhirnya

(Biru juga sayaaang buna)

"Cuci tangan sama mulutnya, besok bunda janji temenin Biru main sepeda di taman, kita piknik juga"

"Buna ndak usah antel, Bilu udah gede bita tendili" ujar anak itu masih menggendong tas Jerapah berisi harta karunnya.

(Buna nggak usah anter, Biru udah gede bisa sendiri)

"Tapa yang cinta pada nabina pati bahagia dalam hidupnya, muhamadku muhamadku dengalah teluanku, Bilu lindu kepadamu, buna lindu kepadamu... "

(Siapa yang cinta pada nabinya pasti bahagia dalam hidupnya, Muhammadku dengarlah seruanku, Biru rindu kepadamu, buna rindu kepadamu)

Kinara memandangi tampak belakang Biru yang menggemaskan. Ia sedang menyanyikan lagu baru favoritnya yang digubahnya sendiri. Hampir semua orang yang dilewati Biru di restoran menoleh kepadanya lalu tersenyum, melihat betapa menggemaskan puteranya yang menyanyi dengan suara polosnya. Kinara khawatir sehingga mengekorinya dan sembunyi sampai dibelokan wastafel disudut restoran.

Puteranya mencari kursi rendah untuk naik ke wastafel, pelayan disini sudah terbiasa dengan kehadiran Biru sehingga mereka menyiapkan bangku rendah dekat wastafel agar anak-anak seperti Biru dapat mencuci tangan. Tapi kursi itu tersembunyi dekat pot besar

"Apa yang kamu cari nak?? " tanya seseorang dengan suara barito yang keluar dari toilet.

Jantung Kinara berdegup kencang melihat profil pria yang membelakanginya. Tak berubah sedikitpun. Cara berpakaian, potongan rambut, aroma parfumnya. Segalanya tetap sama seperti yang dulu.

Ya... pria itu tetap konsisten tentang segalanya dalam hidupnya

Dewi batin Kinara tersenyum masam mencibir kegugupan Kinara.

"bangku, Bilu mau cuci tangan owom"

(Bangku, Biru mau cuci tangan om)

"Happ... " ujar pria itu sambil mengangkat Biru dan membantunya supaya bisa menggapai sabun dan keran.

" Sama siapa kesini? "

"Sama buna, Bilu ndak boleh nomong tama olang ating lho owom, Bilu punya unty galak yang gigit kalo owom mau culik Bilu"

(Sama buna, Biru nggak boleh ngomong sama orang asing loh om, Biru punya aunty galak yang gigit kalo om mau culik Biru)

"Hahaha....kamu lucu, umur kamu berapa Biru, nama kamu bagus sekali"

"Bilu umulnya empat owom, makatih ya owom, Bilu pamit dulu, talamikum.. " ujar Biru sambil mencium punggung tangan pria itu

(Biru umurnya empat om, makasih ya om, Biru pamit dulu, assalamualaikum)

Biru berjalan sambil membuka tas kecilnya mencari-cari tisu di dalam tasnya hingga beberapa pensil warnanya berjatuhan. Biru memungut pensilnya namun satu yang tal terjangkau tertinggal karena dia terburu-buru berlari. Pria itu dengan sigap mengambil pensil yang jatuh di dekatnya tapi saat ia berbalik ingin memanggil, anak itu sudah memghilang dengan cepat. Dilihatnya nama yang ditulis di kertas di tempel dengan selotip di atas pensil.

Akhza Biru Kamayel

Pria itu tersenyum menatap nama di atas pensil tersebut. Nama yang dibuat dengan selera orang yang sangat dikenalnya dulu seandainya mereka memiliki anak.

Pria itu lalu membawa pensil itu ke pelayan di kasir.

"Mbak, titip ini mungkin nanti ada pelanggan yang mencarinya" ujar Arka tak rela melepas pensil itu dari tangannya

"Ohh, punya si lucu Biru, tadi sama mamanya tergesa-gesa, setiap sabtu mereka kesini, nanti saya kembalikan pada mereka, terima kasih pak, semoga menikmati layanan kami"

"sama-sama" ujar Arka kembali melangkah ke dalam restoran.

+++++

Kinara berlari gemetar sambil menggendong Biru dengan erat menuju ke dalam taksi setelah buru-buru membayar makanannya. Dia masih belum siap bertatap muka apalagi berkonfrontasi dengan pria itu saat ini. Segala bayangan buruk berkecambuk di dalam kepalanya. Untung saja Biru yang kekenyangan telah mengantuk jadi dia tidak sempat menanyakan keanehan sikap bunanya yang mendadak seperti pencuri yang kabur tunggang langgang.

Kinara langsung menaiki tangga dengan tergesa-gesa dan segera mengunci pintunya. Perasaan yang sudah dibentenginya ternyata belum cukup kokoh untuk menahan terpaan memori dan ketakutan dari masa lalunya. Ia belum banyak berubah dari Kinara yamg dulu.

Setelah membasuh Biru dan mengganti pakaiannya, Kinara masuk ke ruang bacanya, tidur adalah sesuatu yang ia hindari saat ini. Menghindari mimpi buruk yang mungkin datang cepat lambat dalam hidupnya.

Sejauh apapun kita berlari dari takdir, dia tidak perlu melangkah untuk meletakkan kita kembali dalam genggamannya...

+++++

Terimakasih untuk support kalian?

S_thorycreators' thoughts