Suasana malam itu terasa berat meskipun Lana baru saja memenangkan balapan. Kemenangan yang seharusnya menjadi momen bahagia kini diselimuti oleh perasaan cemas dan curiga. Victor telah memberikan ancaman, dan sosok Adrian yang berbicara dengan seseorang di sudut lintasan semakin membuat Lana gelisah.
Dia berjalan ke arah Adrian dengan langkah tegas. "Adrian, aku ingin penjelasan. Siapa orang itu?"
Adrian terlihat terkejut sejenak, tetapi dengan cepat dia menguasai dirinya. "Lana, ini bukan seperti yang kau pikirkan."
"Lalu apa? Setelah semua ini, aku berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi!"
Adrian menghela napas panjang. "Baiklah, tapi tidak di sini. Ada terlalu banyak mata yang mengawasi."
---
Rahasia yang Terungkap
Di sebuah garasi tua yang jauh dari keramaian, Adrian akhirnya membuka mulut. "Lana, kau tahu aku tidak pernah ingin menyakitimu. Tapi kenyataannya, aku terlibat lebih dalam dari yang kau bayangkan."
Lana menatapnya dengan tajam. "Apa maksudmu?"
Adrian menundukkan kepala. "Aku dulu bekerja untuk Victor. Aku adalah bagian dari timnya, tapi aku meninggalkan semua itu ketika aku menyadari betapa kotornya dunia ini. Aku tidak bisa melarikan diri sepenuhnya, tapi aku mencoba menebus kesalahanku dengan membantumu."
Lana merasa darahnya mendidih. "Jadi selama ini, kau memata-matai aku untuk Victor?"
"Tidak!" Adrian membantah dengan tegas. "Aku tidak pernah memberikan informasi tentangmu padanya. Tapi aku tidak bisa menyangkal bahwa aku tahu lebih banyak tentang rencananya daripada yang seharusnya."
---
Misteri Baru
Sebelum Lana bisa merespons, pintu garasi terbuka dengan keras. Rai muncul dengan ekspresi marah. "Jadi ini alasanmu mempercayai dia, Lana? Dia bagian dari mereka!"
"Rai, dengarkan aku dulu!" Adrian mencoba menjelaskan, tetapi Rai tidak mau mendengar.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan! Kau hanya membuat semuanya lebih rumit!"
Lana berdiri di antara mereka. "Cukup! Kita tidak bisa saling bertengkar sekarang. Victor sedang merencanakan sesuatu yang besar, dan kita harus bersatu untuk menghadapinya."
Rai menghela napas berat, tetapi akhirnya mengangguk. "Baiklah. Tapi aku tidak akan membiarkan dia mendekatimu lagi tanpa pengawasanku."
---
Persiapan untuk Perlawanan Baru
Hari-hari berikutnya dihabiskan dengan persiapan intensif. Lana, Adrian, dan Rai mulai menyusun strategi untuk menghadapi Victor. Mereka tahu bahwa balapan berikutnya bukan hanya tentang kecepatan, tetapi juga tentang kekuatan mental dan fisik.
Lana juga mulai merasakan tekanan dari popularitasnya yang semakin meningkat. Media terus membicarakan kemenangannya, tetapi juga memunculkan rumor tentang hubungannya dengan Adrian dan keterlibatannya dengan Victor.
"Aku tidak bisa terus seperti ini," kata Lana suatu malam. "Aku harus mengambil kendali atas ceritaku sendiri."
Rai menatapnya dengan serius. "Kau tahu apa artinya itu, kan? Kau harus menghadapi Victor secara langsung."
Lana mengangguk. "Aku tahu. Dan aku siap."
---
Balapan yang Menguji Segalanya
Balapan berikutnya diadakan di sebuah sirkuit internasional yang megah. Para peserta datang dari seluruh dunia, termasuk tim Victor yang kini membawa teknologi canggih yang membuat semua orang terkesima.
Lana mempersiapkan mobilnya dengan hati-hati. Dengan bantuan Adrian dan Rai, dia berhasil meningkatkan performa mobilnya meskipun tidak sebanding dengan teknologi Victor.
Di tengah persiapan, seorang peserta baru muncul. Seorang wanita misterius dengan rambut perak panjang dan aura dingin. Dia mendekati Lana dan memperkenalkan dirinya.
"Namaku Ayaka. Aku pernah menjadi bagian dari tim Victor, tapi sekarang aku ingin membantu menghancurkannya."
Lana terkejut. "Kenapa kau ingin membantu kami?"
Ayaka tersenyum tipis. "Aku punya alasan pribadi. Yang perlu kau tahu, aku punya informasi yang bisa mengubah segalanya."
---
Saat balapan dimulai, Lana merasa ada sesuatu yang berbeda. Ayaka tampaknya tidak hanya membantu, tetapi juga menyimpan rahasia besar yang bisa membahayakan semua orang.
Di lap terakhir, ketika Lana hampir mencapai garis finish, mobil Ayaka tiba-tiba melaju dengan kecepatan luar biasa, mendekati mobil Lana.
"Lana, hati-hati!" teriak Rai melalui radio.
Ayaka tersenyum dingin melalui kaca helmnya. "Maaf, Lana. Tapi aku punya rencana sendiri."
(Bersambung ke Bab 44)