webnovel

[04]. Stellar Scramble

Madam Fantasia dan beberapa guru telah kembali seminggu kemudian. Sebenarnya masalah di Dewan belum selesai namun tak terlalu parah. Hal ini membuat guru-guru muda merasa lega karena tak perlu keluar dari ruangan ber-AC dan hanya perlu memperhatikan sekolah dari jauh

Di hari minggu ini seharusnya digunakan untuk beristirahat. Tapi tidak bagi Vien dan Quine. Mereka berdua akan bertanding untuk mendapatkan Stellar. Sebenarnya pertandingan ini tak seberapa karena mereka memiliki Hypher. Tapi Vien tak bisa meremehkan Quine yang pikirannya sangat licik itu. Ia harus memikirkan rencana matang agar bisa menang

Ssrtt...

"Astaga apa aku terlalu gugup?. Bahkan mengikat sepatu saja tanganku tremor." Vien menatap nanar tangannya

"Santai saja oke, rileks. Sudah ayo keluar!." Ajak Amora

Saat keluar ada banyak siswa yang ternyata menunggunya

"A-apa yang mereka lakukan?." Tanya Vien saat Youzu bergelayut di lengannya

"Mereka mendukungmu karena kau begitu beraninya melawan ratu pembully di Alarice. Jangan kecewakan mereka ya!." Ujar Youzu. Vien mengangguk lalu masuk ke lapangan rumput, begitupun dengan Quine

Quine menampilkan senyum remeh. Sementara Vien hanya diam tak berekspresi. Hingga Madam Fantasia datang dan memberikan wejangan

"Kalau begitu, ayo kita mulai saja!." Fantasia menjentikkan jarinya dan sebuah labirin tanaman muncul dari tanah

"Aku akan menjelaskan tugas kalian. Kalian harus menemukan keberadaan piala sihir atau yang disebut Goblet Of Magic. Siapa yang menemukannya terlebih dahulu dia akan menang dan mendapatkan Stellar. Tapi ingat, ada banyak rintangan di dalam sana. Kalian tak diberi batas waktu dan boleh menggunakan Hypher semaunya. Dan satu lagi, jika kalian bersama-sama menemukan piala itu ... maka kalian harus perang." Ujar Fantasia. Membuat Viva, Skype, Thsar, dan MoonArk khawatir

"Baiklah, pertandingan ... dimulai!!."

Quine sudah berlari masuk. Tapi Vien melihat sahabat serta keluarganya sekilas lalu masuk. Ternyata benar, labirin itu tak akan tinggal diam

Di awal masuk, mereka sudah diserang oleh meriam api yang besar. Mereka sama-sama mencoba menghindar. Quine menggunakan Hypher-nya yang berupa air untuk melawan. Tapi Vien tidak, ia memilih untuk menyimpan energinya

Akhirnya rintangan pertama selesai. Vien melihat langit dan cuaca sedang tak bagus, atau mungkin memang bagian dari pertandingan?. Saat Vien melamun ia dikagetkan dengan tiga pintu dan disana ada sebuah kuis. Tapi bukan itu yang dilihatnya karena dirinya dan Quine berada di tempat yang sama dan harus menjawab kuis itu

'Kau harus memilih salah satu pintu untuk bisa selamat

Pertanyaannya adalah, pintu manakah yang akan kau masuki?

Pintu pertama diisi oleh pemburu dan genangan listrik

Pintu kedua seekor singa yang tak makan selama setahun

Dan pintu ketiga diisi oleh seorang penyihir yang bisa mengutukmu

Buka salah satu pintu dan masuk. Jika kalian benar, maka itu akan menunjukkan jalan labirin kembali. Jika salah, kalian harus melawan dari makhluk di dalamnya untuk bisa keluar. Sekarang, cepat pilih!'

Vien tanpa ragu mendekati pintu kedua, hal itu membuat Quine kaget dan panik. Ia pun akhirnya memilih pintu pertama, tepat didepannya

Cklekk...

"Mati aku."

Vien tersenyum lalu masuk ke pintu yang dipilihnya. Meninggalkan Quine yang akan bertarung dengan pemburu itu. Tentu saja dia tahu, hewan mana yang bisa bertahan tidak makan selama setahun?. Itu yang ia pelajari dari dunia manusia

* * * * *

Rintangan kelima yang berupa sengatan listrik telah berakhir. Vien terduduk dan mengambil nafas, ia mendesis saat merasa perih di lututnya yang terluka karena terkena sengatan tadi

"Itu, itu pialanya." Vien berdiri dan berjalan pincang ke piala yang mengeluarkan cahaya ilahi itu

Tapi tiba-tiba sebuah bola air menuju ke arahnya dengan cepat. Vien yang tak bisa menghindar akhirnya menggunakan kedua tangannya untuk menangkis dan termundur sedikit

"Kau pikir, kita sudah selesai?!."

"Quine kau-."

"Apa?!. Kau pikir aku lemah begitu?!!."

Vien terdiam. Bukan karena bentakan Quine, tapi Vien melihat sebuah bayangan menyeramkan yang bergelayut dipundak Quine. Ia yakin jika bayangan itu telah mencuci otak Quine

Tak disangka hujan turun dengan lebat, membuat seluruh orang masuk ke sekolah. Hujan itu tak direncanakan. Vien dan Quine tak beranjak sama sekali

"KAU ITU HANYALAH ANAK BARU YANG TAK TAHU APA-APA!!. KALIAN LEMAH DAN ORANG SEPERTI KALIAN ITU HARUSNYA TAK ADA!!."

Vien menutup matanya sejenak karena merasa ini akan menjadi rumit

"Quine dengarkan aku-."

"JANGAN DEKATI AKU KAU SAMPAH!. MATI KALIAN MATI!."

"Oh tidak." Vien menghindari serangan air Quine

Tapi karena kakinya terluka, pergerakan Vien menjadi lambat dan mengenai salah satu serangan Quine. Vien terhempas dan membuat piala itu terjatuh

Vien menahan perih dan ketika mendongak, Quine telah muncul di depannya dengan tatapan iblis. Bahkan bayangan itu berubah warna menjadi merah

'Ia menjadi kuat karena Quine terhasut. Apa ini bagian dari pertandingan?'

"Quine, kau belum pernah ... merasakan kasih sayang ya." Ucapan Vien membuat Quine terkejut bahkan orang-orang yang menonton pun terdiam

"Kau lahir di keluarga yang kaya harta, tapi miskin cinta."

"LALU KENAPA?!. KAU MAU MERENDAHKANKU?!."

"Hidup dengan orang yang selalu kau anggap sebagai malaikat maut. Kau tahu, bukan hanya kau yang merasakan hal itu. Jika kau memandang sebagai Mythgium, mungkin kisah hidupmu adalah yang paling tragis. Tapi jika kau memandang sebagai manusia, kisahmu adalah yang paling baik diantara mereka." Ujar Vien

"A-apa maksudmu?."

Vien bangkit dan mengambil piala itu dan menaruhnya kembali ke atas sebuah meja

"Aku dan sepupuku terlahir di dunia manusia. Mereka terlalu polos hingga sangat mudah untuk di serang. Tapi kau tahu apa alasan aku dan saudariku tak melakukannya?. Karena sebetulnya... kita memiliki cerita yang sama, namun berbeda judul."

"Kau merasa kau adalah orang yang paling kasihan di dunia Mythgium. Tapi apa kau tahu, jika manusia lebih kasihan?. Mereka tak memiliki kekuatan seperti kita, mau orang kaya atau miskin. Mereka bekerja keras, mengikhlaskan sesuatu yang mereka inginkan tapi bukan hak mereka, harta. Orang-orang yang hidup dalam ekonomi kecil, mereka masih bisa bertahan hingga sekarang ... karena percaya dengan keajaiban yang kenyataannya tak pernah datang

Lalu kenapa kita yang sudah terlahir istimewa ... sudah putus asa di tengah jalan?. Kita hanya perlu menjentikkan jari untuk merubah dunia ini, tapi mereka?. Beratus-ratus tahun mereka dijajah dan tetap optimis hingga mereka bebas sekarang. Dan kau?. Hanya karena keluargamu hancur, kau menganggap kehidupanmu akan begitu terus?. Kau boleh putus asa, tapi untuk istirahat bukan berhenti."

Semuanya terdiam. Bayangan merah itu tampak marah dan ingin mengendalikan pikiran Quine lagi. Tapi ucapan Vien benar-benar merubah pemikiran Quine

"A-aku telah salah hiks. Tolong maafkan aku, Vien!. Maafkan aku!."

"Kau tak harus minta maaf padaku. Lakukan kepada para korban bullymu. Dan berjanjilah, kau tak akan mengulanginya lagi." Ujar Vien seraya mengangkat jari kelingkingnya. Quine mengangguk dan menyatukan kelingking mereka

Vien melihat bayangan itu yang menghilang. Tiba-tiba piala itu bercahaya dan meledak. Ada dua bintang muncul di depan mereka

"Selamat!. Masing-masing dari kalian mendapatkan Stellar!!!."

Sekolah itu riuh dengan tepuk tangan. Vien dan Quine tersenyum senang hingga akhirnya mereka tak sanggup dan kehilangan kesadaran