webnovel

KUCING AJAIB

Bagaimana rasanya jika saat membuka mata, tiba-tiba saja, kucing yang dipeluk berubah menjadi seorang pemuda tampan? Shock, kaget, dan lain sebagainya menyerbu perasaan! Begitulah yang dialami seorang gadis polos bernama Virna, seekor kucing yang ia temukan nyaris mati, dan ia pelihara tiba-tiba saja suatu hari tanpa sebab dan alasan berubah menjadi seorang pemuda tampan, dan mengaku dirinya seorang pangeran dari dunia fantasi! Virna yang bahkan belum pernah pacaran dibuat kalang kabut karena harus satu rumah dengan kucing yang berubah menjadi manusia! Ketika Virna ingin mengusir pemuda itu, pemuda tersebut berkata, "Aku akan pergi, tapi bisakah kamu membantuku, agar aku bisa kembali ke duniaku?" Mampukah Virna membantu kucing ajaib itu kembali ke dunianya? Apakah kebersamaan mereka tidak menimbulkan sebuah perasaan cinta, hingga perpisahan mereka suatu hari akan berjalan lancar? Mengapa seorang pangeran bisa berubah menjadi seekor kucing? Baca yuk sampai tamat. Author Mithavic Himura Desain Cover : Beruang

MithavicHimura · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
439 Chs

TIDAK MENYUKAI WANITA?

"Pangeran, jika Pangeran butuh bantuan saat turun ke bumi, katakan saja pada hamba, hamba akan membantu, karena hamba juga tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada Pangeran Jeelian. Sudah beberapa hari ini ia menghilang."

"Tenang saja. Untuk sekarang, tidak ada yang perlu kau lakukan menyoal hal itu. Kau hanya perlu melakukan apa yang aku perintahkan saja. Ingat, jangan sekali-kali membocorkan masalah ini!"

"Jika, hamba memberitahu paduka, kalau kemungkinan, Pangeran Jeelian itu di bumi apakah--"

"Tidak! Aku bilang, rahasiakan ini semua! Aku tidak mau membuat istana kacau, sebab kemungkinan dia di bumi itu belum pasti, aku yang akan memastikannya, jika sudah pasti, aku sendiri yang memberitahukannya pada ayah dan ibuku!"

Tegas sekali Pangeran Julian mengucapkan kalimat itu di hadapan sang pejabat kerajaan.

Raut wajahnya sangat serius, hingga sang pejabat kerajaan mencoba untuk tidak berkata-kata lagi.

Ia membiarkan pria itu berkelebat pergi setelah sekali lagi memperingatkan dirinya untuk tidak membocorkan masalah itu pada penghuni kerajaan, terutama pada raja dan ratu.

"Julian! Darimana saja kau!"

Ketika Pangeran Julian baru saja masuk ke dalam istana, setelah beberapa hari ia tidak pulang, lantaran turun ke bumi mencari tahu keberadaan Pangeran Jeelian, ayahnya memergoki dirinya yang ingin segera masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Terpaksa, Pangeran Julian mengurungkan niatnya, dan segera menjura hormat pada sang raja.

"Mohon ampun Yang Mulia. Hamba baru saja pulang mencari keberadaan Pangeran Jeelian, tidak pulang karena merasa tidak ingin pulang jika belum menemukan hasil. Jadi, hamba mohon maaf."

Pangeran Julian masih menundukkan tubuh dan kepalanya, memberikan sikap hormat sembari mengucapkan hal itu di hadapan sang ayah.

"Apa yang sudah kau dapatkan?" tanya sang raja, dengan sorot mata menyelidik.

"Hamba belum menemukan jejak apapun, tapi, hamba akan terus mencoba untuk melakukan pencarian."

"Saat ini, para pasukan dan orang-orang kepercayaanku, sudah menyebar di seluruh pelosok negeri ini. Tapi, tidak ada satu orang pun yang sudah mendapatkan informasi. Ini aneh, apakah Jeelian diculik atau melarikan diri, semua tidak ada jejak yang bisa membuat kita mendapatkan celah. Jeelian, punya kemampuan untuk memberikan sinyal isyarat, jika memang dia diculik, tapi sampai sekarang, tidak ada sinyal apa-apa, yang dikirimkan olehnya pada salah satu dari kita, kau yang terakhir kali bersama dengan dirinya, apakah benar-benar tidak tahu apa-apa?"

Suara sang raja membuat Pangeran Julian, untuk sesaat seperti tidak bisa berkata apa-apa.

Ia takut, jika pria yang menjadi ayah tirinya ini tahu apa yang ia sembunyikan di dasar hati.

Beruntung, dia bisa membuat hatinya untuk tidak bicara. Jika tidak, ayahnya pasti akan mengetahui, apa yang sudah ia sembunyikan menyoal Pangeran Jeelian, yang sebenarnya terluka parah karena serangan yang dilakukannya secara licik.

Dikatakan licik, Pangeran Julian memberikan minuman berisi racun hingga membuat kekuatan Pangeran Jeelian, seperti tidak bisa digunakan.

Meskipun saudara tirinya itu masih bisa melawan, ketika ia menyerang, tapi racun yang terminum itu membuat Pangeran Jeelian tidak bisa mengerahkan kekuatannya seperti biasa.

"Hamba memang bersama dirinya sebelum menghilang, tapi hanya sebentar, karena hamba diminta untuk meninggalkan dirinya seorang diri, setelah hamba meninggalkan dirinya, Pangeran Jeelian tidak kembali, sampai sekarang hanya itu yang bisa hamba katakan pada Yang Mulia!"

"Benar. Kau, sudah mengatakan hal itu, ketika kita menggelar rapat keluarga. Aku hanya ingin bertanya ulang, siapa tahu, kau punya kata-kata lain, yang tidak bisa kau katakan jika di hadapan orang lain?"

"Kata-kata lain? Hamba ragu untuk mengatakannya."

Raut wajah Pangeran Julian dibuat sesuram mungkin, agar pria di hadapannya ini benar-benar percaya dengan apa yang mungkin nanti akan dikatakannya.

Sebuah muslihat, sudah terlintas di benak Pangeran Julian.

Muslihat untuk membuat Pangeran Jeelian semakin buruk di mata sang raja.

"Ikut aku sekarang!"

Menyadari ada yang ingin disampaikan oleh anak tirinya. Sang raja langsung meminta Pangeran Julian untuk mengikuti dirinya.

Pangeran Julian mengangguk patuh. Ia segera mengikuti sang raja yang membawanya ke sebuah ruangan, yang diketahuinya adalah ruangan khusus.

Dikatakan khusus, karena ruangan itu hanya boleh digunakan oleh orang-orang yang berbicara dengan sang raja, dengan pembicaraan yang tidak boleh didengar oleh orang lain.

Bisa disebut sebagai ruang rahasia.

"Katakan, apa yang ingin kau sampaikan sekarang!"

Suara sang raja terdengar tegas, memerintahkan kepada Pangeran Julian untuk bicara.

Sebelum duduk di hadapan sang ayah, Pangeran Julian menjura hormat kembali, pada pria berjanggut putih tersebut.

"Pangeran Jeelian pernah berkata padaku, tidak mau melaksanakan apa yang sudah direncanakan oleh Yang Mulia."

"Apa maksudmu?"

Kening sang raja negeri fantasi bertaut, menandakan ia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh sang anak.

"Tentang pernikahan Pangeran Jeelian, untuk menjadi pewaris tahta kerajaan ini," ucap Pangeran Julian, masih menundukkan kepalanya.

"Tentang pernikahan? Jeelian membahas itu denganmu?"

Suara sang raja membahana di ruangan itu, pertanda rasa terkejut meliputi perasaannya kala mendengar apa yang dikatakan oleh anak tirinya.

"Pangeran Jeelian pernah bilang pada hamba, bahwa dirinya belum siap untuk menikah dan memegang tampuk kekuasaan menggantikan Yang Mulia!"

Pangeran Julian memperjelas maksud dari ucapannya, hingga paras ayahnya terlihat berubah drastis, mendengarnya.

"Dia tidak pernah mengatakan hal itu? Dia hanya memintaku untuk tidak menyerahkan tahta, meskipun sudah menikah. Dia hanya ingin membantuku memerintah di negeri ini, itu saja."

"Pangeran Jeelian tidak memiliki rasa ketertarikan pada seorang wanita, Yang Mulia...."

"Dia menyukai pria?"

"Benar. Beberapa kali, dia mencoba untuk menggoda hamba, menurutnya jika kami berpasangan, maka mengendalikan kekuasaan tidaklah sulit karena kami melakukannya berdua."

Makin mengelamlah wajah sang raja ketika mendengar cerita Pangeran Julian tentang putra tunggalnya tersebut.

Tidak menyukai wanita? Benarkah? Tapi, Pangeran Jeelian tidak pernah mengatakan hal itu pada dirinya, atau istrinya. Ataukah, istri pertamanya mengetahui masalah itu, hingga membunuh dirinya sendiri karena merasa terlalu malu?

Berbagai macam kata kenapa, berkutat di kepala pria yang menjadi pemimpin di negeri fantasi tersebut. Negeri mimpi bagi manusia, yang mana, sesuatu yang mustahil terjadi, bisa dengan mudah terjadi di negeri itu.

"Anakku tidak menyukai wanita?"

Sang raja mengulangi kalimat itu, seperti sangat merasa malu menyadari jika Pangeran Jeelian memang benar-benar memiliki fantasi menyimpang seperti itu.

"Maafkan hamba Yang Mulia. Hamba tidak bermaksud untuk membuat Yang Mulia menjadi terganggu pikiran karena hal ini, hanya saja, hamba merasa ini perlu hamba katakan, karena bisa saja kita membuat kesimpulan atas hilangnya Pangeran Jeelian. Hamba tidak mengatakan masalah ini pada orang lain, Yang Mulia Ayahandalah orang pertama yang hamba beritahu soal ini!"

Kedua telapak tangan sang raja mengepal. Pria dengan janggut dan rambut putih panjangnya itu benar-benar merasa hancur mendengar penuturan Pangeran Julian!

Note: Orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginan, adalah orang yang tidak punya rasa empati di dalam hatinya.

(Benarkah Pangeran Jeelian tidak menyukai wanita? Stay terus di sini untuk tahu kelanjutan ceritanya ya terimakasih sudah membaca)