Setelah menjelaskan semuanya kepada Risa. Alana segera memulai pekerjaannya dengan Jenderal Irham Ansory itu.
Kediaman jenderal itu berada di kota Surabaya, tidak jauh dari markas militer tempat Bisma berada. Dito memberinya waktu satu minggu. Untuk menyelesaikan wawancara yang tidak pernah dilakukan oleh media lain.
Dito juga memberikan permintaan yang tidak masuk akal mengenai wawancara, namun dia berhasil untuk menghentikannya. Ketika Alana mencoba menghubungi asisten jenderal itu, benar saja ketika Alana ingin manyampaikan tujuannya, asisten tersebut langsung menutup panggilan teleponnya.
Hanya ada pesan dari asistennya bahwa dia harus menunggu dan akan memberikan kabar nanti. Tetapi dia tahu bahwa itu akan percuma karena beberapa media mendapatkan respon yang sama dan berujung tidak bisa melakukan wawancara.
Alana tidak bisa jika hanya diam begitu saja, dia harus memikirkan cara agar dapat menemui jenderal itu. Selama seharian penuh dia mempelajari biografi dari jenderal itu. Dan pada keesokan harinya dia memutuskan untuk datang ke rumah jenderal itu yang terletak di kota Surabaya.
Jarak antara Surabaya dan Bandung agak jauh setidaknya butuh sehari lebih penuh jika mengendari mobil. Sehingga dia memutuskan untuk membeli tiket pesawat. Jika wawancara ini berhasil maka akan memastikan bahwa tiket pesawat ini akan menerima gantinya.
Setelah turun dari pesawat, Alana langsung bergegas ke toko alat musik terkenal di Kota Surabaya dan membeli alat musik khusus. Setelah mempelajari biografi jenderal itu, Alana mengetahui bahwa jenderal itu sangat menyukai musik kuno, utamanya musik kuno yang di dalamnya ada suara serulingnya.Setelah mendapatkan umpannya, Alana memutuskan untuk makan siang. Sekitar pukul 4 sore Alana bergegas menuju taman Bungkul yang ada di pusat kota Surabaya itu.
Sang jenderal mempunyai kebiasaan jalan-jalan di sekitar taman tersebut pada pagi dan sore hari. Pada malam hari disana banyak anak kecil bermain, musik jalanan, bapak-bapak bermain catur dan segala macam yang membuat taman itu terlihat hidup dan hangat.
Setelah menemukan tempat yang cocok, Alana mulai mengeluarkan serulingnya dan mulai memainkannya. Seruling menghasilkan suara yang lembut dan merdu yang membuatnya beda dari alat musik yang lain. Banyak orang kini memperhatikannya utamanya para golongan usia tua.
Pada saat kecil, Alana kecil mendengar ada seseorang yang memainkan seruling didekat rumahnya. Suaranya begitu jernih dan indah dan Alana langsung menyukai suara yang dihasilkan alat musik itu. Sehingga, pada saat itu Alana mengikuti les seruling dan terkadang memainkan beberapa lagu untuk menghiburnya di rumah. Alana memainkan alat ini selama hampir 10 tahun, sehingga keterampilannya dalam memainkan alat musik ini tidak perlu diragukan lagi. Saat ini Alana sedang memainkan lagu favoritnya yaitu "Bengawan Solo". Alana terhanyut oleh permainannya sendiri dan ketika membuka mata dia kaget karena banyak orang yang mengelilinginya.
Setelah menyelesaikan lagu itu, orang-orang yang ada disekitar memintanya untuk memainkan lagu yang mereka inginkan.
"Gadis kecil, tolong mainkan lagu lainnya"
Kata orang-orang yang mendesaknya untuk bermain lagi karena merasa belum puas. Alana dengan senang hati menyetujuinya.
Setelah memainkan beberapa lagu hasil dari permintaan orang itu dia mulai kelelahan. Orang-orang yang ada disekitarnya pun mulai pergi sedikit demi sedikit. Tiba-tiba terdengar suara seseorang.
"Gadis kecil, maukah kamu memainkan lagu "Pelangi di bola matamu" tanyanya.
Sejujurnya lagu itu adalah lagu yang sering dimainkan oleh neneknya saat Alana kecil dulu dan itu membuat hatinya sedikit sakit memikirkan neneknya yang sudah tiada. Alana memandang orang yang berbicara dengannya itu. Rambut putih dan matanya yang tajam seperti pedang, dan tubuhnya yang tetap gagah seperti saat dia muda, Alana langsung yakin bahwa orang itu adalah jenderal Irham Ansory.
Melihat siapa yang ada di depannya, dia begitu senang tanpa menunjukkan keterkejutan ekspresinya itu. Setelah itu Alana langsung meniup serulingnya dan mulai memainkan lagunya.
Lagu " Ada Pelangi di Bola Matamu" yang dinyanyikakan oleh Jamrud memiliki makna seorang laki-laki yang mencintai seorang wanita, Laki-laki itu seperti terhipnotis oleh pesona dari wanita tersebut. namun laki-laki itu belum berani mengungkapkan perasaanya, setelah berpikir lagi akhirnya laki-laki itu memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya pada hari sabtu. Secara tidak langsung lagu itu menggambarkan seorang laki-laki yang hanya bisa mencintai gadisnya secara diam-diam.
Alana bermain dengn sangat menjiwai tanpa menyadari keterkejutan dari wajah jenderal itu. Tanpa sadar lagu itu sudah selesai dimainkan. Semua orang terpana akan permainan Alana dan pada saat itu jenderal Irham sedang menatapnya. Jika diperhatikan, mata jenderal itu memiliki aura yang berbeda daripada orang lain. Jenderal itu terkejut karena mengetahui lagu jadul tersebut.
"Gadis kecil, apakah kamu orang penduduk sini?" tanya jenderal Irham
Alana menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan jujur
"Saya baru saja datang ke kota Surabaya."
Jenderal itu menatapnya dan berkata
"Siapa namamu?
"Nama saya Alana, Alana Jayadi" jawab Alana sambil tersenyum "Apakah anda ingin mendengarkan lagu lain?" sambungnya
Sang jenderal melambaikan tangannya
"Tidak, sudah cukup. Aku sudah begitu banyak mendengarkan permainanmu. Kota Surabaya sangat bagus, maka bersenang-senanglah". Setelah berkata begitu, laki-laki itu berlalu pergi.
Alana hanya bisa menatap punggung laki-laki tua itu berlalu pergi tanpa tahu harus berbuat apa. Ada perasaan sakit dihatinya. Walaupun jenderal itu sudah pergi, dia masih belum meninggalkan taman itu. Mengingat jenderal itu menyukai permainan serulingnya, dia memainkan beberapa lagu lagi. Ketika dia kembali ke hotel dia tidak sadar bahwa jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.
Melihat tempat tidur yang besar dan nyaman di kamarnya. Membuat Alana langsung berbaring dan meregangkan pinggangnya. Tanpa sadar dia tertidur selama bebebapa saat. Keesokan harinya Alana terbangun pada pukul 9 pagi.
Akhir-akhir ini Alana tidur dengan sangat nyaman. Sebenarnya pagi ini dia berencana untuk pergi ke taman itu lagi, namun dia mengurungkannya. Dia memutuskan akan menemui jenderal itu pada malama hari. Kemudian akan memberi tahu tujuannya dan melihat bagaimana respon jenderal itu terhadap ajakan wawancaranya.
" Di atas sana aku melihat sebuah bulan…." dering ponsel Alana berbunyi. Alana merasa harus merubah dering ponselnya itu karena dia merasa malu karenanya.
"Halo..."
"Apakah ini Nona Alana?" tanya seseorang diseberang telepon sana
"Ya, saya Alana."
"Saya adalah asisten jenderal Irham Ansory. Apakah nona memiliki waktu pada pukul 2 siang nanti? Jenderal mengatakan bahwa beliau ingin menemui nona."
Alana merasa senang mendapatkan kabar itu. Bermain seruling di taman itu ternyata membuahkan hasil dan berjalan lebih cepat daripada dugaannya. Tampaknya sang jenderal mengenalinya malam itu.
"Ya, saya bisa. Saya akan datang tepat waktu" ucap Alana dengan bersemangat.
Rumah jenderal Irham terletak di pinggir kota Surabaya diantara perbatasan Surabaya barat dan kota Gresik. Tidak seperti di taman Bungkul, di daerah rumah sang jenderal cukup tenang dan damai. Rumahnya memiliki gaya sederhana dengan taman yang cukup besardi halaman belakang rumahnya membuat beberapa burung, tupai, dan hewan kecil lainnya tinggal disana.
Alana terkejut melihat sosok Erika juga berada disana. Melihat Alana, Erika menjadi tegang. Ketika kedua wanita itu melakukan kontak mata, tiba-tiba suasana menjadi dingin dan tegang. Seperti pada sebuah adegan drama ketika dua orang yang bermusuhan saling bertemu.
"Jenderal Irha biasanya tidak mengizinkan siapapun untuk menemuinya, nona termasuk orang yang beruntung." ucap asisten jenderal Irham "Nona, tolong tunggulah disini, saya akan menyampaikan kepada jenderal bahwa anda sudah ada disini" ucap asisten itu sambil masuk menuju ruangan tuannya.
"Hey Jalang, apa yang kau lakukan disini?" tanya Erika dengan nada yang begitu ketus
Saat ini bukan waktunya untuk meladeni ocehan Erika
"Nona Erika, saya punya nama. Nama saya adalah Alana Jayadi." balas Alana dengan santai
"Bagi orang yang murahan, apakah patut jika menyebut namanya?" jawab Erika dengan nada ketus
Alana menggertakan dirinya dan mencoba menahan emosinya. Mencoba menjawab dengan sopan dan tersenyum
"Nona Erika, bahkan seekor anjing saja mempunyai nama bukan?"
"