"Aku akan melindungimu sepanjang hidupku" ucap Bisma
Kata-kata Bisma membuat Alana merasa tenang dan terharu. Alana tidak tahu harus menjawabnya seperti apa. Bagaimana bisa seorang komandan militer secara jujur mengakui perasaanya dihadapannya.
Setelah mereka saling berpandangan selama beberapa waktu, akhirnya Alana memutuskan untuk berkata sesuatu
"Aku…"
Sebelum Alana menuntaskan apa yang ingin diucapkan, tiba-tiba terdengar sebuah bunyi klakson dari arah sebuah mobil. Klakson mobil itu berbunyi dengan sarang nyaring. Sadar dengan penampilan Bisma yang masih menggunakan seragam militernya. Alana mencoba menjauhkan dirinya dari pelukan Bisma. Walaupun mereka tidak saling berpelukan, tetapi Bisma masih menggenggam tangan Alana di dalam genggamannya.
Terlihat seorang prajurit bernama Agam turun dari mobil itu dan menuju ke arah mereka berdua. Prajurit itu terlihat memakai seragam yang sama seperti Bisma, seragam militer berwarna hijau army. Prajurit itu memberikan salam hormat ketika dia melihat Bisma disana.
"Apa ketua tidak apa-apa?" tanya sang prajurit
Arah tatapan sang prajurit itu kini beralih kepadanya dan sedikit melirik ke arah tangan Alana yang saat ini berada di dalam genggaman tangan Bisma. Beberapa detik kemudian sang prajurit menyadari sesuatu.
"Oh, apakah ini kakak ipar? Anda istrinya komandan Bisma?" tanya sang prajurit
Mendengar pertanyaan itu, Alana hanya bisa menggangguk sambil tersenyum malu. Tiba-tiba dari arah mobil militer itu turun lagi seorang yang memiliki tinggi lebih dari 1,8 meter, selain itu dia juga memiliki postur tubuh yang proposional dan wajah yang tampan.
"Salam komandan" ucapnya sambil memberikan salam hormat kepada Bisma
Bisma hanya menjawab dengan anggukan
"Apakah tugasnya sudah selesai?" tanya Bisma kepada prajurit itu
"Ya komandan" jawab prajurit itu dengan tegas.
Tatapan mata prajurit itu kini beralih ke arah tangan Alana yang saat ini berada di dalam genggaman tangan Bisma. Kemudian memandang Bisma dengan wajah curiga.
"Ternyata rumor itu benar." ucapnya
"Hei, kamu berhentilah mengatakan hal seperti itu" jawab Bisma sambil memukul punggung prajurit itu. Kemudian Bisma memperkenalkannya kepada Alana
"Alana perkenalkan dia adalah Aris Budi Kusuma kepala pasukan khusus Garuda. Dan Aris perkenalkan ini istri saya, Alana Jayadi."
Alana tercengang mendapati kenyataan bahwa orang yang ada didepannya yaitu putra jadi jenderal Halim Kusuma.
"Halo, selamat sore kolonel Aris" sapa Alana dengan agak malu-malu
"Halo, selamat sore juga Alana" jawab Aris "Istrimu cukup ramah dan sopan juga ternyata" ledek Aris kepada Bisma
Bisma tersenyum bangga dan berkata
"Tentu saja, aku tidak sepertimu"
Aris hanya bisa tersenyum dan diam mendengar balasan dari Bisma itu.
"Apa kau ingin pergi bersama-sama denganku menuju rumah?"
"Oke." jawab Bisma sambil melirik Alana meminta persetujuannya.
Selama di dalam mobil menuju ke rumah Aris. Alana melirik Aris selama beberapa kali. Alana menyadari bahwa Aris mempunyai alis yang indah walaupun dia mengerutkan keningnya.
Bisma terkenal berhati dingin dan ketika Alana melihat keduanya secara bersamaan, dia merasa sangat terpesona dengan ketampanan wajah dua orang yang ada di dekatnya kini. Apakah Aris sudah mempunyai seseorang di hatinya?
Selama perjalanan Bisma tetap mengenggam erat tangannya sambil asik berbicara dengan Aris, bahkan Bisma menggenggamnya lebih kuat kali ini.
Di dalam mobil militer itu terdapat beberapa prajurit lainnya yang membuat Alana menjadi malu. Terlebih perlakuan Bisma yang menggenggam tangannya dihadapan banyak orang itu membuatnya tidak berani untuk menoleh ke arah mereka, dia lebih baik melihat ke arah ke luar jendela sambil menikmati pemandangan untuk menutupi rasa malunya.
Setelah itu perjalan menuju rumah jenderal Halim terasa begitu sunyi dan sepi. Tidak terasa sampailah mereka di tempat tujuan. Ketika mereka turun dari mobil, Alana menyadari bahwa sikap Aris menjadi lebih kaku dan serius dibandingkan beberapa waktu lalu. Dia bahkan merapikan seragamnya sebelum masuk ke dalam rumahnya. Merasa ada yang tidak beres, Alana berjalan sedikit lambat dengan Bisma yang ada di sampingnya.
Memasuki ruang tengah terlihat jenderal halim sedang menuliskan sesuatu dengan kuas yang ada ditangannya, terlihat beliau sedang memikirkan sesuatu yang ingin dituliskannya.
"Ayah, aku sudah kembali" sapa Aris sambil hormat
Terlihat jenderal Halim hanya meresponnya dengan anggukan dan melanjutkan aktivitasnya.
Walaupun ayah dan anak itu saat ini berada di tempat yang sama bahkan jarak antara mereka sangat dekat. Alana menyadari bahwa ada jarak yang sangat besar diantara keduanya.
"Alana, ayo ikut denganku" ucap Bisma sambil menarik tangan Alana dan membawa Alana ke ruangan lainnya. Alana melihat Aris masih berdiri tegap di dekatnya ayahnya itu.
Setelah beberapa saat Alana mencoba meberikan diri untuk bertanya kepada Bisma
"Bisma, ada apa dengan Aris dan ayahnya?"
"Mereka memang selalu seperti itu" jawab Bisma dengan singkat sambil berjalan ke lemari buku seolah sedang mencari sesuatu.
Tiba-tiba kepala pelayan Fauzi datang membawakan teh harum dan beberapa camilan untuk mereka berdua.
"Nona Alana, anda tidak perlu cemas. Jenderal Halim dan putranya selalu seperti itu, tidak apa-apa" ucap kepala pelayan Yoga yang melihat Alana kebingungan yang terjadi dengan hubungan antara ayah dan anak itu.
"Kalau begitu, saya akan keluar. Lakukan apapun sesuka anda disini, permisi". lanjutnya sambil undur diri meninggalkan Bisma dan Alana berdua.
"Baiklah, terima kasih kepala pelayan Fauzi" ucap Alana sambil tersenyum
Kepala pelayan Fauzi keluar sambil tersenyum dan menutup pintu menyisakan mereka berdua disana.
Sepertinya Bisma telah menemukan sesuatu yang dia cari. Dia berbalik, meminum tehnya, dan meletakkan beberapa permainan kartu di atas meja.
"Permainan mana yang kamu sukai? tanya Bisma sambil tersenyum
Di atas meja itu kini ada beberapa macam permainan kartu seperti kartu uno, remi, monopoli dan lainnya. Sejenak Alana berpikir dan memutuskan untuk bermain ular tangga. Setelah itu dia merasa tercengang memikirkan bagaiamana bisa seorang komandan militer yang terkenal dengan sikapnya yang dingin dan tanpa ampun saat ini sedang menemaninya bermain ular tangga? Memikirkan hal itu membuat Alana merasa bangga dan senang.
Bisma pun mulai membuka papan ular gambar itu, mulai menata pion miliknya Alana di atas papan ular tangga itu.
"Sudah lama aku tidak bermain ular tangga lagi sejak aku kecil, Alana kamu tidak boleh terlalu kejam kepadaku, mengerti?"
"Baiklah kalau begitu aku akan memberikan kesempatan melempar dadu pertama untukmu. Apa kau masih tau caranya melempar dadu itu?" tanya Alana sambil tersenyum
"Tidak perlu khawatir ini sama saja seperti melempar sebuah granit" jawab Bisma dengan enteng
Selama beberapa waktu, mereka bermain ular tangga dengan sangat riang. Ketika Bisma mendapatkan angka kecil untuk dadunya dan mendapatkan tangga turun bahkan merajuk untuk melempar dadu lagi karena tidak terima mendapatkan poin yang kecil, Bisma akan menggaruk kepalanya sambil mengerucutkan bibirnya. Hal itu membuat Alana merasa gemas dan lucu terhadap ekspresi suaminya itu. Mereka bermain sambil tertawa riang dan kekalahan dan kemenangan yang seri untuk keduanya.
Setelah bermain ular tangga. Kini keduanya beralih bermain kartu monopoli. Yang membuat Bisma merasa takjub dan begitu lucu ketika melihat ekspresi Alana ketika dia kehilangan uangnya karena berhenti di tempat lawan dan menjadi bangkrut. Mereka bermain hingga beberapa ronde walaupun pada akhirnya kekalahan telak didapatkan oleh Bisma.
Setelah bosan dengan permainan kedua, mereka beralih ke permainan lainnya yaitu uno. Mereka terus bermain dan bermain sambil tertawa. Beberapa kalipun mereka melakukan permainan yang keluar sebagai pemenang adalah Bisma. Tidak dapat dipungkiri bahwa Alana merasa tersentuh oleh kesabaran dan kelembutan Bisma dalam menghadapinya dan terkadang Bisma menatapnya dengan mata yang teduh membuat Alana merasa malu dan hatinya menjadi berdetak tak karuan.
Karena terlalu asik bermain mereka tidak sadar bahwa camilan yang disediakan untuk mereka sudah habis dan Alana merasa malu karena membuat Bisma mengambilkan camilan tambahan untuknya.
"Permisi, komandan apakah anda ada di dalam sana?""
Terdengar suara Varo dari arah luar pintu yang sedang menanyakan keadaanya Bisma. Mendengar itu, Alana segera membuka pintu. Varo kaget melihat siapa yang membuka pintu yang ada di depannya itu.
"Oh halo kakak ipar, maksudku nona Alana" ucap Varo
"Halo Varo, mari silahkan masuk" ajak Alana
Melihat keadaan di dalam ruangan itu membuat Varo tercengang selama beberapa detik. Dia kaget melihat beberapa permainan yang berserakan di sekitar ruangan itu.
"Apa yang terjadi? Apa komandan memainkan semua permainan ini?" gumam Varo
Melihat Varo yang terdiam mematung disana, Bisma bertanya
"Ada apa mencariku?"