webnovel

Ku lepas kau dengan bismillah

Miranda amat sangat menentang poligami, tetapi pada akhirnya dia sendiri yang meminta suaminya Damar untuk menikahi Kinanti. Tidak ada alasan lain kecuali uang! Miranda mencintai suaminya, namun uang tidak lebih dari separuh hidupnya. Hingga dia rela mengizinkan suaminya berpoligami dan menikahi wanita kaya. Bagaimana kehidupan Miranda atas keputusan terbesarnya membiarkan Damar jatuh pada gadis kaya dan berhati lembut seperti Kinanti ? akankah dia bisa hidup bersama madunya sendiri?? Simak kisahnya ya dan terus dukung saya untuk terus berkarya ^^

A_blue · Urbain
Pas assez d’évaluations
29 Chs

Chapter 9

Fajar telah menyingsing, embun pagi diatas dedaunan berkilauan seperti permata. Rutinitas kembali dimulai setelah usai menunaikan sholat subuh.

Miranda memincingkan mata, tampilan Kinanti sangat rapi dari atas hingga bawah, sangat kontras dengan dirinya yang masih mengenakan daster.

Aura wajahnya segar dan penuh percaya diri. Gadis itu menenteng dua kotak makan yang berarti tidak perlu ada kiriman makan siang hari ini.

huh... menyebalkan!!

Miranda terus mengumpat, dia harus melakukan gebrakan dalam hidup atau dia akan terlena dan tertinggal jauh!!

.

Setelah Damar dan istri baru pergi bekerja, Miranda mengurus putri kecil.

akh! Dia menatap diri dicermin lalu memilih pakaian untuk hari ini, dress selutut menjadi pilihannya.

Tidak ada jadwal pergi ke pusat kebugaran, dia juga bosan berbelanja. Miranda mengambil gawainya, mencari satu nama disana,

Yeah mungkin pergi bertemu kawan lama akan membangkitkan spirit baru untuknya. Tadi pagi dia juga sudah minta izin pada suaminya, sementara putri kecil akan diasuh oleh suster Ana.

"Mama pergi dulu ya sayang ..." ujar Miranda mengecup pipi mungil putri kecil, gadis itu memeluknya erat, enggan ditinggalkan. Miranda menghela nafas, dia menidurkan dulu putri kecil lalu mulai beranjak pergi.

.

Tak begitu lama Miranda turun dari taxi online yang berhenti disebuah kedai kopi. Sebenarnya dia punya sopir yang siap mengantar kemanapun tapi kali ini dia merasa ingin pergi sendiri tanpa siapapun yang menguntitnya.

Miranda memasuki kedai kopi, netranya menyapu sekeliling ruangan untuk menangkap keberadaan Alya, seorang teman lama, sama seperti Tanti , dia layaknya saudara bagi wanita dengan paras ayu itu.

Alya baru resmi menjadi janda satu tahun yang lalu, dia punya seorang putra, suaminya dulu seorang pegawai biasa, setelah diangkat menjadi manager malah bermain gila dengan matan kekasihnya. Tentu saja Alya seorang wanita mandiri tidak terima jika harus berbagi suami!

ahh... itulah kehidupan,, siapapun harus siap menerima takdir,,,

Akhir-akhir ini sahabatnya itu yang banyak membantu menyelidiki keberadaan Tanti. Sebelumnya Alya lah yang memberikan informasi tentang keberadaan sang target yang datang ke kantor investasi setelah menghilang beberapa bulan bersama pacar dan uangnya.

Kali ini wanita berhijab itu masih tetap bisa diandalkan untuk mengendus keberadaan teman tapi ular macam Tanti! biar bagaimanapun semua yang terjadi dalam rumah tangganya sedikit banyak karena kesalahan teman tidak tahu diuntung!

.

Miranda meletakkan secangkir kopi setelah menyeruputnya. Tatapannya seakan kosong setelah mendengar kabar bahwa tidak ada tanda-tanda kemunculan Tanti!

"maaf ya Mir...entahlah dia sepertinya tahu kalau sedang dicari, terakhir yang aku dengar dia ada di kos-kosan, tapi setelah aku kesana ternyata sudah pindah...."

"ngga apa-apa Al,, makasih ya kamu sudah bantu aku...aku yakin cepat atau lambat kita bisa menemukan Tanti..."

"iya Mir sama-sama... nanti aku cari-cari info lagi..."

"ya Al,, " angguk Miranda lalu menenggelamkan pikirannya pada secangkir kopi ditangan.

Pupil mata Alya membulat, ia mengamati raut wajah tidak tenang dari wanita yang berbalut midi dress berwarna pastel.

Jeda sejenak sebelum Alya menanyakan sesuatu "hmmm.. bagaimana sama kamu??apa semua baik-baik saja?"

yeah.. Alya tahu tentang prahara pernikahan antara Damar dan Miranda, hingga harus mengorbankan pernikahan mereka demi uang! sesuatu yang amat disayangkan,, namun semua sudah terjadi.

Miranda menghela nafas "ya gini lah Al,, aku ngga tahu mau gimana lagi.." sahutnya tersenyum kecut.

"kamu yang sabar ya Mir,, kamu lebih beruntung dibandingkan aku,, suami kamu masih cinta sama kamu,, dia tetap mempertahankan rumah tangga kalian" Alya tersenyum getir "kalau aku, suamiku malah lebih memilih selingkuhannya..." lirihnya.

"kamu juga ya Al yang sabar,, kamu wanita kuat, kalau butuh apa-apa bilang sama aku...."

"iya siap Mir,, makasih ya.."

Alya tersenyum gigi putihnya berbaris rapi. "sekarang kegiatan kamu ngapain setelah jadi nyonya??" gurau Alya penasaran.

"ah.. kamu Al,, ya aku gini aja,, ngurus Amanda, masak, belanja, pokoknya nikmati yang ada, walaupun setiap hari agak berat kalau mas Damar harus bersama Kinan ..." lirihnya tertunduk sembari mengaduk kopi yang tinggal setengah.

"kamu yang kuat ya Mir,, tidak semua perempuan bisa menerima suaminya beristri lagi,, sebagai teman aku hanya bisa mendoakan semua kebaikan untuk keluarga kalian, aku mungkin tidak sekuat kamu, seumur hidup harus berbagi cinta,,," Narasi Alya membuat Miranda berdelik, ia menyeka dahi yang sama sekali tidak berkeringat "jadi lah wanita yang mandiri Mir,, kamu tahu kita tidak pernah bisa menggantungkan harapan kepada manusia, karena hasilnya cuma kekecewaan... hanya Allah tempat sebaiknya kita berharap...." nasehat Alya agar temannya itu selalu tabah menapaki biduk rumah tangga yang tidak lagi sama seperti dulu.

Jleeebbbb!!

Ada sesuatu yang terasa menghantam jantungnya. Ucapan dari orang yang lebih dulu mengecap pahitnya dikhianati, mungkin ada benarnya juga. Alya seorang istri yang nyaris sempurna dimata Miranda, selain cantik dan mandiri, dia juga Sholeha. Rambut hitamnya selalu tertutup hijab, pakaiannya sopan, dia juga seorang istri yang pengertian. Disaat mantan suaminya dulu kesulitan ekonomi, Alya yang banyak berkorban demi keluarga kecil mereka. Tapi apa yang ia dapatkan setelah Tuhan mengangkat derajat laki-laki yang hatinya dipenuhi nafsu dunia, selain sebuah pengkhianatan akhirnya.

Sementara Miranda bagaimana dia bisa yakin bahwa Damar tidak akan pernah jatuh pada pelukan wanita yang selalu berada disisinya setiap saat. Seharusnya hati Damar tidak akan pernah mendua jika dia sendiri tidak meminta lelaki yang amat mencintainya itu.

Demi apa semua ini kalau bukan uang!!!

Miranda menghela nafas panjang.

Dua tahun,,, tidak ada yang tahu tentang kesepakatan pernikahan selama dua tahun,, tapi.... apapun bisa terjadi,, mereka akan sungguhan hidup berbagi suami jika Damar ternyata tidak bisa meninggalkan Kinanti!

.

Waktu istirahat Alya telah usai, dia harus kembali bekerja, sementara Miranda masih betah berada di kedai kopi, dia malah memesan sepotong kue coklat.

Lama ia pandangannya mengarah keluar kedai mengekori tiap orang yang hilir mudik

Ada yang tampak berjalan terburu-buru hingga menjatuhkan barang belanjaan, ada yang berjalan bergandengan, ada yang sibuk dengan gawai menempel di telinga, ada anak kecil yang merengek pada ibunya.

ahh.... Miranda menatap datar, semua tampak kelabu. Seakan satu persatu bayangan Damar bersama Kinanti menghantui dirinya. Sukmanya seakan bergejolak, sulit untuk melangkah terus tanpa menoleh kebelakang. Miranda merogoh tas mencari gawainya. Di layar ponsel tampak wajah pria tersenyum menggendong bocah kecil ditangan kekarnya. Ia tersenyum tipis, merasakan tiap hantaman kuat didalam hati.

Semalam dia berdiri di balkon, menatap ke arah kamar Kinanti, suaminya berada disana dalam satu bilik dengan istri yang status nya sama dengan dirinya, sama-sama istri sah!

Hati yang rapuh kini semakin nelangsa. Ia ingin menelpon Damar sekedar memastikan sedang apa ayah dari putri kecilnya itu, namun niat itu ia urungkan. Dia takut tidak bisa mengendalikan diri jika tahu saat ini suaminya pasti sedang bersama istri muda.

Akh!!! ia makin dilema.

***