webnovel

Ku lepas kau dengan bismillah

Miranda amat sangat menentang poligami, tetapi pada akhirnya dia sendiri yang meminta suaminya Damar untuk menikahi Kinanti. Tidak ada alasan lain kecuali uang! Miranda mencintai suaminya, namun uang tidak lebih dari separuh hidupnya. Hingga dia rela mengizinkan suaminya berpoligami dan menikahi wanita kaya. Bagaimana kehidupan Miranda atas keputusan terbesarnya membiarkan Damar jatuh pada gadis kaya dan berhati lembut seperti Kinanti ? akankah dia bisa hidup bersama madunya sendiri?? Simak kisahnya ya dan terus dukung saya untuk terus berkarya ^^

A_blue · Urbain
Pas assez d’évaluations
29 Chs

Chapter 7

"satu hal lagi yang akan saya sampaikan disini, bahwa... saya.. dan pak Damar akan menjalan kan perusahaan bersama"

"maaf Bu Kinan,," sela Zidan tidak sabar, dia ingin mendengar secara langsung kabar pernikahan sepupunya yang dia tahu pernikahan berlangsung secara mendadak. Hanya keluarga inti yang hadir, lagipula pernikahan itu sempat ditentang oleh kakek mereka.

Hal yang memalukan jika ada anggota keluarga yang menjadi istri kedua apalagi ini secara terang-terangan.

Zidan memincingkan mata kearah Damar, dia mau si asisten kehilangan muka "apa keputusan ibu mengangkat bapak Damar menjadi CEO punya alasan lain?"

Deg!

"bisa jadi semua hmyang hadir di ruangan ini juga ingin tahu alasannya,," Zidan mulai memprovokasi, membuat yang lain seakan mengamini pertanyaan sebagian besar dari mereka.

Kinanti tersenyum misterius, dia tahu sepupu menyebalkan ini pasti akan melakukan hal itu, pamannya tuan Indra yang tak lain adalah ayahnya Zidan sudah meminta Kinanti mengangkat putra menjadi CEO, pasti dia sangat kesal saat ini ketika tahu Kinanti malah memilih sang asisten bukan dirinya.

Kinanti menghela nafas sejenak, mempersiapkan diri untuk mengenalkan status barunya yang bukan lagi seorang gadis lajang. Sementara Damar merasa Zidan memang sengaja ingin menyudutkan Kinanti.

"hal ini sangat pribadi mengenai keputusan saya dan diluar konteks rapat pagi ini, tetapi mungkin ada baiknya melalui kesempatan ini semua tahu bahwa saat ini pak Damar adalah suami saya..."

Mata Damar membelalak, sebuah kejutan dari sang founder, Zidan menyunggingkan senyum puas. Semua mata memandang sinis kearah pria yang mereka semua tahu Damar punya istri dan anak.

"woww.. Bu Kinan ini sebuah kejutan buat kami semua..." Zidan berseru sembari bertepuk tangan riang, dia memang terkadang ceplas ceplos "saya ucapkan selamat untuk pernikahan ibu dan pak Damar..."

Mimik wajah Kinanti menjadi masam, namun dia akan segera mengendalikan diri agar suasana tidak menjadi kikuk karena ulah sang direktur keuangan.

"terimakasih pak Zidan,, saya juga meminta maaf karena pernikahan kami memang agak sedikit privasi..." Kinanti mengucapkan dengan tenang, Zidan jadi tidak tahan dibuatnya "baiklah, kita akan memulai kembali rapat kita, sebagai langkah awal,, pak Damar silakan memimpin rapat kali ini..." titah Kinanti mengalihkan rapat pada suaminya. Untung saja Damar sudah terbiasa, ia punya materi dan strategi yang ia susun sebagai bahan jika Kinanti sedang membutuhkan pencerahan tentang perusahaan.

---

Dinding seakan punya telinga dan angin seakan punya mulut untuk berbicara. Gosip pernikahan Damar dan Kinanti perlahan menyebar dengan cepat ke seantero kantor.

"Sin.. aku dengar dirapat tadi pagi kalau pak Damar suaminya ibu kinanti?"

"yang aku dengar sih begitu" sahut wanita bernama Sintia ketika seorang gadis lain yang bersebelahan meja dengannya.

"kalian juga tau gosip ini?" seorang lain yang kebetulan lewat ikut nimbrung.

"aku sih oke oke aja kalau Bu Kinan sama pak Damar tapi yang jadi masalah, apa iya Bu Kinanti jadi orang ketiga? istilah nya pelakor gitu??"

"iya,, sayang banget kan... padahal yang aku tahu istri pak Damar juga cantik loh.."

"yah.. jaman sekarang cantik aja ngga cukup neng,, Bu Kinanti kurang apa coba? cantik, pinter kaya pula... "

"pantesan pak Damar bisa nyangkut... kalau laki-laki dan perempuan berdua yang ketiga itu cinta....hehehehe.." yang lain berfilosofi

"tapi ngomong-ngomong apa pak Damar cerai sama istrinya? "

"bisa jadi juga ya... selama ini mereka ada hubungan..."

"aku rasa begitu ...."

"eheeemmmm..." terdengar suara deheman di belakang mereka yang bergosip, Sintia Memberi kode kedipan mata pada temannya yang sibuk berceloteh.

Mereka bungkam, menoleh ke asal suara.

Zidan terkenal dengan sikap disiplin tapi juga suka bicara ceplas ceplos, dia berada disana sejak awal Sintia dan kawan-kawan memulainya,

Boss Zidan yang menyebalkan, jika tidak karena Kinanti mungkin dia tidak akan mendapatkan posisi direktur keuangan dengan mudah

"apa kalian digaji untuk bergosip tentang pimpinan kalian??!!!" tegurnya sarkas

"maaf pak,,," sahut mereka kompak.

"lanjut kan pekerjaan kalian.....!!" titahnya lalu segera pergi keruangan yang tak jauh dari sana.

.

Dalam ruang kerja.

"aarrgghhh!!!!" Zidan mengerang, dia merasakan kemarahan yang membuncah, darahnya seakan mendidih. Ia menghempaskan diri dikursi. "kenapa harus kau?? kenapa kau Damar bedebah.... tempat itu,, posisi itu harusnya milikku!!!" umpatnya kasar. Ia sangat tidak tahan dengan semua ini.

"dasar rubah licik!!!! bisa-bisanya sepupuku mengenalkan mu sebagai suaminya sekarang.. arrggghhh...."

Zidan ingin menghajar pria tidak tahu malu yang sekarang jadi saudara iparnya.

cihh... pria berkemeja biru itu berdecih, pikirannya menjadi sangat kacau.

Pengabdian dirinya apa tidak cukup? Ayahnya juga seorang direktur di perusahaan milik tuan Hendra, mereka tidak mendapat tempat apapun kecuali di kursi direktur!

~Sial.... sial... sial...~ Zidan mengutuk dirinya.

---

Setelah semua yang terjadi, pernikahan antara dirinya dan Damar tersebar, kinanti tetap bersinar di kantor, meskipun beberapa mata memandang dengan tatapan tidak percaya, tapi tak ada satupun berani mencibirnya. Dia tetap sosok yang dihormati dan disegani.

Begitu juga Damar, meskipun orang-orang akan melihatnya sedikit jijik karena dianggap si seperti seekor rubah licik, tau-tau dia mendapatkan posisi strategis dan menjadi suami pemilik perusahaan pula.

Pria berambut lurus bewarna hitam pekat, yang selalu tampil menarik dengan anugerah wajah tampan itu tidak mau ambil pusing untuk membiarkan telinganya mendengar celotehan orang-orang yang menggosipkan dirinya dan Kinanti di belakang.

Dia tetap fokus menjalankan peran barunya saat ini. yaitu memimpin perusahaan!

Tapi.... Bagaimana dengan Kinanti?

Gadis itu telah memilih jalannya, apa dia akan terluka dan siap menerima tatapan sinis meskipun mulut mereka bungkam?

Di cap sebagai pelakor...

Sudah pasti orang-orang akan menganggap begitu.

.

Damar menemui Kinanti yang sibuk dengan laptopnya, dia gadis yang selalu fokus, dan akan selalu seperti itu. Damar berharap apapun yang akan terjadi nanti didepan, Kinanti akan tetap bersinar.

Pintu terkuak ketika si empu mengizinkan masuk. Kinanti menghentikan kegiatannya ketika suami tercinta masuk kedalam ruang kerjanya.

"Kinan maaf apa kamu masih sibuk ..?"

"ahh.. ngga lah mas... aku cuma memeriksa beberapa berkas .." sahutnya sembari menutup laptop " mas sudah makan siang?" senyumnya mengembang sempurna, siapapun akan meleleh melihat gadis cantik itu, tapi Damar masih menatapnya dengan datar. Hatinya sama sekali belum mengirimkan sinyal cinta.

"aku tadi masak loh mas.. ayo kita makan..." ajak Kinanti sebelum Damar mengucapkan kata-kata lagi, ia menyeret langkah hingga duduk disalah satu sofa.

.

Dua kotak makan terbuka, mengeluarkan bau harum masakan, Damar terheran Kinanti menyempatkan diri untuk memasak.

"kamu yang masak?"

"iya mas... aku bangun pagi loh biar bisa masak buat kamu .." ujar Kinanti menyibak rambut nya yang tergerai.

Duduk berdua lalu menyantap makanan yang dimasak oleh nona muda yang ia rawat selama ini terasa sedikit aneh untuk pria yang dahulu hanya seorang asisten pribadi.

Senyumnya yang selalu terlihat indah seperti bunga sakura yang bermekaran di musim semi.

ahhh... bermimpi pun Damar sama sekali tidak berani. Namun apa yang terjadi saat ini lebih dari mimpi.

Damar segera mencicipi masakan istri mudanya, sejenak ia terdiam. Salah satu bakat terpendam Kinanti, ternyata dia pintar masak juga.

Kinanti menggigit bibir bawahnya, menunggu komentar suami yang fokus pada makanan yang sudah mampir ke lidahnya.

"hmmmm... enak... baru tahu kalau kamu pintar masak .." puji Damar membuat rona merah di wajah cantik Kinanti. Bayangannya sendiri seakan salto lalu melompat kegirangan.

deg!

Pandangan mereka bertemu...