webnovel

KORBANMU

Menjadi seorang korban dari orang dipercayai, menjadi korban akan keganasan maupun juga peristiwa. Bagaimana kisahnya?

Januar_EL_Capirco · Urbain
Pas assez d’évaluations
409 Chs

Mengalihkan

Bab 24 Mengalihkan

Kejanggalan dengan datangnya seorang tamu tanpa diketahui akan siapa telah mengambilkan cukup begitu membingungkan.

Eleora yang mencoba mencari tahu melalui CCTV di rumah malah adanya telah mati.

"Sejak kapan CCTV rumah mati? Perasaan papa selalu saja melakukan pengecekkan berkala dan tentunya tidak mungkin kalau dibiarkan begitu saja."

Untuk mencoba memastikan CCTV apakah disenagaja atau memang mati telah membuat Eleora tidak berdiam saja.

Pertama kali yang dilakukannya ialah mencoba menghubungi papa Argaadana menyangkut CCTV sengaja dimatikan atau memang ada hal lain.

"Halo, papa. Maaf mengganggu waktu sebentar, ini CCTVnya mati. Apakah papa matikan? Hah, bukan? Oh ya sudah, pa. Okay, iya ini aku sudah di rumah. Iya, pa. Bye-bye, papa."

Perasaannya masih cukup meragu akan apa yang dijelaskan papanya, tetapi karena hatinya belum puas dicobalah menghubungi pegawai yang sempat memasang CCTV di rumahnya.

"Bi, bibi. Bibi ke mana lagi ya? Pokoknya aku mau memastikan semuanya ini tanpa rekayasa."

Dia terus berusaha mencari buku kontak yang sering disimpan oleh mama maupun papanya.

"Mana ya buku kontaknya? Perasaan papa sama mama selalu meletakkan di laci ini, tetapi kok malah enggak ada ya? Aduh...."

"Non, cari apa?"

"Kaget aku, astaga bibi. Anu, aku cari buku warna hitam terus ada beberapa kontak penting punya papa sama mama, ya biasanya ditaruh di sini."

"Bentar bibi cari, memang buat apa?"

"CCTV di rumah itu mati, ya aku mau coba pastikan emang mati atau sengaja dimatikan? Ya kalau emang mati ya harus diperbaiki."

Masih mencari buku yang dimaksudkan malah menjadikan terdengar suara bunyi bel.

'Ting, tong.'

"Bi, coba deh itu siapa? Aku coba cari sendiri dulu."

"Baik, non Eleora."

"Ke mana lagi ini buku? Tumben banget ya susah nyarinya, masak iya dibawa sama papa atau mama? Tapi, mereka itu tidak akan mungkin membawanya."

Dengan penuh kepanikan maupun juga tidak dibuatkan nyaman akhirnya Eleora memutuskan untuk mencari pegawai lain.

Namun disaat hendak keluar malah yang ada bertatapan dengan bi Atun.

"E e eh...."

"Maaf non Eleora, ini ada pegawai sisi televisi."

"CCTV, bi. CCTV bukan sisi televisi, loh siapa yang minta?"

"Barusan masnya bilang kalau tuan Argadana yang meminta mengecek."

"Oh begitu, ya sudah suruh masuk saja."

"Baik, non Eleora."

Kejanggalan yang tidak ada habisnya malah membuat Eleora semakin bertanya-tanya.

"Astaga, ini pikiran aku yang kacau atau emang ganjal sih? Lebih baik aku cek dulu saja deh CCTVnya."

Menemui pegawai CCTV lalu mengantarkan ke ruangan khusus pemantauan yang ada pintu benar-benar terutup rapat dan tidak ada hal berbau mencurigakan.

Pegawai itu pun disuruh masuk lalu mengecek akan apa kondisi CCTV dan ternyata benar saja jika semua ada kerusakan.

"Jadi, gimana pak? Apakah ada kerusakan jadi mati atau memang disengaja dimatikan? Soalnya kejadian ini cukup janggal sih, papa saya benar-benar teliti jika mengenai keamanan."

"Jadi begini, mbak. Ini memang ada kerusakan, ya menyebabkan CCTV ini mati."

"Ya sudah sekalian perbaiki saja, pak."

"Baik, mbak."

Anggapan yang tidak-tidak telah mengantarkan Eleora pun belum selesai, ia pun berusaha kembali menghubungi papa Argadana maupun juga mama Merry berkaitan buku catatan kontak.

"Kalau aku telepon pasti mereka jarang mengangkat, kalau aku pesan pasti juga tidak membalas. Ah sudah yang penting masalah CCTV murni kerusakan bukan hal lain."

Semua telah pergi meninggalkan ruangan pemantauan kecuali Eleora seorang.

Untuk mencoba mengecek waktu yang lalu membuat Eleora sangat penasaran, akan tetapi baru saja memulai dia malah menerima kedatangan tamu.

"Permisi non Eleora, maaf mengganggu sebentar. Itu ada tamu lagi."

"Siapa?"

"Katanya sih sahabatnya non Eleora."

"Oh pasti Grace, ya sudah suruh masuk dan buatkan jus jambu saja dan enggak usah pakai gula tapi susu putih."

"Baik, non Eleora."

Kali ini benar jika itu adalah sahabatnya. Grace yang janji akaan datang dan bersamaan Eleora ingin meminjam catatan pelajaran hari ini bisa untuk berbagi cerita juga.

Namun sebuah kenyataan telah berbeda, Grace yang datang justru terlihat nampak bersedih.

"Kamu kenapa, Grace?"

"Aku lagi ada masalah dengan keluarga aku, aku benar-benar kesal tahu enggak sama mereka? Aku itu juga bagian dari mereka, tetapi kenapa sih mereka sibuk terus?"

"Wajar sih, ya mungkin mereka melakukan hal itu juga buat sekolah kamu dan biaya yang lain."

"Iya aku tahu, tapi anak itu butuh kasih sayang orang tua dan bukan semata uang yang pertama."

"Kamu yang sabar saja, ya kan kita sebentar lagi mau UN ya belum lagi persiapan untuk masuk ke perguruan tinggi pasti butuh biaya lebih. Jadi, kamu harus bisa mengerti juga kondisi mereka."

Dalam hati Eleora sangat berkecambuk keras. Dia sebenarnya ingin berbagi dengn sahabatnya mengenai hal apa saja yang ada, tetapi dirasanya belum pas.

"(Lebih baik aku tidak cerita mengenai semuanya, kasihan Grace dia pasti butuh kehangatan. Lebih baik aku hibur dia.)"

Ditengah-tengah pembicaraan Eleora sengaja memberikan cerita konyol kepada sahabatnya agar terhibur.

Ceritanya yang konyol telah berhasil membuat Grace tertawa, meski Eleora sendiri hanya menginginkan kebahagiaan orang lain dibandingkan dirinya sendiri.

"Jadi begitu ceritanya, ya aku pikir itu jarum infusnya sudah dilepas eh ternyata belum. Sumpah aku malu banget."

"Ha ha ha, ada-ada saja kamu Eleora. Tapi, ngomongong-ngomong terima kasih ya. Kamu itu sahabat aku yang selalu ada buat aku."

"Sudah enggak usah makasih, kita itu sudah seperti saudara. Oh ya catatannya mana lagi?"

"Cuman itu saja sih, PR ada di halaman 37 bagian A sampai C, udah itu saja. Kalau kamu ada masalah cerita juga enggak papa? Terus gimana hasil laboratorium kamu, oh ya katanya kamu mau ceritain jadikan?"

Hal ini tentunya membuat Eleora tidak ingin menjadikan canda tawa hari ini lenyap karena satu masalah.

Demi mengantisipasi agar tidak terjadi lagi kesedihan itu membuat Eleora mengalihkan pembicaraan yang jelas-jelas saja berbeda alur.

"Oh iya, gimana dengan Sonya?"

"Kok malah bahas si ketua gang RATU enggak jelas itu sih? Aku itu tanya mengenai kamu bukan dia, apa jangan-jangan kamu mengalihkan pembicaraan?"

"Tidak, aku sama sekali tidak mengalihkan pembicaraan sama sekali. Aku baik-baik saja dan mengenai hasilnya itu masih menunggu besok, ya aku hanya ingin tahu mengenai Sonya cuman itu saja."

"Kamu itu, sudah jelas-jelas dia itu sama sekali tidak suka sama kamu dan tingkahnya jahat. Hem, masih saja kamu belain."

"Aku sama sekali tidak membedakan teman sih, aku yakin dia itu baik hati sebenarnya cuman kurang perhatian. Sudah itu jusnya diminum jangan dianggurin."