webnovel

Sikapnya yang Menyebalkan

Kalila, Risa dan Sekar saat ini tengah duduk di kos Risa. Mereka bertiga masih menggunakan pakaian yang mereka kenakan saat di kampus tadi, meski saat ini jam sudah menunjukkan hampir pukul tiga sore.

Seharian mereka berada di kos Risa, bukan tanpa sebab, rencananya mereka hari ini akan menonton ke bioskop. Kebetulan ada film yang baru saja dirilis dan Risa ingin menonton film itu. Film itu merupakan film hollywood, meskipun sebenarnya Risa tidak begitu menyukai film hollywood, tapi ia harus menontonnya terlebih dahulu karena ia sudah janji akan menonton dengan pacarnya. Risa sengaja mengajak teman-temannya itu untuk menonton karena ia bisa menanyakan jika ada hal yang tidak ia mengerti nantinya tentang film itu. Namanya juga tidak suka, jadi sulit untuk Risa memahaminya.

Meskipun saat ini mereka hanya bertiga saja di kos Risa, tapi mereka tetap akan berangkat berempat dengan Rizel. Kebetulan Rizel tadi tidak berangkat ke kampus karena terlambat bangun.

Sudah bukan hal yang aneh melihat Rizel yang seperti itu, ia terlalu sulit untuk tidur cepat meskipun ia ingin. Alhasil Rizel sering begadang tanpa sebab, tapi untuk absensi ia tidak perlu khawatir karena teman-temannya akan selalu menggantikan ia menandatangani absensi sehingga ia tidak dinyatakan bolos. Peraturannya adalah mereka hanya boleh tidak masuk selama dua kali, karena itu anak-anak lainnya akan sering menitip absen kepada teman-teman mereka yang hadir.

"Rizel diingatin lagi dong, nanti dia malah terlambat. Bilang aja kita berangkat jam lima."ucap Risa memperingati ke dua temannya itu. Risa selalu lelah menghadapi Rizel yang selalu membuat mereka menunggu itu.

"Bukannya kita berangkat jam enam, sehabis magrib?"tanya Sekar dengan polosnya.

"Biar Rizel enggak telat datangnya, jadi suruh cepat aja, kalau perlu suruh sekarang aja."saran Risa lagi.

"Kecepatan dia datangnya kalau sekarang."ucap Kalila tidak tega. Kalila mengerti dengan apa yang dirasakan Rizel saat ini. Saat hujan enggan datang menyapa bumi, maka terik matahari seakan siap membakar semua yang ada di bumi. Dan saat seperti ini lebih baik untuk berdiam diri di rumah.

"Enggak apa-apa, bilang gitu aja, suruh aja dia datang ke sini, takutnya nanti dia juga pakai baju asal-asalan lagi."ucap Risa yang mengkhawatirkan penampilan Rizel.

"Panas banget sekarang di luar, mana mau dia ke sini panas-panas gini, apalagi Rizel kan jalan kaki."ucap Sekar setelah melihat ke luar jendela.

"Iya nih, kasihan dianya kepanasan, ntar keburu keringatan dia."ucap Kalila menimpali.

Kalila mengikuti Sekar, ia berdiri di dekat jendela sembari melihat ke luar sana. Baru jam tiga, biasanya memang masih terik, matahari seakan enggan pergi meninggalkan bumi, ia masih memperlihatkan keberadaannya.

Meskipun saat ini baru jam tiga sore, mereka sudah melihat beberapa orang yang mendorong gerobak, mereka hendak menuju ke tempat mereka menjajakan dagangannya. Tidak hanya satu atau dua, tapi memang ada beberapa penjual yang mendorong gerobak mereka, jelas panas seakan menusuk kulit, tapi itu tidak menghalangi semangat mereka untuk mencari nafkah, menjemput rezeki mereka.

"Padahal ini masih jam segini, tapi mereka udah pada siap-siap untuk jualan. Aku kira mereka siap-siapnya ntar agak sorean, karena biasanya buka jam lima."ucap Sekar yang tidak mengetahui hal ini, ia baru melihatnya, karena biasanya ia akan keluar sore hari untuk jalan-jalan sore dan para penjual dengan gerobak atau stand pada baru buka.

"Aku juga baru tahu, sepertinya banyak yang harus mereka persiapkan. Mungkin itu membutuhkan waktu yang lama."ucap Kalila yang juga baru mengetahui hal itu, padahal sudah beberapa bulan mereka berada di kota ini.

Saat Kalila dan Sekar asyik memperhatikan apa yang ada di luar sana, Risa justru sibuk dengan dirinya sendiri. Risa tengah sibuk dengan ponselnya, ntah apa yang dilakukannya tapi ia tidak tertarik untuk berbaur dengan percakapan Kalila dan Sekar itu.

Suara televisi juga ikut menyemarakkan kos Risa yang hanya sepetak kamar yang cukup luas itu. Sedangkan Kalila dan Sekar terus saja bercerita tentang satu topik ke topik lainnya, mereka membicarakan apa yang mereka lihat di depan mereka. Mereka memang jarang berbicara serius atau mungkin tidak pernah, mereka hanya mengobrol santai.

"Apa kalian sudah mencoba menghubungi Rizel?"tanya Risa lima belas menit kemudian. Kalila dan Sekar yang tengah berdiri pun kembali berjalan menuju ke depan televisi, tempat Risa berbaring saat ini.

"Nanti aja sih, kasian anaknya kalau diburu-buru."ucap Kalila masih menolak untuk menghubungi Rizel. Bukan karena Kalila tidak mau, tapi Kalila sedikit khawatir kalau nanti Rizel merasa jengkel karena itu dan beranggapan bahwa ia adalah orang yang menyebalkan. Padahal ia hanya mengikuti perintah Risa saja, sedangkan Sekar adalah tipe orang yang mencari aman.

"Kenapa harus nanti sih, sekarang aja enggak apa-apa."ucap Risa sedikit memaksa.

"Soalnya nanti kalau kita terlambat, yang ada justru kita nontonnya kemalaman."ucap Risa lagi.

"Ya udah aku hubungin sekarang."ucap Kalila Akhirnya mengalah. Kalila kesal karena Risa selalu menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu, padahal bisa saja dia yang menghubungi Rizel. Risa selalu tidak mau dirinya terlihat buruk di mata orang lain.

Kalila sendiri adalah tipe orang yang bisa menyembunyikan kekesalannya kepada orang lain. Orang-orang tidak akan pernah tahu kalau dia tengah marah atau kesal akan sesuatu, hal ini jugalah yang membuat orang-orang menjadi bersikap seenak mereka jika berhadapan dengan Kalila.

Mungkin bisa dibilang Kalila masih menyembunyikan bagaimana dirinya di hadapan teman-temannya. Kalila belum bisa menjadi orang yang terbuka, lagian mereka semua tidak peduli dengan sikap Kalila kepada mereka. Kalila juga kesal karena mereka memperlakukannya seenaknya tanpa memikirkan perasaannya hanya karena Kalila tipe orang yang sulit untuk mengatakan tidak, ia selalu tidak enakan kepada teman-temannya.

"Bilang sama Rizel, kalau filmnya mulai jam enam, jadi kita harus datang sebelum jam lima agar tidak terlambat."ucap Risa lagi. Kalila melakukan seperti apa yang diperintahkan Risa.

"Belum lagi perjalanan dari sini, karena kita menaiki kendaraan umum, jadi mungkin membutuhkan waktu setengah jam sampai satu jam."ucap Risa lagi. Lagi-lagi Kalila menuliskan hal itu dan mengirimkannya kepada Rizel.

"Ini udah dibalas, katanya dia baru saja selesai mandi."ucap Kalila memberitahukan.

"Baguslah kalau gitu."jawab Risa.

"Rizel mah enggak membutuhkan waktu yang lama untuk bersiap-siap. Tapi ntah apa yang ia lakukan yang sering bikin lama, padahal sepertinya ia juga tidak sulit memilih pakaian yang akan dikenakan,"ucap Sekar kemudian.

"Bilang Rizel juga, jangan pakai sendal jepit. Soalnya kita ke mall. Jangan pakai baju yang biasa ia kenakan juga."ucap Risa kepada Kalila lagi. Dan lagi Kalila menuliskan pesan Risa itu selembut mungkin agar Rizel tidak tersinggung. Kalila bahkan mengatakannya seolah mereka bercanda.

"Kamu beneran akan pakai baju itu, sebaiknya kamu ganti baju. Sana lihat di almari aku."ucap Risa kepada Sekar.

"Iya nih, baju aku jelek banget."gerutu Sekar.

"Lagian tumben kamu berpenampilan sembarangan seperti itu."protes Risa.

"Aku telat bangun, mangkanya ambil baju sembarang aja."jawab Sekar. Biasanya ia juga tidak akan seperti ini.

"Kalau aku sih, biar enggak terlalu repot paginya, aku nyiapin bajunya dari malam, biar paginya kita enggak ke buru-buru."ucap Risa.

"Wah niat banget kamu, sampai segitunya."jawab Kalila takjub, jelas itu bukan seperti dia.

"Ya kan kita enggak pernah tahu apa yang akan terjadi besoknya."jawab Risa lagi. Jelas Risa adalah orang yang butuh persiapan dalam segala sesuatu. Tentu saja itu adalah hal yang bagus untuk dilakukan.