webnovel

Kisah Putri SANG KIAI

Season 1. Muhammad Barrak, pergi dari rumah karena merasa malu, sebagai putra Kiai dia tidak berguna dan hanya membuat kedua orang tuanya malu. Dia pergi dari rumah dengan dua tujuan, satu memperbaiki diri, dua supaya perjodohannya gagal. Apakah rencananya berhasil? Season 2. Chafiya Afrin Zahraya, adalah putri dari Barrak dengan istrinya tercinta, nama yang memiliki arti orang yang diperhatikan serta ramah, berani dan memiliki karakter yang kokoh. Gadis bercadar ini adalah motivator para pencari Tuhan juga penulis novel Religi. Suatu ketika dia terpesona oleh pemuda bernama Adib, yang tidak lain adalah santri dari Abah yang sudah menjadi Ustadz. Selain itu, editor Faris Hamzah juga sangat ambisius untuk mendapatnya. Namun, pemuda yang memikatnya adalah santri dari sang Abah. Gadis bercadar ini harus meredam perasaannya dalam-dalam, karena sang Abah memilih putra sahabatnya, pemuda yang tidak lain adalah dokter muda, anak dari seorang dokter ternama di Jakarta. Putra dokter itu bernama Muhammad Alif Raffa, pemuda tampan namun juga terkenal sering keluar masuk penjara akibat narkotika, walaupun dia seorang dokter. 'Aku meredam perasaanku, karena Abah. Semoga Allah memberikan jalan terbaik ketika aku memantapkan hati dan bersedia menikah dengan Mas Alif, karena aku ingat kisah cinta Abah dan Umi.' Bagaimana kisah putri Kiai ini? Apakah dia bisa jatuh cinta kepada Alif, yang memiliki kebiasaan buruk? Semoga menikmati cerita ini. Hanya di Kisah Putri Sang Kiai.

Ririnby · Histoire
Pas assez d’évaluations
228 Chs

Kan, Halal

Mentari beranjak dengan sinar matahari yang berkilauan dan langit biru begitu cerahnya.

Kedua putra Kiai Fattah berpamitan dan bepisah di terminal. Setelah mengantar Sofil. Fatih lanjut ke Jombang di rumah sang mertua.

Sedang Sofil dan Ainun menaiki bus beda kursi.

"Jangan dekat-dekat!"

Begitulah ketusnya Sofil. Ainun tidak keberatan dia duduk dua kursi di depan Sofil. Gadis bermata indah itu segera membuka buku, tebal yang disampul dengan samak bunga-bunga.

Sofil berdiri dan mengintip karena penasaran dia berjalan dan duduk di samping Ainun. Ainun terkejut dan mengerutkan kening.

"Bacakan!" permintaan yang sangat judes.

"Ini sudah terakhir. Nggak papa? Diam tapi ya. Jangan cerewet," kata Ainun seperti seorang Ibu yang ngambek. Sofil memutup mulut dengan tangan kiri. Dan tangan kanannya hormat.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com