webnovel

Kisah Putri SANG KIAI

Season 1. Muhammad Barrak, pergi dari rumah karena merasa malu, sebagai putra Kiai dia tidak berguna dan hanya membuat kedua orang tuanya malu. Dia pergi dari rumah dengan dua tujuan, satu memperbaiki diri, dua supaya perjodohannya gagal. Apakah rencananya berhasil? Season 2. Chafiya Afrin Zahraya, adalah putri dari Barrak dengan istrinya tercinta, nama yang memiliki arti orang yang diperhatikan serta ramah, berani dan memiliki karakter yang kokoh. Gadis bercadar ini adalah motivator para pencari Tuhan juga penulis novel Religi. Suatu ketika dia terpesona oleh pemuda bernama Adib, yang tidak lain adalah santri dari Abah yang sudah menjadi Ustadz. Selain itu, editor Faris Hamzah juga sangat ambisius untuk mendapatnya. Namun, pemuda yang memikatnya adalah santri dari sang Abah. Gadis bercadar ini harus meredam perasaannya dalam-dalam, karena sang Abah memilih putra sahabatnya, pemuda yang tidak lain adalah dokter muda, anak dari seorang dokter ternama di Jakarta. Putra dokter itu bernama Muhammad Alif Raffa, pemuda tampan namun juga terkenal sering keluar masuk penjara akibat narkotika, walaupun dia seorang dokter. 'Aku meredam perasaanku, karena Abah. Semoga Allah memberikan jalan terbaik ketika aku memantapkan hati dan bersedia menikah dengan Mas Alif, karena aku ingat kisah cinta Abah dan Umi.' Bagaimana kisah putri Kiai ini? Apakah dia bisa jatuh cinta kepada Alif, yang memiliki kebiasaan buruk? Semoga menikmati cerita ini. Hanya di Kisah Putri Sang Kiai.

Ririnby · Histoire
Pas assez d’évaluations
228 Chs

Dimabuk Cinta

Malam ini sangat berbintang dan angin malam berhembus, sahdu kedua saudara ini melanjutkan perjalanan setelah melaksanakan solat Magrib. Dia dalam mobil Fatih memejamkan mata, sambil bersolawat. Sofil akan menyalakan rokok.

"No smoking, nanti aku denda," tegur Fatih, Sofil tidak jadi demi Kakaknya.

"Gus, bagaimana soal perjodohan dengan Neng Bilqis? Apa setuju atau menolak? Aku juga mau lo ..."

"Kamu saja yang maju, aku kan belum selesai studinya, harus fokus Fil, karna kemarin sibuk lomba kaligrafi jadi sedikit kacau. Alhamdulillah juara," jelas Fatih.

"Sadar diri Gus. Wih ... Kaya nih pastinya," ujar Sofil.

"Alhamdulillah sudah ku kirimkan ke Umi," ucap Fatih ringan.

"What! Eh ..." Sofil mengeluh lemas.

"Aku akan berdosa jika memberimu uang untuk melakukan perbuatan haram," ujar Fatih sambil tertawa kecil setelah menyindir adiknya, Sofil menatap Kakaknya.

"Ucapanmu sadis Gus. Ya sudah kembali lagi ke Neng Bilqis, maulah Gus ..., cantik bulu matanya seperti badai melengkung, kulitnya putih tidak seputih cet,"

"Sudah, hentikan kamu sukanya berbelit-belit," tegur Fatih, Sofil tertawa. Dalam perjalan kecepatan melaju diperlambat oleh Sofil.

"Aku pasrahkan semua kepada Allah Subhanahuwataa'la, takutnya sudah berharap tidak berjodoh, malah hamma qolbi (sedih hatiku)" ujar Fatih sambil merenggangkan otot-otot jari.

"Kalau begitu terserah Gus. Gus pernah dengar gadis bernama Nasya Sabila tidak? Gadis motifator buat orang-orang sepertiku ... Kayaknya, menurutku aku ingin menempuh jalan putih walau setitik diatas warna hitam bersamanya," ujar Sofil.

"Nasya Sabilla, kayaknya pernah dengar, kamu ingin taubat beneran?" tanya Fatih menatap adiknya dengan penuh tanda tanya.

"Awas nanti jatuh cinta sama Adik sendiri ..., ingat aku juga pria," ujar Sofil bercanda, Fatih tidak tertawa. "Gus, malah ngelihatin aku terus," Imbuh Sofil melirik, "Au ... Aku malu," ujar Sofil dengan suara kecil. Fatih tertawa.

"Kehidupanmu seru tapi juga mengerikan. Ngomongin soal Nasya Sabilla mau kamu apakan? Palingan malah kamu terpesona, kamukan lihat gadis bening dikit, langsung terpikat, sampai banci pun mau dinikahi," ujar Fatih lalu tertawa.

"He he he he," keduanya tertawa.

"Gus belum mendengar ceritaku yang satu ini, ini kalau dibuat buku cerita pasti konyol, tapi kadang aku sendiri merasa tidak pantas dilahirkan sebagai keturunan dari seorang Kiai, kelakuanku"

"Tidak boleh berbicara seperti itu ... Sudah takdir Allah, sebenarnya kamu sadar ya kelakuanmu tidak baik, tapi kenapa masih melakukan?" tanya Fatih heran dengan Adiknya.

"Jangan tanya seperti itu, dari dulu itu aku sadar aku salah dan merasa dosa besar namun heranku aku masih terbujuk dan kembali lagi kedalam situ. Aku belum bisa menahan, Gus. Makanya kadang aku juga benci kepada diriku sendiri, aku masih terpesona akan gemerlap dunia malam, hura-hura, apa lagi kemarin malam aku sehari ini tidak minum, rasanya napas diujung hela," ucapan Sofil sangat ringan.

"Astagfirullah. Kalau bisa seterusnya jangan diulangi, Abah dan Umi sudah masa renta, jangan lagi kamu membuat ulah, karna nanti kamu sendiri yang akan tersiksa, akan sangat menyesal, lakukan apapun yang penting jangan kembali minum hamr oke," perkataan Fatih, menepuk bahu adiknya. "Biasanya kalau ingin bagaimana cara-caramu mencegahnya?" tanya Fatih.

"Ya belum ada cara-cara Gus, tadi malam setelah berbincang serius dengan Abah, ya soal aku, setelah selesai aku sangat ingin, weh ... Panas Gus, aku tidak bisa menahan hausnya tenggorokkan ku, saking pinginnya namun aku meredam dengan masuk kolam, lalu tadi pagi saat berangkag, aku kembali haus aku beli teh botol, lalu saat dikasir aku mencium minuman itu, aku minta, aku sampai memohon, gadis yang menginjak kakiku menegur. Nggak malu sama sarungnya. Dia berkata seperti itu, jujur saja saat di warung tadi aku sangat ingin, aku rendam kepalaku, sampai glagepan. Semoga aku tidak mengulangi ... Makanya ini juga ingin shering dengan gadis yang bernama Nasya Sabilla siapa tau ada cara, mengurangi atau sampai menghilangkan rasa inginku. Doakan ya Gus semoga Allah mendatangkan sesuatu hingga aku benar taubat dan tidak mengulangi, soalnya aku pernah mencoba berkali-kali tetap tidak bisa, tetap melepas dahaga dengan air surga dunia padahal air itu membawa ku ke neraka Akhirat. Ya Allah aku sadar diri, namun tetap begitu," jelas Sofil, Fatih menepuk bahunya.

"Semoga Allah segera menunjukkan jalan lurus, namun lebih baiknya kala kamu sedang ingin, ingatlah wajah Umi," pinta Fatih.

"Aamiin, aku selalu menusahakan, karna saat melihat wajah Umi ingat perjuangan mengetokkan aku," bahasa Sofil memang seperti itu, maklum orang jawa. "Go go home, Gus, waktu sangat cepat berlalu tak terasa dua tahun berlalu dengan cepat. Gus makin ganteng, namun dari dulu Gus selalu serius wajah ganteng tapi datar, santai hidup masih, panjang," ujar Sofil ringan.

"Bagaimana bisa panjang hidup juga singkat Sofil, berbuat hal positif, sebelum menyesal nantinya, kembali lagi umur setiap hamba sudah ditulis, aku dan kamu muda namun jika Allah menginginkan tinggal, kunfayakun, lepaslah ruh dari raganya,"

"Beh, jangan dinasehati Gus, belum terbuka hatiku, namun aku meminta semoga Allah membuka pintu taubat dari hatiku yang terdalam sebelum aku tutuk usia, Aamiiin, Aamiiin Ya Robb," ucap Sofil.

"Gus ya ini kesempatan untuk gus bisa menikah dengan gadis yang benar-benar kondang kecantikannya, bonus istri cantik sekaligus membahagiakan Umi Abah, betul kan?"

"Pikiran mu sempit, kok bisa Neng Bilqis kau anggap bonus, emang arisan atau menang kupon, Sofil ... Sofil," ucap Farih melihat keluar kaca.

"Aku berharap bisa bertemu Nasya Sabila, aduh ..., menyebut namanya terasa gempa hatiku ini. Bagaimana bisa aku jatuh cinta tanpa melihat, aku merasa tak pantas dengan kelakuan ku yang seperti ini, aku ingin mendapat hukuman yang keras dan membuatku benar-benar, takut kepada Allah. lalu bertaubat lillah ..."

"Baru kali ini kamu jatuh cinta tanpa tahu fisik, palingan jika tau fisiknya kamu akan menghina, jangan menghina seseorang Sofil, sama saja kamu menghina Allah, jika benar kamu jatuh cinta sama Nasya itu ..., karna apa kamu bisa jatuh cinta?" setelah menegur Fatih bertanya.

"Entahlah Gus intinya ku dimabuk cinta, ku .., dimabuk cinta. Aku rasa begitu, karna di hati ku belum ada Lillah siapa tau Allah melantarkan dengan adanya motifasi dari Nasya aku bisa Lillah dan taubat dengan bersungguh-sungguh. Ku jalani hidup karna masih di suruh Abah, solat masih di suruh, aku sadar, dosa ku besar, tapi aku yakin Allah merencanakan sesuatu yang membuat aku semakin love Allah, suatu saat nanti aku berjuang untuk ketaqwaan dan iman ku, biidnillah, Gus azan isya' solat sekaian ya nanti di rumah biar langsung bisa istirahat dan rebahan, aku tahu punggung Gus pasti encok," ujar Sofil memarkirkan mobil.

"Seencok apapun aku belajar tidak mengeluh, sangat sulit, mari turun." ajak Fatih, mereka keluar dari mobil lalu berjalan menuju Masjid.

Bersambung.