webnovel

Kisah Cinta Tak Biasa

Wanita yang selama ini terus murung dan bersedih, berubah menjadi wanita yang ambisius demi membalaskan dendamnya. Dia nekat menjebak lelaki yang telah membuatnya kecewa dengan membuat dirinya hamil anak dari lelaki tersebut. Jati dirinya sebagai wanita misterius penunggu jembatan cinta perlahan hilang saat dia memutuskan meninggalkan tempat persinggahannya tersebut. Masa lalu kelam yang harus membuatnya tinggal menyendiri. Dan, dendam yang membuatnya kembali berbaur dengan orang-orang. Dalam misi membalaskan dendamnya, dia harus kembali terjebak dalam buaian cinta. Saat dirinya kembali jatuh cinta, dengan tega suaminya menikah dengan wanita lain yang tengah mengandung anaknya.

Euis_2549 · Urbain
Pas assez d’évaluations
312 Chs

Setuju Tidur Satu Ranjang

"Pih, apa persyaratan kedua?" tanya Sarla kembali.

Bukannya menjawab pertanyaan Sarla, Papih justru malah berpindah posisi duduk menjadi di samping Sarla. Papih juga menempatkan tangannya tersebut di pundak Sarla.

Perbuatan yang dilakukan oleh Papih tersebut jelas saja langsung membuat Sarla kaget sekaligus takut. Sarla langsung bergeser tempat duduk. Namun Papih dengan segera justru semakin mempererat pegangan tangannya di pundak Sarla.

"Pih, apa yang Papih lakukan?" takut Sarla.

"Mmm ... bukankah kamu ingin tahu persyaratan yang kedua? Ini adalah salah satu bagian dari persyaratan kedua tersebut. Kamu tidak usah tegang seperti itu. Kamu bisa menerimanya dan kamu juga bisa saja menolaknya. Hanya saja jika kamu menolaknya, kamu pasti tidak mungkin dapat untuk membebaskan Kinar," ujar Papih.

'Sebenarnya apa yang Papih inginkan dariku sebagai tebusan kebebasan Kinar? Hiks, jangan sampai hal yang macam-macam. Aku tidak mau. Kinar, aku sangat ingin menolongmu'. Batin Sarla.

"Bagaimana Sarla? Apa kamu mau menerima persyaratan kedua?" tanya Papih.

"Persyaratan kedua? Apa persyaratan keduanya?" bingung Sarla.

"Mudah saja kok Sarla. Kamu juga pasti dengan mudahnya bisa menjalankan persyaratan kedua itu," ucap Papih.

"Pih, tolong katakan dengan jelas agar aku bisa memahaminya," ucap Sarla.

"Ahaha ... rupanya kamu sudah tak sabaran ya. Baiklah, saya akan memberitahunya padamu saat ini juga," ujar Papih.

'Perasaanku semakin tidak enak saja. Ini pasti hal yang sangat merugikan bagiku'. Batin Sarla.

"Mmm ... kamu hanya perlu menemani saya di ranjang malam ini," bisik Papih di telinga Sarla. Jelas saja bisikan Papih barusan langsung membuat Sarla terkejut.

'Aku sudah menduga hal ini. Cuih ... najis jika aku harus tidur dengannya. Aku tidak sudi! Aku masih memiliki seorang suami, bagaimana mungkin aku bisa tidur dengan lelaki lain jika suamiku saja masih hidup dan aku sama sekali belum bercerai dengannya. Aku tidak bisa! Ya meskipun aku tahu suamiku sudah tak perduli lagi padaku, tapi tetap saja aku tidak boleh mengkhianati ikatan suci pernikahan kita'. Batin Sarla.

"Bagaimana Sarla? Apa kamu mau? Pikirkan dengan baik," cicit Papih.

"Aku tidak mau, Pih!" tegas Sarla.

"Sungguh? Kamu beneran tidak mau? Jadi kamu tidak mau ya temanmu itu bebas dari sini? Ck, saya pikir kamu serius ingin membantu temanmu itu. Tapi nyatanya kamu hanya setengah hati saja saat berniat ingin menolongnya. Kasihan sekali ya temanmu itu," kelakar Papih.

"Aku sangat ingin menolong temanku itu, Pih. Tapi tidak dengan cara yang seperti ini. Aku tidak bisa, Pih! Aku tidak bisa tidur dengan Papih! Apa Papih lupa, aku sudah menikah dan mempunyai seorang suami. Bagaimana mungkin seorang wanita bersuami tidur dengan lelaki lain? Itu dosa besar, Pih," terang Sarla.

"Ahaha ... kamu membicarakan tentang dosa? Apa kamu pikir selama kamu kerja di tempat haram ini, apa itu tidak dosa? Kamu menemani banyak lelaki hidung belang di sini untuk minum minuman keras. Dan bahkan tak jarang para lelaki itu juga menyentuh tubuhmu. Apa kamu pikir itu tidak dosa, hah? Kamu ga usah munafik jadi orang. Selama ini juga kamu menikmati hasilnya, kan? Dan lagi, kamu berbicara tentang suami. Cahahaha ... kamu pikir suamimu itu perduli padamu? Tidak! Suamimu sama sekali tidak menganggap dirimu lagi sebagai istrinya. Dia mana sudi mempunyai istri yang telah bekerja di tempat seperti ini. Bukankah suamimu juga kan yang telah memasukanmu ke dalam pekerjaan ini? Dia telah menjualmu kepada saya. Haha," tawa Papih.

Mendengar hal itu membuat Sarla langsung meneteskan air matanya.

'Hiks ... apa yang diucapkan Papih barusan itu memang benar adanya. Hiks'. Batin Sarla.

"Sudahlah, kamu tidak usah menangis seperti itu. Tidak perlu menunjukan tampang menyedihkanmu itu di hadapan saya. Mendingan sekarang juga kamu pikirkan tentang persyaratan kedua. Apa kamu ingin mengambilnya? Apa kamu ingin membebaskan temanmu itu? Ck, ingat Sarla, temanmu itu masih perawan. Dia belum pernah menikah dan disentuh orang. Masa depannya masih panjang. Dia juga pasti memiliki banyak harapan. Apa kamu tidak kasihan padanya? Kalau untuk masalahmu, bukankah kamu sudah menikah? Kamu juga sudah dikhianati kan oleh suamimu itu? Jadi untuk apa lagi kamu tetap setia kepada suami bajinganmu itu? Lebih baik sekarang kamu fokus saja kepada tujuanmu yang ingin membebaskan si Kinar," ujar Papih.

'Papih benar, Kinar masih memiliki banyak harapan. Aku tidak ingin Kinar kehilangan harapannya itu. Apa sekarang aku terima saja ya tawaran dari Papih? Tapi ... aku masih sangat bingung dan juga ragu. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Haruskah aku tidur dengan Papih? Hanya malam ini saja, kan? Mmm ... Kinar adalah orang yang sangat baik padamu, Sarla. Jika ada seseorang yang mengganggu dirimu, pasti Kinar yang selalu maju untuk membelamu. Dan bukankah Kinar sudah kau anggap sebagai adikmu sendiri? Sarla, sedikit berkorban demi orang yang baik dan yang telah kau anggap adik, aku rasa itu tidak apa. Hiks, Ya Allah ... maafkan aku, aku harus melakukan hal ini demi Kinar. Maafkan aku karena aku akan melakukan dosa yang sungguh besar karena aku telah mau tidur dengan lelaki lain selain suamiku. Ini semua demi Kinar. Ya, demi Kinar. Semoga setelah aku melakukan hal ini, Kinar dapat segera bebas dari kerjaan ini. Aamiin. Bismillah'. Batin Sarla.

"Bagaimana?" tanya Papih kembali.

"Aku ... aku ... baiklah, Pih. Aku mau," pasrah Sarla. Saat setelah dirinya menyetujui persyaratan kedua yang Papih berikan, air mata Sarla semakin banyak menetes dan membasahi pipinya.

"Ahaha ... bagus! Itu pilihan yang sangat bagus, Sarla! Kamu telah melakukan hal yang sangat benar karena telah mau menerima persyaratan kedua itu. Kamu gadis yang pintar. Haha," senang Papih.

'Yes ... akhirnya, aku bisa juga menikmati tubuh si Sarla ini. Haha, aku tidak menyangka dia akan menyetujui hal ini. Pilihan yang sangat baik, Sarla. Tapi ... mungkin kamu juga akan menyesali pilihanmu ini. Haha, meski kamu sudah memenuhi syarat, tapi saya tidak mungkin dengan mudahnya langsung membebaskan Kinar. Kinar itu sumber penghasilan saya yang paling besar. Semua pelanggan mau ke tempat hiburan saya karena di sini ada Kinar. Lalu, bagaimana jika Kinar tidak ada? Pasti tempat hiburan saya itu akan sangat sepi pelanggan. Dan saya tidak ingin hal itu terjadi. Sangat tidak ingin! Saya tidak akan pernah membebaskan Kinar meski apapun yang terjadi! Haha'. Batin Papih.

"Tapi, Pih, Papih harus janji kepadaku kalau Papih pasti akan membebaskan Kinar. Iya kan, Pih? Kinar pasti bebas, kan?" tanya Sarla yang ingin memastikan.

"Iya, kamu tenang saja. Kinar pasti bebas kok," ucap Papih dengan penuh kebohongan besar.