Marino berjalan kembali ke arah gedung kantornya dengan langkah-langkah besar begitu ia keluar dari sebuah kafe tempat dimana ia telah setuju untuk berbicara dengan Esme.
Pikiran lelaki itu dipenuhi oleh banyak hal tentang masa lalu yang pernah mereka lalui bersama.
Hati lelaki bertubuh tinggi besar itu bagaikan diiris-iris sembilu ketika ia kembali teringat ucapan wanita yang pernah hadir di dalam hatinya itu.
Bahkan sesaat, ia harus berhenti dan bersandar pada sebuah tembok ketika ia kembali teringat akan ucapan-ucapan wanita itu yang masih saja terngiang-ngiang di telinganya.
'Aku hamil!'
Wanita itu memberitahunya tentang kabar kehamilannya seakan-akan ia tahu Marino akan menyukainya jika lelaki itu mendengar kabar itu.
Tidak. Tentu saja ia sama sekali tidak menyukai kabar duka tersebut.
Tidak. Selama anak yang tengah dikandung wanita tersebut bukanlah anaknya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com