webnovel

Ketika Dia Pergi Sebentar

Ini bukan kisah laki-laki yang tampan dan juga kaya raya. Dengan wajah yang jelek, dan tidak mempunyai banyak uang tetapi Prasetyo juga ingin merasakan rasanya di cintai dan mencintai seseorang, bagaimana Prasetyo mendapatkan cewek yang bisa menerima wajah buruk rupanya? Prasetyo merupakan seseorang yang sudah bekerja di sebuah Perusahaan yang cukup besar, ia di sana juga sudah bekerja cukup lama. Bekerja dengan sistem shift cukup menguntungkan bagi Prsetyo sendiri. Uang demi uang ia sisihkan untuk biaya pernikahannya yang akan terjadi sekitar beberapa tahun lagi. Namun, ketika mendekati acara pernikahannya, ia bertemu dengan seorang perempuan yang bekerja dengannya atau bisa di sebut partner kerjanya. Mengerjakan pekerjaan bersama, istirahat bersama, dan sudah sering menghabiskan waktu bersama juga dalam waktu yang cukup lama. Sampai pada akhirnya sempat di tegur oleh bosnya, apa yang akan di lakukan mereka berdua? Apakah yang harus di lakukan Prasetyo dalam masalah ini? Apakah akan tetap melaksanakan pernikahannya yang sudah di rencanakan jauh-jauh hari dengan kekasihnya yang bernama Devi atau malah memilih bersenang-senang dengan partner kerjanya yang bernama Mei? Ini juga bukan tentang kisah percintaan saja, tapi juga memberikan pembelajaran tentang dunia kerja yang sangat keras dan licik.

Ervantr · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
279 Chs

Filosofi

"Mama Zee mau nikah lagi Gibran, Zee gak mungkin gak hadir di pernikahan Mama. Hari pernikahan Mama juga gak mungkin bisa di undur atau di maju in lagi."

"Sama Zee, produser itu cuman ngasih satu kesempatan sama lo. Kalo lo gak bisa dateng buat nemuin produser itu, ya udah gagal deh."

"Ya udah lah gak papa Gibran, ini mungkin belum jadi rezekinya Zee. Kesempatan emang datangnya sekali, tapi masih ada keberuntungan. Siapa tau Zee dapet keberuntungan kan," ucap Zee sambil tersenyum.

Gibran mengacak-acak rambut Zee, Gibran sungguh kagum dengan Zee. Zee rela membuang kebahagiannya.

"Pinter banget sih lo, gue jadi kagum sama lo." Zee hanya tersenyum mendengar ucapan Gibran.

"Zee lo mah aneh di grup lo ngomongnya pakai bahasa gaul. Lo, gue tapi realnya kenapa lo ngomongnya pakai bahasa kuno sih? Heran gue sama lo."

"Di grup kan Zee cuman ngetik, Zee gak ngomong."

"Coba ngomong ke gue, pakai bahasa gaul. Gue pengin denger sumpah Zee."

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com