Lion menarik nafas dalam , dia benci berbohong tapi dia juga tidak mungkin menceritakan apa yang sedang dia khawatirkan, dengan pelan dia menarik tubuh Nana kepelukannya, "Semua baik-baik saja, tadi kamu ngapain ke kantor? "
Nana merasa geram dan segera melepas pelukan Lion dengan kasar, "Ihhh dasar cowok mesum, bisa gak sih jangan peluk-peluk sembarangan, di sini cuman ada kita berdua, bagaimana kalau terjadi sesuatu atas godaan setan? "
Lion tersenyum licik, "Bagus kalau begitu"
Nana menjadi semakin kesal dengan jawaban Lion, dengan spontan dia memukul punggung Lion.
"Aaauu" Lion merintih kesakitan.
Nana langsung berhenti dan merasa bersalah, "Maaf, apakah punggungmu masih sakit ? tapi bukankah kamu bilang mau ke dokter?"
Melihat Nana tampak begitu khawatir, muncul ide di otak Lion, dengan senyum licik dia berekting layaknya artis korea profesional.
"Iya, sakit banget.. auuuhh, aku lupa ke dokter"
Nana semakin merasa tidak tenang dan bersalah, "Kamu sih, udah tau sakit tapi masih saja keluyuran, sekarang jadi tambah sakit kan?"
"Bukan keluyuran sayang, tapi Ada pekerjaan yang mendesak, makanya aku harus pergi, Nana aku kesakitan banget" ucap Lion dengan manja.
Sesekali Lion melirik ekspresi Nana diam-diam, ketika dia melihat Nana menoleh dia langsung kembali memasang wajah menahan sakit.
Nana menjadi panik, segera setelah itu dia melepas jas dan dasi Lion, setelah itu dia membuka satu persatu kancing kemeja Lion, melihat itu, Lion menghentikan tangan Nana.
"Apa yang kamu lakukan, apakah kamu mau memperkosaku? "
Ekspresi Nan berubah gelap, dia berfikir kalau Lion lagi sakit tapi masih saja menggodanya, dengan kesal Nana mencubit pinggang Lion.
"Tidak bisakah kamu berfikir jernih sedikit hah?, aku melakukan ini hanya untuk mengobati punggungmu, biar sakitnya bisa hilang"
"Auuh maaf, " Lion merintih.
Mendengar rintihan Lion, Nana langsung melepas cubitannya, segera setelah itu Nana melanjutkan kembali melepas kancing kemeja Lion.
Melihat kancing kemejanya sudah terlepas semua, Lion tersenyum licik dan segera dia menarik tubuh Nana kepelukannya, Nana terkejut dan mengedip-ngedipkan matanya, dia bisa merasakan suhu hangat dari tubuh Lion ketika wajahnya menempel di dada bidang Lion yang putih dan berotot, seketika itu jantung Nana berdebar hebat, untuk sesaat dia terdiam kaku dalam pelukan hangat Lion.
Lion mempererat pelukannya sambil berkata, "Nana, percayalah padaku kalau aku tidak akan melepaskanmu apapun yang terjadi"
Nana tersenyum mendengar perkataan Lion, dengan segera dia melepaskan diri dari pelukan Lion, dan menatap Lion dengan penuh arti. "Memangnya apa yang akan terjadi? "
"Tidak ada" Lion menggeleng seraya menyembunyikan kebenarannya.
Nana merasa kesal dengan jawaban Lion, namun dia bisa merasakan kalau Lion sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
"Masa bodohlah dengan apa yang kamu fikirkan, sekarang balikkan badanmu biar aku bisa mengobati punggungmu" ucap Nana setelah melepaskan diri dari pelukan Lion.
Dengan senang hati Lion berbalik.
Ketika melihat punggung Lion, Nana benar-benar tergoda melihat bahu lebar dan kulit putih milik Lion, tanpa sadar Nana membelai punggung Lion dengan lembut tepat di bagian yang lebam dan memerah.
"Tidakkah kamu mencoba menggodaku dengan meraba punggungku seperti itu?" Lion mulai lagi menggoda Nana.
Ekspresi Nana menjadi gelap, dengan kesal dia memukul punggung Lion yang lebam lagi.
"Auuuhhh... sakit" rintih Lion dengan manja.
"Ahhh maaf maaf.. kamu sih ngomong sembarangan aja, ya udah aku akan mengoleskan salep dulu" ucap Nana.
Lion merasa puas karena berhasil membuat Nana kesal, setelah selesai mengoleskan salep, Nana langsung membantu Lion memakai kemejanya kembali, Lion lagi-lagi menghentikan langkah lincah tangan Nana yang memasang kancingnya.
"Kenapa?" tanya Nana heran.
Lion menatap Nana dengan jahil, "Kenapa kamu menutup tubuhku? bukankah kamu suka melihatnya? "
Mendengar perkataan Lion, dengan kesal Nana menjitak kepala Lion.
"Auuuhhh.. Nana kamu... "ucap Lion dengan kesal sambil memegang kepalanya yang di jitak oleh Nana.
Nana tertawa kecil, "Sesekali itu otak kotor memang perlu di jitak biar bisa jernih lagi"
Lion menatap Nana dengan sinis, dengan cepat dia berdiri dan melangkah keluar dari ruang kerjanya.
"Ehhhh tunggu kamu mau kemana?" tanya Nana.
Lion berbalik dan menatap Nana dengan cembrut, "Mau melarikan diri dari gadis ular sepertimu"
"Oh begitu, tapi sebelum itu kamu harus menyelesaiakan kancing bajumu yang masih terbuka" ucap Nana.
"Masa bodoh dengan kancing baju" lanjut Lion sambil kembali melangkah menuju pintu, melihat itu Nana menjadi geram dan segera berlari menarik kemeja Lion.
"Heiii... apa yang kamu lakukan? " Lion merasa geram dan langsung berbalik lagi menatap Nana dengan sinis.
Dengan tersenyum Nana menatap Lion dan membantunya untuk memasang kancing bajunya seraya berkata, "Tuan Kim Lion yang terhormat, tidak bisakah anda keluar setelah menutup dada bidang anda dengan memasang kancing kemeja anda? karena gadis ular ini tidak mau tubuh yang hanya boleh di lihatnya juga di lihat oleh gadis lain meskipun itu cuman pelayanmu"
Mendengar perkataan Nana, wajah Lion berubah memerah, dia tersenyum dan merasa bahagia, mendadak dia bertingkah seperti layaknya ABG yang sedang jatuh cinta, "Mmmm apa itu artinya kamu sudah mau menerimaku?"
Nana menggeleng malu-malu, "Belum waktunya, masih ada satu hari lagi"
"Ohhh tidak apa-apa, aku akan sabar menunggu meskipun aku tau jawabanmu" ucap Lion dengan percaya diri.
Bagi Lion rumah ternyamannya adalah Nana, kelinci manis yang selalu menenangkan hatinya.