Dan begitu Teddy menyentuh tubuh Dina Baskoro, Dina bangun dan terkejut melihat Teddy disitu.
"Teddy Permana, apa kamu sudah selesai rapat? Apa kamu lapar? Aku sudah menyiapkan kotak makan siang untukmu, makanlah dulu!" Kata Dina Baskoro, membuka kotak makan siang, dan melihat makanan masih hangat, Dina merasa bangga dan menepuk dadanya.
"Untungnya, aku membawa kotak termos, kalau tidak makanannya sudah dingin sekarang dan rasanya tidak akan enak bila dingin."
_ _ _ _ _ _ _
Dina Baskoro kemudian mulai menyiapkan makanan untuk Teddy.
Teddy memperhatikan Dina yang sedang sibuk, melihat wajahnya yang cantik, dipadukan dengan nada bicaranya yang indah, benar-benar seperti menantu idaman yang diinginkan di rumah, tidak terlihat bayangan wanita yang keras kepala itu.
Teddy Permana merasakan kehangatan di hatinya. Jenis kehangatan yang memberi perasaan damai yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Perut Teddy Permana memang sedikit lapar setelah tidak makan seharian itu, jadi Teddy duduk di sofa bersama Dina yang menyiapkan makanan.
Namun, matanya tertuju pada tangan Dina yang diperban.
Dengan cemas meraih tangannya, lalu Teddy Permana bertanya dengan pelan, "Ada apa dengan tanganmu?"
Dina Baskoro bereaksi sangat cepat, dan langsung menarik tangannya ke belakang, dan tersenyum cuek, "Oh ini, tidak apa-apa kok, jangan khawatir. Saya tidak sengaja menggores tangan saat sedang merawat kuku."
Teddy Permana melihat lebih dalam pada Dina Baskoro, tidak bermaksud untuk bertanya lagi, lalu mengambil sendok dan kotak makan siang. Dan mulai makan.
Menu makan siang kali itu adalah steak bento, dengan steak di atasnya dan beberapa sayur yang menyegarkan di bawah, dengan saus tahini dan nasi.
Saat Teddy Permana makan, dia menyadari bahwa rasa bento ini tidak sama dengan yang biasa dibuat pembantunya.
Makanan yang dibuat oleh Mbak Tiwi selalu hambar, tapi makanan kali itu berbeda..
Dan bento steak ini selain enak juga memiliki rasa yang mirip seperti susu, yang membuat orang memakannya rasanya masih kurang, dan terus ingin makan
Dina Baskoro memandang Teddy Permana dari samping, melihatnya makan suap demi suap berturut-turut, tidak mengatakan bahwa makanan itu enak atau tidak. Membuat Dina sedikit penasaran lalu bertanya, "Teddy, menurutmu makan siang steak ini enak atau tidak?"
Teddy Permana merasa bahwa ini mungkin menu baru yang dipelajari Mbak Tiwi dan rasanya tidak enak, jadi Teddy hanya mengangguk, tidak terlalu memperhatikannya.
Dina Baskoro melihatnya mengangguk, wajahnya mekar dengan gembira.
Karena Teddy Permana menganggapnya enak, dia akan membuat lebih banyak makan siang dan mengirimkannya lagi.
Dia akan membuat tidak hanya steak saja, tapi juga ikan dan udang.
Setelah makan, Teddy Permana yang lapar seharian dan akhirnya kenyang dan merasa sedikit lebih segar.
Lalu Teddy Permana menoleh dan berkata kepada Dina, "Kamu pulang duluan, aku masih banyak pekerjaan, masih sangat sibuk."
Setelah itu, Teddy kembali ke kursinya.
Dina Baskoro mau tidak mau merasa tertekan ketika melihat dia bekerja begitu keras. Dia mengerutkan kening dan bertanya, "Jam berapa ini? Apa masih belum selesai?" Teddy Permana hanya mengangguk sedikit, menghadap komputer di depannya dengan hampa, "Jika kamu merasa lelah, kamu pulang saja duluan. Masih ada urusan mendesak yang harus aku tangani, dan aku harus menyelesaikannya malam ini. "
Dina Baskoro menggigit bibirnya, seolah berpikir sejenak.
Akhirnya, Dina berkata dengan keras kepala, "Aku tidak akan pergi."
Teddy Permana menatapnya dengan bingung, "Kenapa kamu tidak pergi?"
"Kamu telah bekerja sangat keras untuk menghasilkan uang untuk menghidupi keluargamu. Bagaimana aku bisa pulang dan tidur? Aku tidak akan pergi. Aku akan disini dan menunggu kamu sampai selesai dan akan pulang bersamamu."
Dina Baskoro lalu langsung duduk di sofa. Sepertinya dia benar-benar tidak ingin pergi.
Melihat Dina seperti ini, meskipun Teddy Permana sedikit terharu, tapi Teddy tetap tidak mendukungnya.
"Berhenti membuat masalah, cepat pulang. Kalau kamu ada disini, kamu akan mempengaruhi efisiensi kerjaku. Lebih baik pulang dan istirahat dulu. Aku akan pulang ketika sudah selesai." Teddy berkata dengan tegas.
"Aku…" Dina Baskoro menggigit bibirnya. Namun, Teddy Permana sudah berkata demikian, dan Dina Baskoro tidak tahu lagi akan berkata apa.
Teddy berkata bahwa dia sudah cukup lelah, jadi jangan mementingkan diri sendiri dan menambahkan beban pada dirinya lagi.
Jadi Dina Baskoro kemudian memakai sepatunya dan berdiri, "Kalau begitu aku akan pulang dulu."
Teddy Permana mengangguk sedikit, lalu Dina pergi.
...
Berjalan larut malam seperti ini seperti berjalan tanpa tujuan, bahkan taksi pun menjadi langka.
Dina Baskoro merasa bosan, jadi dia berjalan mondar-mandir di sepanjang jalan, menunggu bus datang. Memikirkan tidak tahu jam berapa Teddy Permana akan pulang malam ini.
Melihat penampilannya yang lesu, Dina Baskoro merasa tertekan.
Melamun karena memikirkan banyak hal, Dina Baskoro tidak menyadari ada orang mendekatinya.
"Hei gadis cantik, kenapa sendirian di sini?" Ketika Dina Baskoro bereaksi, beberapa orang bertampang preman, sudah berjalan ke arah Dina Baskoro dan menghalangi jalannya.
Dina Baskoro kembali sadar. Setelah melihat beberapa preman di sekitarnya, Dina langsung menjadi waspada, "Kamu siapa?"
"Kami?" Preman itu saling melirik dan tersenyum sepele,
"Tentu saja kami milikmu."
"Kakak yang baik, cewek, ayo, bermain dengan kami?"
Sambil berbicara, jari seorang preman itu menyentuh dagu Dina Baskoro untuk mengejek.
Dina Baskoro menoleh dengan penuh emosi dan ekspresinya menjadi terlihat kejam, "Jauhkan tanganmu!"
"Cih, gadis kecil ini sangat kuat! Aku suka wanita seperti ini!"
Setelah itu, seorang preman menyentuh tangan Dina Baskoro. Dan Dina Baskoro mundur ketakutan. Tangannya mengencangkan tubuhnya." Apa yang ingin kamu lakukan?"
Para preman itu menjadi semakin kasar, dan terdengar tawa yang berbahaya. "Apalagi yang bisa dilakukan pria dan wanita di tengah malam? Tentu saja melakukan sesuatu yang akan membuat hati gembira."
"Jangan khawatir, cantik. Aku akan menjagamu malam ini, kamu pasti akan sangat bahagia, hahahahaha!"
Setelah berbicara, beberapa preman itu tertawa, dan pada saat yang sama mereka mendekati Dina Baskoro.
Beberapa preman itu bahkan berusaha menyentuh Dina dengan telapak tangan yang kotor itu, "Ayo, biarkan kami membelai-belaianmu."
Dina Baskoro langsung menegang, dan erat melindungi tubuhnya dengan kedua tangan, sambil berteriak keras, "Jangan ganggu aku. Jika kamu menyentuhku lagi, kamu akan menyesal!"
Namun, para preman itu tidak takut sama sekali dan terus mendekati Dina Baskoro.
Dina Baskoro sangat ketakutan saat itu. Dan dengan tergesa-gesa, Dina tiba-tiba menunjuk ke arah belakang mereka dan berteriak, "Polisi!"
"Polisi? Di mana polisi!"
Beberapa preman itu sempat panik sesaat, dan Dina Baskoro memanfaatkan momen itu untuk kabur.
Tapi kemudian Dina dikejar oleh mereka dan dalam beberapa meter kemudian ditangkap oleh para preman itu.
"Kamu begitu cantik, kenapa kamu berbohong? Bawa dia masuk ke dalam mobil, cepat!"
Kemudian, seorang pria memegang tangan Dina dan memaksanya masuk ke dalam mobil.
"Lepaskan aku! Tolong! Apakah ada orang disana, tolong! Tolong!" Dina Baskoro mulai berteriak keras sampai tenggorokannya sakit.
Dina berkata dalam hati "kalau sampai dia masuk mobil itu. Tamat sudah.
Pada saat kejadian itu terjadi, di dalam sebuah mobil hitam di seberang jalan, Renata Sanjaya duduk di kursi belakang mobil dan tersenyum penuh kemenangan saat menyaksikan pemandangan yang indah itu.
Renata berpikir dengan bengis, "Dina Baskoro, hanya jika kamu hilang dari dunia ini, aku akan memiliki kesempatan..."