Setengah jam kemudian, Dina Baskoro sampai di kampus.
Begitu Dina memasuki ruang kelas, dia mendengar orang-orang berbicara pelan.
Setelah Dina Baskoro masuk, banyak orang menjadi tidak senang saat melihatnya, dan mendengar beberapa orang saling berbisik.
"Kenapa dia datang?"
"Kenapa dia masih berani untuk datang kesini?"
Di fakultas itu, semua mahasiswa berprestasi kecuali Dina Baskoro. Dina langsung mengira ini semua pasti ulah Renata Sanjaya. Menyebarkan berita tidak baik tentangnya.
Mendengar bisikan orang-orang itu, Dina Baskoro tidak menunjukkan banyak ekspresi.
Dina tahu di dalam hatinya bahwa dia dulunya adalah orang yang banyak masalah, yang menyebabkan dirinya menjadi buruk di mata orang seperti sekarang. Dan alasan besar untuk itu adalah Renata Sanjaya. Tentu saja dia penyebab utama semuanya.
Karena Renata Sanjaya juga, Dina Baskoro menyinggung banyak orang, sehingga mahasiswa lain memperlakukannya dengan buruk. Untungnya, Dina Baskoro sudah terbiasa, jadi dia tidak terlalu memperhatikannya.
Setelah menemukan tempat duduk, Dina Baskoro mulai menyusun catatannya untuk persiapan pelajaran berikutnya.
Dina membuka buku catatannya, tetapi tidak bisa menahan ekspresi cemberutnya.
Catatan di buku pelajarannya berantakan, banyak coretan dan simbol tidak jelas, dan Dina tidak tahu apa itu. Bagaimana merapikannya sekarang? Dina Baskoro sakit kepala melihat buku catatan nya yang berantakan.
Dina melihat sekeliling seperti mencari sesuatu atau seseorang, dan tiba-tiba matanya menangkapnya.
Di pojok kelas yang tidak jauh, ada seorang gadis berpakaian rapi duduk disana dengan tenang, sedang membaca buku.
Jika Dina tidak salah ingat, gadis ini bernama Dewi Indriyani, yang pernah menjadi ketua kelas di fakultas itu! Dan aku mendengar bahwa dia pendiam dan tertutup, sangat jarang berinteraksi dengan orang lain, Dewi adalah seorang kutu buku yang luar biasa.
Tetapi Dina Baskoro juga ingat bahwa Renata Sanjaya pernah bergosip tentang Dewi saat ngobrol dengannya. Renata mengatakan bahwa kelucuan dan kepolosan Dewi Indriyani semuanya hanya pura-pura, karena kata Renata, Dewi diam-diam diurus oleh seorang bos besar di luar.
Berita itu kemudian menyebar dan menimbulkan dampak negatif yang sangat besar pada Dewi Indriyani. Sejak itu, nilai-nilainya anjlok dan akhirnya dia berada di bawah tekanan. Bahkan sempat putus sekolah untuk beberapa saat.
Renata Sanjaya juga mengatakan bahwa Dewi putus sekolah karena dia merasa bersalah. Sekarang setelah tahu bagaimana Renata sebenarnya, Dina menganggap Renata Sanjaya cemburu dengan nilai Dewi yang bagus dan dengan sengaja membuat rumor semacam itu.
Tetapi Dina Baskoro pada saat itu juga salah karena terlalu mempercayai Renata Sanjaya dan sempat ikut menertawakan Dewi Indriyani waktu itu.
Memikirkan hal itu, Dina Baskoro merasa sangat menyesal, dan tidak bisa menahan diri untuk tidak berbicara dengan Dewi Indriyani, "Dewi, halo."
Dewi Indriyani terkejut melihat Dina menyapanya. Seolah-olah sedang melihat hantu, lalu mundur sedikit karena ketakutan , "Dina Baskoro, ada apa denganmu?"
Dina Baskoro buru-buru mengeluarkan senyuman dan berkata dengan pelan, "Jangan takut, aku sudah lama tidak masuk kelas dan aku hanya ingin meminjam buku catatan mu. Aku tidak akan melakukan apapun padamu."
"Pinjam buku catatan?" Dewi Indriyani terkejut mendengar kata-kata Dina, yang sudah secara luas dianggap bodoh oleh orang lain. Tapi sekarang ingin meminjam buku catatannya.
"Oh, oke." Dewi Indriyani dengan ragu-ragu menyerahkan buku catatannya pada Dina Baskoro.
Pada saat yang bersamaan, Renata Sanjaya masuk ke dalam kelas dan kebetulan melihat Dina dan Dewi disitu.
Renata Sanjaya pura-pura berjalan dengan antusias ke arah mereka, "Ah, Dina! Kenapa kamu datang lebih awal hari ini? Apa yang kamu lakukan?"
"Meminjam buku catatan" Dina Baskoro berkata dengan santai.
Renata Sanjaya menunjukan ekspresi meremehkan, "Apakah Dina Baskoro ingin belajar sekarang?" Hal itu benar-benar membuat Renata ingin tertawa.
Tapi Renata tetap berpura-pura antusias, "Kalau begitu kenapa kamu tidak beri tahu aku, Dina, kamu bisa meminjam catatanku dan kamu bisa menyalin semuanya."
Dina Baskoro tersenyum menunjukan dirinya tidak tertarik. "Tidak apa-apa, aku akan membaca catatan Dewi saja. Tulisannya rapi dan enak dibaca."
Padahal sebenarnya Dina Baskoro ingat dengan jelas bahwa catatan yang dipinjamkan Renata Sanjaya kepadanya sebelumnya tidak lengkap dan tidak mengingat semua poin penting yang disampaikan oleh guru.
Karena kejadian itu, Dina Baskoro tidak tahu sudah berapa kali dia dikritik oleh guru di kelas.
Tetapi Renata Sanjaya menolak untuk mengakui hal itu setiap ditanya dan balik menyalahkan Dina karena ceroboh dan tidak menyalin sendiri.
Dengan pengalaman dari masa lalu itu, Dina Baskoro tidak mau diejek lagi untuk kedua kalinya. Kemudian Dina kembali ke kursinya dengan membawa buku catatan milik Dewi.
Renata Sanjaya tidak bisa menahan cemberut saat Dina kembali ke tempat duduknya. Renata merasa Dina Baskoro benar-benar tampak seperti orang yang berbeda. Dina tidak seperti ini sebelumnya.
Setelah menyalin semuanya, Dina Baskoro mengembalikan buku catatan itu kepada Dewi Indriyani dan tidak lupa mengucapkan terima kasih, "Dewi, terima kasih ya, jika bukan karena catatanmu aku tidak tahu apa yang harus dilakukan di pelajaran ini."
Dewi Indriyani tiba-tiba merasa Tersanjung, "Tidak masalah. Sama-sama."
Kemudian profesor masuk kelas, dan Dina Baskoro duduk kembali ke kursinya.
Setelah menyelesaikan absen kelas, profesor mulai memberi bahan kuliah.
Meskipun Dina Baskoro menyalin catatan Dewi tadi, Dina memang tidak pernah mendengarkan pelajaran dengan baik selama tiga tahun pertama di universitas, jadi ketika menghadiri kelas, dia selalu merasa bingung.
Ketika sampai ke sesi tanya jawab, tidak mengherankan jika profesor meminta Dina untuk bangun dan menjawab pertanyaan, "Dina Baskoro, tolong beri tahu kami apa jawaban yang benar untuk pertanyaan ini?"
"Baik prof..." Dina Baskoro bingung melihat beberapa pilihan jawaban, tidak tahu harus memilih yang mana.
Melihat Dina tergagap, profesor itu mengkritik dengan tidak puas, "Aku telah menjelaskan pertanyaan ini di pertemuan terakhir. Apa kamu tidak mendengarkannya?"
Ada ledakan tawa di kelas.
Dina Baskoro benar-benar tidak berdaya saat itu. Sepertinya Dina masih harus meluangkan waktu untuk mengejar ilmu yang belum dipelajarinya dulu.
Setelah kelas usai, Dina Baskoro membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pergi.
Renata Sanjaya kali ini menghalanginya, sambil tersenyum berkata, "Dina, mau ke kafe?"
Dina Baskoro tidak mau pergi bersama Renata dan menolak, "Tidak, aku ada urusan yang lain, kamu duluan saja."
Lalu Dina Baskoro kebetulan melihat Dewi Indriyani berjalan melewatinya, dan buru-buru mengejar dengan tasnya, "Dewi, tunggu aku."
Dewi Indriyani melihat Dina Baskoro mengejarnya dengan ekspresi sedikit terkejut.
Dina Baskoro menunjukkan niatnya, "Maaf Dewi, aku telah meninggalkan terlalu banyak pelajaran sebelumnya, jadi bisakah kamu mengajarkanku semua materi yang ku tinggalkan?"
"Oh..." Dewi Indriyani tampak sedikit malu. Dewi merasa bahwa dia tidak cocok dengan teman-teman lain di kelasnya, apalagi Dina Baskoro. Dia tidak pernah menjadi tipe orang yang punya banyak teman.
Dina Baskoro melihat Dewi ragu-ragu dan langsung memasang ekspresi memelas, "Dewi, tolonglah aku"
Dewi Indriyani memandang Dina dan tidak bisa menolak, Dewi lalu mengangguk, "Baiklah, aku akan mengirimkannya kepadamu nanti ketika aku sampai dirumah"
"Dewi, kamu benar-benar seorang teman yang baik! Kalau begitu aku akan mentraktirmu untuk makan sekarang. Ayo kita pergi" Dina Baskoro langsung tersenyum ke arah Dewi Indriyani dan mereka lalu pergi makan bersama.
Di belakangnya, Renata Sanjaya menyaksikan kejadian itu dan benar-benar kebingungan dan marah, "apa yang terjadi sebenarnya?"
Apakah Dina Baskoro ada masalah? Kenapa Dina tiba-tiba begitu dekat dengan Dewi Indriyani?