Dina Baskoro tidak berniat membuka topeng Renata Sanjaya untuk saat ini.
Masih terlalu banyak cerita yang harus diselesaikan di antara mereka, ini baru permulaan saja.
"Renata, karena Teddy telah kesini langsung untuk menjemputku, aku akan pulang bersamanya saja malam ini." Dina Baskoro tersenyum tipis sambil memeluk pergelangan tangan Teddy Permana.
Melihat keduanya akan pergi, Renata Sanjaya buru-buru menahan mereka, "Tunggu!"
"Ada apa? Apakah ada yang lain?" Tanya Dina Baskoro bingung.
Renata Sanjaya akhirnya bisa bertemu Teddy Permana lagi malam itu, "Bagaimana mungkin aku bisa membiarkannya pergi? Terlebih lagi, membiarkan Teddy Permana akan pergi dengan Dina Baskoro berdua saja? Benar-benar tidak akan kubiarkan!"
Dengan senyum malu-malu, Renata Sanjaya berkata, "Dina, aku melihat bagaimana kamu tidak bisa bersenang-senang malam ini dan sekarang Teddy datang kesini, mungkin kamu akan bisa bersenang-senang dengannya sekarang?"
Bersenang-senang? Dina Baskoro mencibir di dalam hatinya, "Renata, kamu tahu Teddy tidak menyukai lingkungan yang terlalu bising dan ramai, jadi lupakan saja."
Malam ini, Dina tidak tahu trik apa yang akan dimainkan Renata Sanjaya, tapi Dina Baskoro tidak mau lagi berurusan dengannya.
Setelah itu, Dina Baskoro tersenyum dan memandang Teddy Permana, "Suamiku, kamu tunggu aku di sini sebentar, aku akan mengambil tas ku dulu."
Teddy Permana mengangguk tetapi tidak bereaksi.
Mulut Renata Sanjaya tidak bisa berhenti mengeram beberapa kali, Dina Baskoro telah menolak undangannya. Hal itu benar-benar tidak diduganya, ada apa dengan Dina Baskoro sebenarnya.
Tapi Teddy Permana mengangguk dan Renata Sanjaya tidak bisa memaksa mereka untuk tinggal.
Memikirkan apa yang terjadi pada malam itu, Renata berkata dengan sedikit malu, "Teddy, apa yang terjadi malam ini adalah kesalahpahaman. Aku sudah salah paham tentang situasinya tadi... Aku hanya khawatir tentang keadaan Dina tadi." Teddy Permana hanya diam mendengarkan penjelasan Renata. Teddy hanya melirik Renata Sanjaya dan mengabaikannya.
Renata Sanjaya merasa semakin tidak nyaman.
Kemudian Dina Baskoro datang lagi dengan membawa tasnya, "Renata, aku akan pergi duluan, selamat bersenang-senang." Sebelum Renata Sanjaya sempat berkata apa-apa, keduanya sudah berjalan keluar hotel dengan bergandengan tangan.
Renata Sanjaya yang melihat mereka bergandengan tangan, tiba-tiba tanpa sadar mengepalkan tangannya dengan kuat, kecemburuan di hatinya meningkat, membuatnya ingin merobek wajah Dina Baskoro.
"Teddy Permana adalah seorang pria yang luar biasa, bagaimana mungkin Dina Baskoro layak untuk berdiri di sampingnya? Seharusnya Renata Sanjaya yang berada di sampingnya saat ini!"
Saat melamun, tiba-tiba Renata mendengar orang berbicara dibelakangnya, "Sepertinya aku sudah dimanfaatkan olehmu malam ini?"
Renata Sanjaya menoleh ke belakang dan melihat Budi Gumelar berjalan keluar dari kamar dengan jubah mandi berwarna abu-abu, Renata mengerutkan keningnya dan bertanya, "Apa maksudmu? Siapa yang memanfaatkanmu?"
Budi Gumelar berkata,"Jangan pura-pura, aku bisa melihatnya. Tapi aku benar-benar tidak menyangka kamu masih menyukai Teddy Permana dan berusaha memanfaatkanku."
Renata Sanjaya seketika Wajahnya memerah karena malu, dan nafasnya sedikit terengah-engah, "Budi, jangan bicara omong kosong!" Budi membalas "Omong kosong? Sadarkah kamu tatapanmu saat memandang Teddy Permana, terlihat seolah kamu ingin menelannya hidup-hidup? Dan kamu mencoba menjebakku dengan Dina Baskoro malam ini, Itu untuk dirimu sendiri juga, kan?" Budi Gumelar mengungkapkan semuanya.
Renata Sanjaya langsung geram, "Apa yang kamu inginkan?"
Budi Gumelar terkekeh, "Kamu tidak perlu emosi, aku hanya ingin bekerja sama denganmu."
Kerjasama? Renata Sanjaya tidak paham maksud Budi saat itu, "Kerja sama apa?"
Budi Gumelar berkata, "Sederhana saja, aku ingin mendapatkan Dina Baskoro dan kamu menyukai Teddy Permana, selama kamu bisa membantuku mendapatkan Dina Baskoro, kamu akan bisa mengejar Teddy Permana sesuka hatimu?"
Renata Sanjaya akhirnya paham maksud Budi Gumelar saat itu.
Renata memikirkan tawaran Budi dengan cermat, memang akan sulit bagi satu orang untuk mencoba menyingkirkan Dina Baskoro dan juga Dina Baskoro menjadi semakin sulit diprediksi akhir-akhir ini. Mungkin tidak masalah jika ada orang lain untuk membantu.
Jadi setelah berpikir sejenak, Renata Sanjaya mengangguk ke Budi Gumelar, "Oke, kita akan bekerja sama!"
Begitu Dina Baskoro dan Teddy Permana meninggalkan hotel, Teddy segera menarik tangannya dan mencoba untuk menjaga jarak dari Dina.
Tapi Dina Baskoro tidak menyerah, malah semakin manja dan menempel di lengan Teddy Permana lagi.
"Lepaskan tanganku." Teddy Permana mencoba menarik tangannya lagi.
"Aku tidak mau, aku tidak akan melepaskan tanganmu." Dina Baskoro seperti lem, menempel di lengan Teddy dengan kuat, dan tidak mau melepaskannya.
Teddy Permana mengerutkan kening melihat bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.
Setelah masuk ke mobil, mereka masing-masing memasang sabuk pengaman.
Teddy Permana teringat semua kejadian malam itu, terutama tentang Renata Sanjaya yang sangat salah, jadi Teddy mencoba mengingatkan Dina Baskoro tentang wanita itu, "Setelah kejadian malam ini, menjauhlah dari Renata Sanjaya, wanita itu tidak sesederhana yang kamu pikirkan."
Setelah itu, Dina Baskoro teringat sesuatu.
Dina ingat bahwa di kehidupan sebelumnya, Teddy Permana telah mengatakan hal yang sama pada dirinya berkali-kali.
Tetapi pada saat itu, ketika Dina Baskoro mendengar Teddy Permana mengatakan hal itu, Dina berpikir Teddy sengaja untuk memprovokasi dan membuat perselisihan.
Baru sekarang Dina mengerti bahwa Teddy Permana sebenarnya telah mengetahui kepribadian Renata Sanjaya sejak lama dan Dina akhirnya menyalahkan dirinya sendiri karena bodoh pada saat itu.
Didalam mobil, Dina Baskoro bersandar pada Teddy Permana lagi, dan memeluk lengannya dengan erat, dan berkata dengan manja, "Baiklah, mulai sekarang aku akan mendengarkanmu."
Teddy Permana diam saja.
Dalam dua hari terakhir, Teddy jelas merasakan perubahan pada Dina Baskoro. Jika dia mengatakan hal seperti ini sebelumnya, Teddy tahu Dina Baskoro pasti akan marah. Tapi sekarang berbeda.
Bukan saja Dina berinisiatif untuk menemukan kasih sayangnya, Dina juga menjadi sangat patuh. Teddy merasa itu tidak normal.
Setelah beberapa saat, Teddy berkata, "Aku sedang mengemudi, lepaskan tanganku."
Dina Baskoro menggigit bibirnya, jadi dia harus melepaskannya untuk sementara.
Sepuluh menit kemudian, mereka sampai di rumah.
Setelah turun dari mobil, Teddy Permana mengantar Dina Baskoro sampai ke pintu, dan berkata, "Masuk, istirahatlah dulu."
Setelah berbicara dan berjalan pergi, tiba-tiba terdengar suara dari Dina Baskoro.
"Jangan pergi."
Teddy Permana tidak tahu apa yang salah dengan dirinya saat itu, Dina tiba-tiba memeluknya langsung dari belakang, "Teddy Permana, kamu tidak boleh pergi, aku tidak mengizinkanmu pergi."
Teddy Permana tidak menyangka hal ini akan terjadi. Kata-kata Dina sedikit mengganggu Teddy Permana.
"Jadi, apa yang ingin kamu lakukan?"
Teddy Permana tiba-tiba berbalik, menatap langsung ke matanya Dina. Teddy mendekati Dina dan aura yang kuat dalam dirinya membuat perasaan Dina sedikit tidak nyaman.
Ini pertama kalinya Dina Baskoro melihat Teddy seperti ini, dan Dina mundur sedikit dengan takut-takut, "Aku..."
"Kamu tidak perlu berpura-pura sayang padaku atau memelukku sekarang, apa yang kamu rasakan sebenarnya dalam hatimu? Katakan." Teddy Permana benar-benar tidak tahan. Setelah malam pertunangannya dengan Dina, wanita ini tidak pernah bersikap seperti ini dengannya, sama sekali tidak.
Dina Baskoro tidak menyalahkan Teddy atas reaksinya itu. Karena bagaimanapun, dia memang terlalu kreatif saat ini dengan apa yang telah dilakukannya, tapi apa sebenarnya yang dibutuhkan Teddy Permana untuk membuatnya percaya pada Dina lagi?
Setelah lama memikirkan jawabannya, Dina Baskoro menjawab dengan lembut, "Jika aku berkata, aku memang menyayangimu, apa kamu percaya?"
Mendengar jawaban itu, Teddy Permana jelas terkejut.