webnovel

Kepingan Sayap Memori Penuh Dendam

Mitos mengatakan angka 7 merupakan sebuah angka keberuntungan. Bagi Dina, angka 7 merupakan kesempatan dari Tuhan! Dulunya, Renata yang merupakan sahabat terbaiknya memanipulasi Dina hanya demi seorang pria, Teddy. Tidak berhenti disitu, Renata menjebak Dina dan menjebloskannya ke dalam penjara, lalu menyuruh seseorang untuk membunuh Dina didalam sel yang suram itu. Dina berpikir dia hanya akan berakhir di Neraka dengan beribu penyesalan. Tapi nyatanya Ia terbangun kembali ke 7 tahun lalu, sebelum semua masalah hidupnya dimulai. Kini Dina tidak boleh jatuh kedalam lubang yang sama, Ia harus menyiapkan rencana serangan balik sebelum semuanya terlambat!

Pena_Fiona · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
424 Chs

Sebuah Buku Catatan Berisi Puisi Cinta

Seharusnya sebagai pria normal, bagaimana Teddy Permana bisa gagal menanggapi situasi saat itu. Apalagi Dina Baskoro sudah memberikan kode, tapi Teddy Permana merasa tidak mau menyakitinya lagi.

Teddy Permana menghela nafas lega saat sudah selesai mengobati kaki Dina Baskoro.

"Apakah masih sakit ?" Teddy Permana bertanya dengan ringan.

Dina Baskoro mengulurkan kakinya dengan ragu-ragu, seolah-olah tidak terlalu sakit dan menggelengkan kepalanya, "Tidak, sekarang rasanya jauh lebih baik."

Teddy Permana lalu mengangguk dan mengambil kompres yang diberikan oleh Mbak Tiwi tadi.

"Ini adalah kompres es. Taruh kompres ini di wajahmu."

Dina Baskoro mengambil kompres es itu dan meletakkannya di wajahnya. Teddy Permana lalu menghela nafas lega dan kemudian keluar kamar dengan membawa kotak obat.

Teddy keluar dan tidak kembali untuk beberapa saat.

Melihat bahwa Teddy belum kembali untuk waktu yang lama, Dina Baskoro tiba-tiba merasa sedikit tertekan dan berkata dalam hatinya, "Apakah aku menakuti Teddy Permana tadi?"

Ini tidak baik. Dina ingin tidur dengannya malam ini.

...

Teddy Permana sedang sedang mandi di kamar kosong yang sebenarnya disiapkan jika ada tamu datang. Dan selesai mandi, Teddy mengambil handuk dan melilitkannya di pinggangnya, Teddy Permana memakai sandal dan mengelap rambutnya dengan handuk kering sambil berjalan keluar.

Kemudian, Teddy Permana duduk di sofa dan menghela nafas lega.

Alasan mengapa Teddy di kamar itu adalah karena dia tidak ingin tidur di kamar yang sama dengan Dina Baskoro.

Teddy Permana tahu bahwa dalam situasi seperti tadi, pengendalian dirinya selalu sangat baik. Tidak peduli wanita genit seperti apa yang ada di depannya, dia bisa tetap tenang.

Tapi saat melihat Dina Baskoro di depannya tadi yang tidak memakai pakaian sama sekali, Teddy sedikit tidak bisa mengendalikannya. Tapi, mengingat Dina Baskoro yang baru saja mengalami kejadian yang membuatnya sangat ketakutan dan tubuhnya sekarang penuh luka, Teddy Permana dengan enggan mencoba menahannya.

Teddy Permana kemudian berdiri dan menyapu kamar itu dengan malas.

Lalu dia ingat bahwa dia telah meletakkan setengah botol anggur merah di sini lalu melihat sekeliling untuk mencari botol itu tetapi tidak menemukannya.

Teddy hanya mengira mungkin botol itu sudah dibereskan oleh pembantu dirumah.

Ketika sudah menyerah, pandangan Teddy Permana secara tidak sengaja menatap ke sudut kamar dan melihat ada beberapa koper ditumpuk di sana.

Kenapa koper-koper itu dibiarkan ditumpuk di sini dan tak ada yang membersihkannya. Namun akhirnya, Teddy Permana tidak terlalu memikirkannya, dan membiarkan pembantu di rumah saja yang membereskannya besok.

Lalu Teddy Permana berjalan melangkahi koper dan menuju ke ruang penyimpanan untuk mengambil sebotol anggur merah.

Namun, Ysecara tidak sengaja tertarik dengan meja di sebelahnya.

Dan di atas meja itu, ada buku catatan berwarna hitam.

Dilihat dari tampilannya, buku itu masih sangat baru, seharusnya belum lebih dari sebulan setelah dibeli, dan belum banyak dibuka.

Teddy Permana sedikit mengernyitkan dahi dan mengambil buku catatan itu.

Teddy Permana hanya ingin tahu lalu mulai membuka-buka buku catatan itu dengan santai.

Lalu tiba-tiba wajahnya menjadi muram tak bisa dijelaskan saat membuka dan membaca buku catatan itu, dan berhenti di sebuah halaman.

Teddy melihat tanda tangan tertulis di salah satu halaman buku catatan itu, dan mengetahui tanda tangan itu ada tanda tangan Dina Baskoro.

Beralih ke halaman pertama, Teddy Permana menemukan bahwa tanggal catatan itu ditulis hanya beberapa hari setelah pertunangan dia dan Dina Baskoro.

Ketika Teddy membuka kembali beberapa bagian di buku itu, Teddy melihat beberapa puisi cinta yang ditulis oleh salah seorang pengarang terkenal.

Yang pertama ditulis dibuku itu adalah pada hari pertama setelah pertunangan:

"Kamu telah tinggal di tempat terpencil dalam lukaku. Aku telah melepaskan dunia, tetapi tidak pernah melepaskanmu. Gunung dan sungai dalam hidupku, biarkan kamu satu per satu. Selamat tinggal."

Membaca puisi itu, ekspresi Teddy Permana terkejut dan hatinya berdegup kencang.

"Siapakah "kamu" dalam puisi itu? Selamat tinggal, dengan siapa dia mengucapkan selamat tinggal?" Teddy bingung dengan puisi yang dibaca barusan.

Lalu melanjutkan ke halaman selanjutnya, Teddy melihat puisi kedua, seolah-olah itu adalah kelanjutan dari puisi sebelumnya:

"Ribuan gunung dan sungai dalam kehidupan, biarlah kamu mengucapkan selamat tinggal satu per satu pada bunga-bunga pemakaman yang mekar dan menutup, dan buah-buahan yang memainkan gunung kosong. Katakan padaku, berapa banyak kematian yang tersirat oleh jejak kaki yang kamu sembunyikan di bawah dedaunan yang gugur? Hanya agar aku lolos dari hukum. Pertama, aku salah paham satu sama lain di tepi sungai dan kemudian berlari ke arah satu sama lain dengan satu suara. "

Ekspresi Teddy Permana semakin dalam, dan tatapan matanya tanpa sadar semakin serius.

Membalikan halaman lagi dan menemukan puisi ketiga.

Tulisan yang ketiga ini bukanlah sebuah puisi melainkan hanya sebuah kalimat sederhana.

"Dalam hidup ini, aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi."

Setelah membaca tulisan-tulisan itu, wajah Teddy Permana tiba-tiba menjadi semakin tidak bisa ditebak.

Teddy menutup buku catatan itu dengan keras dan melemparkannya kembali ke meja. Wajah Teddy Permana sekarang penuh dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

Teddy Permana berpikir, ternyata Dina masih terlalu naif.

Teddy berpikir bahwa Dina Baskoro telah melakukan banyak hal untuk dirinya sendiri selama beberapa hari terakhir, yang benar-benar membuatnya berpikir kalau Dina Baskoro sudah berubah. Dan berpikir bahwa Dina sudah bisa menerima dirinya dan identitasnya sebagai seorang istri.

Tapi puisi cinta dalam buku catatan itu seakan menampar wajahnya tanpa ampun, dan menumbangkan begitu banyak kebenaran yang selama ini diketahui.

Di dunia ini, siapa yang bisa membuat Dina Baskoro penuh kasih sayang setelah bertunangan dan siapa lagi yang dia tidak akan pernah lepaskan. Tentu saja itu Budi Gumelar, siapa lagi kalau bukan dia?

Saat itu hati Teddy Permana seperti terasa berat sekali, jatuh ke laut dalam dan kemudian tenggelam tanpa suara.

Lalu tiba-tiba Teddy tersenyum dan berkata dalam hatinya, "untuk apa repot-repot bertingkah terlalu nyata dan jatuh terlalu jauh ke dalam drama!"

Lalu tiba-tiba Teddy merasa ada sedikit gerakan dari pintu kamar tamu dan dia melihat ke arah pintu dan tanpa sadar menjauh dari meja.

Ternyata Dina Baskoro yang membuka pintu dan masuk dan menemukan bahwa Teddy Permana ada di kamar itu. Dina merasa aneh dan tidak dapat menahan diri untuk bertanya, "Teddy, kenapa kamu ada disini? Aku menunggumu di kamar."

Teddy Permana melihat Dina dengan ekspresi wajahnya sangat dingin, "Apa yang kamu lakukan?"

Dina Baskoro benar-benar terkejut ketika dia mendengar pertanyaan itu dan baru kemudian menyadari bahwa wajah Teddy Permana saat itu sedang muram.

Dina tidak dapat berhenti berpikir, "ada apa dengan dia? Bukankah sekarang sudah tidak ada apa-apa lagi? kenapa sekarang dia cemberut? Apakah karena aku mencoba merangsangnya tadi?"

Memikirkan hal itu, Dina Baskoro sedikit takut dan berkata dengan pelan, "Teddy, aku ... Aku ingin tidur denganmu malam ini, bisakah kamu kembali ke kamar dan menemaniku?"

Namun, Teddy Permana yang mendengar permintaan itu, tersenyum kecut.

"Dina Baskoro, sebenarnya kamu tidak perlu terlalu mempermalukan diri sendiri."

Dina Baskoro sedikit bingung dengan ucapan Teddy, dan bertanya padanya.

"Teddy, aku tidak mempermalukan diriku sendiri, apa maksudmu mengatakan itu?"

Teddy Permana lalu berbalik untuk melihat bahwa Dina ternyata masih bertahan dan tidak bisa menahan marah, berkata dalam hati.

"Jelas tidak ada aku di hatimu, kenapa kamu masih berpura-pura selugu ini? Kenapa bertindak seperti ini? Aku tidak mau ditipu seperti ini lagi!"

Tiba-tiba, wajah Teddy Permana menjadi semakin muram, dan melangkah mendekati Dina.