webnovel

Bab 4

halilintar menghembuskan nafas lelah, tubuhnya terasa dingin sekaligus mengangkat karena terlalu lama main hujan.ya, bila hujan turun dia pasti meluangkan waktunya untuk bermain hujan.halilitar mengenaskan tubuhnya di atas tempat tidur,tampah mengganti pakaiannya.sementara kasurnya sudah basah setengah, karena di sebabkan pakaiannya yang sangat basah.lagi-lagi halilintar hanya mengabaikannya.toh lagian iya juga mulai merasakan tanda-tanda demam.

manik mata coklat madunya menatap pada langit-langit kamarnya dengan sebuah lampu kuning yang tidak terlalu terang.raganya ada di sini, tapi tidak dengan pikirannya yang melayang entah kemana.

halilintar terdiam, merenung akan masa lalunya.awal dari semuanya, yang tidak diketahui sepupunya.wall, waktu 6 tahun yang lalu sangatlah cepat berlalu.

ia adalah si sulung dari tiga bersaudara.kakak tertua dan memiliki dua orang adik kembar dengan sifat yang kelewatan laknat dan bucinnya.halilitar kadang berpikir, darimana ibunya mempunyai kekuatan sebesar itu? wanita memang hebat, terlebih seorang ibu.fakta mengatakan itu. tapi sayang, sekarang iya hanya dua bersaudara dari keluarganya.karena satu adiknya,ya sudah mendahuluinya.mungki kalau dipikir-pikir, bila kejadian itu tidak terjadi.apa iya masih bisa bermain dengan kedua adiknya.dan membuat Aurora tidak membencinya.

memikirkan itu membuatnya menghembuskan nafas lelah mulai menutup matanya mencoba untuk tidur daripada memikirkan sesuatu yang tidak akan ada jawabannya keren iya lebih memilih memendamnya.mengabaikan emosi dalam dadanya yang menghimpit.berusaha tegar namun manusia tidak selamanya bisa tegar bukan akan ada waktunya iya benar-benar tumbang dan jatuh.

-Skip time

entah karena apa, halilintar tidak bisa mencoba untuk tidur.mungki karena merasa tidak nyaman dengan keadaannya atau penyakit insomnia kambuh.

semua ini sulit di percayai. halilintar yang masih berbaring di atas tempat tidurnya juga merasakan hal yang sama.

kamar luas bercat putih itu seakan sedang mendiamkan dirinya. memangdan foto-foto di dalam kamar dengan acuh tak acuhnya.

halilintar bangun dari tempat tidurnya.berhati-hati agar tidak terjatuh, atau hal buruk akan kembali menimpanya.matanya tertuju pada foto yang ada di dinding kamarnya menatap setiap foto yang memiliki kenangan tersendiri.

tangan pucat miliknya menyusuri satu persatu deretan bingkai itu, kemudian tatapannya terkunci pada foto dua orang anak yang tidak lain adalah adik kembarnya yang sekiran berumur 11 tahun, foto itu adalah foto tarakhi dirinya bersama adik-adiknya.hali memejamkan matanya, meski itu sudah sekitar dua tahun, tapi ingatannya bersama adik-adiknya tidak pernah lekang di telan masa.

memikirkan itu membuatnya menghembuskan nafas lelah mulai menutup matanya mencoba untuk menenangkan dirinya.mengabaikan emosi dalam dadanya yang menghimpit.berusaha tegar namun manusia tidak selamanya bisa tegar bukan akan ada waktunya iya benar-benar tumbang dan jatuh.

"kak hali, ganti baju dulu.dan aku akan mempersiapkan air hangatnya dulu untukmu"setelah mengatakan itu, tampah persetujuan kakaknya.laura langsung masuk ke dalam WC dalam kamar halilintar.sedangkan halilintar, iya masih setia berdiri di tempatnya, meskipun matanya sudah kembali terbuka.tampa menoleh pun, dia sudah tahu itu adalah suara adik sepupunya.

Dengan sedikit memaksakan senyuman, yang terkesan agak sedikit dipaksakan.dia berbalik, dan menemukan adik sepupunya yang sudah iya anggap sebagai adik kandungnya sendiri. sepertinya sedang mempersiapkan air hangat untuknya.

"maaf selalu merepotkan mu,lau"ucapnya datar.laura yang ada dalam WC hanya menghela nafas.kemudian berjalan mendekati kakak sepupunya yang sangat iya sayangi.kemudian duduk di sampingnya.

"kau bisa cerita padaku, tapi sebelum itu, kakak harus bersihkan diri dulu.takut nanti sakit"bujuknya dengan manja.

"bawel"halilintar mendengus.tapi pada akhirnya menuruti keinginan adik sepupunya itu.berjalan ke WC untuk membersihkan dirinya.

Laura menatap seduh punggung kakak sepupunya yang perlahan menjauh.

sampai saat ini, halilintar masih percaya semua ini hanya mimpi.dan dia berharap agar dia segera dibangunkan.meskipun kenyataan justru menamparnya secara perlahan.