webnovel

Bab 2

Feby melangkahkan kakinya menuju taman yang tidak jauh dari mansion putih milik keluargaku.mencoba tersenyum melihat dua orang paling berharga dalam hidupnya bertengkar hebat.iya tidak tahu apa permasalahannya.tapi iya yakini ini ada kaitannya dengan sekertaris baru papanya. Feby berpikir dalam.mungapa kisah keluargaku ini benar-benar mirip sinotro di luar sana? belum lagi papa yang menuntunku mendapat nilai sempurna. memang dia pikir otaknya adalah komputer yang bisa menelan bulat-bulat semua materi hingga tidak satupun kesalahan terjadi. sialan. iya tidak sadar, bahwa kakinya membawanya ke sebuah cafe yang sering iya kunjungi dulu bersama kedua adiknya yang pasti di temani mama tersayang mereka.

mata Feby tertuju pada cafe di depannya. ah, iya jadi mengiat kebersamaan mereka yang menyenangkan dan tentunya penuh kebahagiaan. Feby berjalan semakin mendekati cafe itu, kemudian memasukinya.

KRIN

suara lonceng membuat orang-orang dalam cafe menatap padanya.munkin refleks, atau memang kebiasaan manusia yang selalu penasaran dan ingin tahu.tapi ya, itu tidak bertahan lama, mungkin juga efek kebiasaan.feby berjalan masuk, kemudian duduk di salah satu meja kosong dalam cafe. memesan coklat panas, cocok untuk situasi cuaca mendung saat ini.

Feby duduk di mejanya, sembari membuka ponselnya.berharap ada yang khawatir tentang dirinya.tapi pada nyata, tidak ada pesan atau apapun itu.

"ada masalah nona?"tanya seseorang yang tidak-tiba duduk di salah satu kursi di meja Feby yang dia tempati.jujur iya sedikit risih dengan kadatangan orang yang tidak sama sekali iya kenal.apalagi orang yang nampak seperti preman jalanan.

pemuda itu terlihat sedang sibuk mengisap rokok yang ada di selah jarinya. yang membuat Feby sedikit menjauh.

"hehe kau tidak suka asap rokok?"

hanya diam. toh, malas menanggapi manusia satu ini, iya memilih berdiri.mencoba mencari meja lain. aku tidak suka orang lain ikut campur urusanku, apalagi orang asing'batin Feby.

tapi sebelum Feby melangkah, orang itu juga berdiri. dan detik berikutnya, orang itu menuju meja kasir mungkin untuk membayar pesanannya yang sama sekali belum iya sentuh.kemudia orang itu pergi dari cafe, sempat melirik Feby sebentar sebelum benar-benar aneh.