Bara seperti kehilangan akalnya, dia seperti tidak bisa berpikir jernih. Dan bagaimana dia bisa berpikir untuk mengakhiri nyawanya yang berharga.
Saat Bara sudah berdiri pada tepian jembatan, dan tatapannya melihat kearah bawah pada sungai yang sudah menghilangkan nyawa istrinya.
"Aku tidak akan sanggup menjalani hidup ini, Kinasih. Aku tidak sanggup jika harus berpisah denganmu, Aku tidak bisa, Kinasih. Untuk apa aku hidup jika tidak ada kamu. Untuk apa?!" teriak Bara begitu lantang.
"Aku tidak sanggup lagi!" Bara memejamkan kedua matanya.
Dia sudah merentangkan kedua tangannya kearah samping, dia bersiap-siap untuk menerjunkan dirinya sendiri.
"Tunggu aku, Kinasih. Jika waktuku bersamamu sudah selesai dan hanya sampai disini saja, maka tidak ada asalan lagi untuk aku terus bertahan. Untuk apa aku bertahan jika pada akhirnya aku akan terus terluka," ucap Bara dan meneteskan air matanya saat kedua matanya masih terpejam erat.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com