webnovel

Prolog

"Hentikan! Aku belum siap melakukan nya!"

Seorang gadis berusaha untuk menghentikan laki-laki yang berniat untuk menidurinya. Ia bukanlah laki-laki asing lagi di mata gadis itu, sebenarnya laki-laki itu adalah kekasihnya dari gadis itu. Mereka berdua telah menjalin hubungan selama 8 tahun lamanya, sebagai seorang laki-laki yang normal bagi Johan ia tentu tertarik dengan bentuk tubuh yang dimiliki oleh kekasihnya itu selama ini.

"Sayang, aku sudah tidak tahan lagi. Ijinkan aku melakukannya sekarang!"

Jeslin tetap menolaknya, ia benar-benar tidak siap untuk memberikan keperawanannya kepada Johan. Ia bukan bermaksud tidak mempercayai kekasihnya itu, apa lagi ketika Johan terus berusaha ingin membawanya untuk segera menikah tapi ia sendiri yang malah menolaknya. Johan tahu alasan kekasihnya itu menolak menikah dengannya, itu semua karena kedua orangtua nya tidak mau merestui hubungan mereka berdua selama ini.

"Aku benar-benar tidak bisa, Johan! Aku harap kamu bisa mengerti aku!" ucap Jeslin dengan tegas.

"Jeslin, aku bukannya tidak mengerti apa yang kamu rasakan selama ini. Tapi, kamu juga harus mengerti apa yang aku mau!" Johan tetap bersih keras untuk membuat Jeslin mengerti keadaan dirinya nya yang sangat ingin memiliki seorang anak karena dengan cara itu, menurut Johan mereka berdua akan direstui oleh kedua orangtua nya jika Jeslin sudah hamil anak darah dagingnya.

"Berhentilah untuk berharap bisa melakukan hal itu lagi! Aku sudah muak untuk mendengar alasan yang tidak jelas itu!" ucap Jeslin dengan tegas, ia pun berniat untuk pergi keluar dari apartemen kekasihnya.

Namun, saat dirinya baru saja membuka pintu, kedua bola matanya seketika melotot dengan sangat tajam. Jeslin ingin segera pergi, tapi ia tidak akan mungkin melakukan hal itu dan itu semua akan malah membuat orang lain berpikir, bahwa dirinya gadis yang tidak memiliki sopan santun sama sekali kepada orang yang lebih tua.

"Apa yang kamu lakukan lagi di apartemen anak ku, hah?!" ucap Ibu Rani yang terlihat sudah berusaha 50 tahun itu. Ia memandang dengan sangat sinis melihat ke arah Jeslin yang sedang berdiri dihadapannya.

"Sa—saya hanya ing—" Belum menyelesaikan ucapannya, Jeslin langsung saja mendapatkan sebuah tamparan yang sangat keras di kedua pipinya hingga sampai memerah padam. Jeslin hanya bisa menahan rasa sakit itu dalam diam, seandainya itu bukanlah orangtua kekasihnya mungkin Jeslin tidak akan diam begitu saja.

Sedangkan Johan yang mendengarkan keributan, ia pun dengan segera menghampiri nya dan melihat ibunya sedang berdiri menatap ke arah Jeslin dengan tatapan begitu sinis.

"Ibu! Kenapa Ibu menyakiti Jeslin lagi?!" tanya Johan dengan nada dingin, ini bukanlah pertama kalinya bagi Jeslin mendapatkan tamparan itu. Ia sudah seringkali diperlakukan tidak baik oleh ibu Johan dan Jeslin selalu berusaha untuk tetap bersabar menghadapi nya. Ia sangat berharap dirinya tetap bisa menahan rasa sabar itu, terutama ia tidak ingin membuat Johan menjadi kecewa karena dirinya.

"Itu pantas untuk gadis tidak tahu diri ini!" Ibu Rani secara terang-terangan mengatakan kalimat yang tidak pantas di hadapan Johan anaknya.

Sedangkan Jeslin diam-diam mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat. Rasanya ia sangat ingin membalas ucapan ibu Rani, tapi melihat Johan yang terus berusaha membela dirinya, ia pun akhirnya berusaha untuk tetap menahan rasa amarahnya yang sudah mengebu-ngebu dari tadi.

"Lihatlah! Tatapan nya begitu sinis menatap Ibu! Apakah itu pantas menjadi menantu di keluarga kita, Johan?" Ibu Rani menunjuk-nunjuk wajah Jeslin dengan begitu kasar, hingga hampir terkena matanya.

Perlakuan yang tidak baik di dapatkan Jeslin, membuatnya mengerti bahwa dirinya benar-benar tidak harus terus mengalah hanya karena menghargai perasaan Johan. Ia akui, Johan memang laki-laki yang begitu baik, menyayangi dirinya dengan sangat tulus dan bahkan Johan juga sosok yang mau melakukan apa saja yang ia mau selama ini.

"Johan, hentikan! Tidak baik terus ribut seperti ini!" tegur Jeslin yang berusaha untuk menenangkan kekasihnya itu.

Dari tadi Johan masih tidak ingin mengalah sama sekali untuk berdebat dengan ibunya, bahkan Johan sampai menampar pintu apartemen nya dengan sangat keras, saking merasa kesal dengan ibunya yang selalu berbuat semaunya selama ini. Termasuk tidak berhenti menghina dan menyakiti Jeslin berulang kali, Johan sangat lelah menghadapi ibunya yang selalu egois. Maka, dari situlah Johan memilih untuk tinggal sendirian di apartemen dan itu semua hanya karena tidak ingin mendengar ibunya yang selalu berkata hal buruk tentang Jeslin di setiap dirinya berada di rumah.

"Johan! Jangan mencoba-coba untuk mendekati gadis ini! Kau tidak tahu, siapa dia sebenarnya?!"

Mendengar ibu Rani berkata hal seperti itu kepada Jeslin, membuat gadis itu terlihat seperti sedang menahan rasa gugup yang tidak karuan. Johan menatap sebentar ke arah kekasihnya, ia melihat sendiri raut wajah Jeslin benar-benar terlihat berubah ketakutan. Tapi, Johan rasa ibu-Nya hanya ingin membuat dirinya tidak menyukai Jeslin karena selama ini, ibunya selalu berharap ia dan Jeslin segera mengakhiri hubungan yang sudah terjalin cukup lama itu.

"Ibu! Aku harap Ibu jangan terus mencari kesalahan Jeslin, aku dan dia sudah sangat lama menjalin hubungan. Tentunya aku sangat mengenal baik tentang dirinya!" ucap Johan dengan sangat tegas, sejujurnya ia sudah bosan untuk menghadapi ibunya yang tidak pernah akur dengan Jeslin.

Ibu Rani jelas merasa sangat geram terhadap anaknya yang tidak ingin mendengarkan ucapannya sama sekali, sedangkan Jeslin kembali merasa tenang. Ia tidak menyangka Johan tidak mudah mempercayai omongan ibunya barusan, tapi tatapan Jeslin seketika menjadi sinis menatap ke arah ibu Rani yang juga sedang menatap dirinya dengan jijik. Ia bingung selama ini dirinya tidak pernah membuat Johan untuk terus mengeluarkan banyak uang selama mereka berdua pacaran.

"Johan, sudahlah. Sebaiknya, kita berdua akhiri saja hubungan ini!" ucap Jeslin yang hanya berpura-pura mengatakan kalimat tersebut karena ia tahu, Johan tidak akan pernah setuju untuk mengakhiri hubungan mereka.

"Jangan sekali-kali untuk mengatakan hal itu, Jeslin!" ucap Johan dengan tegas, hingga membuat wajah ibu Rani yang berada di samping memerah padam. Ia tidak menyangka kekasih anaknya itu benar-benar sangat licik dan ia berharap dapat menyingkirkan Jeslin dari kehidupan anaknya dengan segera, sebelum semuanya terlambat.

"JAUHI GADIS ITU, NAK! Sebelum kamu menyesalinya!" Ibu Rani sekali lagi menekankan kalimat tersebut, berharap anaknya mau mendengarkan apa yang dikatakan olehnya.

Sedangkan Johan melihat tatapan ibu nya yang begitu serius, membuat dirinya termenung. Ibu nya sudah kedua kali ini mengatakan kalimat itu supaya dirinya menjauhi Jeslin, lalu ia melihat ke arah gadis yang berada di samping nya tampak tersenyum kecil. Senyuman yang tidak pernah ia lihat selama 8 tahun ini, biasanya Jeslin selalu tersenyum lebar kepadanya tapi sekarang terlihat berbeda dari sebelumnya.

"Aku merasa apa yang dikatakan Ibu mu tidak ada yang salah sama sekali, Johan." Jeslin bergumam dalam hatinya.