webnovel

BAB 05

"Haah, membayangkan saja aku sudah sangat bahagia. Bagaimana ketika ia berjalan? Hihi. Mungkin dia akan mengangkang dengan tangan yang di rentangkan. Benar-benar lucu." batin Sila Puas. "Omong-omong, aku benar-benar seperti psikopat di sini."

"Baiklah, bukti sudah hilang, waktunya untuk kembali." Gumam Sila.

Sila pun berbalik dan hendak pergi. Namun tiba-tiba saja tatapannya jatuh pada meja Rias Sona, di mana banyak riasan yang bagus di sana.

"Wahh lihat, banyak sekali! Sedangkan aku hanya di beri barang sisa. Dasar Duke sialan!" Batin Sila. "Apa ku ambil saja beberapa? Dia tidak akan sadar bukan?"

Sila mulai berjalan mendekat ke arah meja rias, ia mengambil satu bedak dan juga pewarna bibir. Setelah itu, ia kembali berbalik dan keluar.

"Hey Ririn? Kau sudah selesai?" Tanya Sila.

"Sudah, Duchess." Jawab Ririn. "Karna hari sudah malam, maka tidak akan ada yang lewat. Jadi ini akan segera kering."

"Bagus, ayo kembali!" Ujar Sila yang di balas anggukan oleh Ririn.

"Omong-omong Duchess? Apa yang anda bawa?" Tanya Ririn.

"Aku mengambil punyanya., lagi pula ada banyak. Dia tidak akan sadar jika ada yang hilang." Ujar Sila.

Ririn mengangguk. "Wahh, anda sekarang benar-benar sudah tertarik dengan riasan ya?"

"Tentu saja aku harus membuat di Duke sialan itu menyesal sampai titik yang terdalam karna dia sudah mengabaikan istri secantik diriku! Pada saat itu aku akan mencampakkannya! Hahaha, membayangkannya saja aku sudah sangat puas." -Batin Sila.

"Muehehehe., Hahaha., Hihihi.," Tawa Sila dengan raut wajah seperti iblis.

Ririn yang melihat hal itu tampak terdiam di tempat dengan wajah bingung seolah tak habis pikir. Sebenarnya ada apa dengan Duchess? Pikirnya.

"D-Duchess? T-tolong kendalikan raut wajah anda." Ujar Ririn.

"Ups., Bagaimana raut wajah ku tadi ya?" Batin Sila. "Bodoh, bisa-bisanya aku memperlihatkan raut wajah gila ku pada Ririn!"

"Ah? Haha.., Ririn? Bukankah kau mengantuk? Kembali lah tidur, besok aku akan meminta Duke sialan itu untuk menjadikan mu dayang pribadi ku."

"Baiklah Duchess, selamat malam."

"Ya, selamat malam juga." Balas Sila.

Sila pun berbalik dan bersiap kembali ke kamarnya. Saat ia akan kembali, tiba-tiba saja langkahnya terhenti kala melihat seorang pria tengah duduk di ruang keluarga sambil membaca sebuah buku di tangannya.

Sila terdiam sambil terus menatap pria di bawah sana dengan tatapan sengitnya.

"Haa, itu pasti Duke sial itu." -batin Sila.

Tak lama setelah itu, Duke mulai bangkit dari duduknya dan bersiap menaiki tangga, saat itu pula Sila tersentak di tempatnya. Berdasarkan ingatan Sila yang asli, kamar Duke ada di lantai satu, tapi untuk apa Duke ke atas? Apa mungkin Sona? Pikir Sila.

"Tidak! Jika dia ke sana maka semua akan terbongkar! Aku yakin lantainya masih belum kering!" Batin Sila. "Tidak Sila! Lakukan sesuatu!"

Sila mulai berpikir di tempat dengan Duke yang terus melangkah menaiki tangga. Hingga tiba-tiba sebuah keajaiban terjadi. Sebuah ide pun muncul di benak Sila.

"Ah ya! Cara itu!" -batin Sila.

Sila mulai melepaskan kancing atas gaunnya dan memberantakkan rambutnya lalu di taruhnya seluruh rambut di leher sebelah kiri hingga memperlihatkan leher putih mulus miliknya.

"Bagus! Aku yakin ini akan berhasil!" -batin Sila.

Tiba saat itu, sang Duke kini sudah berada tepat di depannya bersiap pergi ke kamar Sona tanpa mengetahui keberadaannya di sana.

"Hey? Kau ini benar-benar orang yang tidak adil ya? Setiap hari kau menghabiskan malam bersama istri kedua mu itu., Apa kau pikir aku ini seorang pendeta atau biksu yang tidak mempunyai nafsu?" Tanya Sila dengan malasnya.

DEG

Saat itu pula Duke di buat terkejut dan langsung menengok ke arah Sila dengan ekspresi terkejut pula.

"Wahh, bahkan terkejut saja tetap tampan ya?" batin Sila. "Hmm, omong-omong ini pertama kalinya ku aku melihat dia setelah masuk ke dunia ini."

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Duke.

Sila terdiam sambil masih terus menatap datar ke arah Duke, tentunya dengan penampilan Sila saat ini, dirinya cukup yakin jika Duke sedikit terganggu di sana.

"Aku harus menghalanginya pergi ke kamar Sona." -batin Sila.

"Aku lelah tidur di gudang itu, itu lebih seperti rumah anjing dari pada kamar seorang Duchess." Ujar Sila dengan Malas.

Duke di buat terdiam dengan perkataan yang keluar dari bibir Sila. Sebab baru pertama kali Sila berani menatap dirinya dengan tatapan seperti itu.

"Ada yang aneh dengan dia, apa dia sakit?" -batin Duke.

"Hey? Kau mendengar ku?" Tanya Sila.

Sila mulai berjalan mendekat ke arah Duke dengan raut wajah arogannya.

"Aku ingin kau siapkan kamar untukku, kamar yang besar seperti yang berikan pada Sona. Aku akan memakai kamar itu dengan anakku." Ujar Sila tepat di depan wajah Duke. "Jika tidak..." Lanjutnya menggantung ucapannya.

Sila mulai menyentuh dada bidang Duke sebagai pegangan sambil mendekatkan bibirnya ke telinga Duke.

"Maka jangan salahkan aku akan mengebiri ini dan menjadikan anakku pewaris satu-satunya, Duke Avel Nixton." Bisik Sila tepat di telinga Duke. "Dan itu akan sangat menyakitkan, tapi hal itu juga akan menjadi keadilan untukku." Lanjutnya.

"Keadilan?"

"Bukankah kau selalu menghabiskan malam mu dengan Sona? Aku sungguh menjadi biarawati di sini." Ujar Sila malas.

"Heh? Apa wanita ini mabuk?" -batin Avel.

Avel mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Sila, namun Sila sama sekali tak di buat terkejut karnanya. Wanita itu begitu tenang.

"Tidak ada bau alkohol." -Batin Duke.

"Hoo., Jadi kau ingin tidur bersama ku? Begitu?" Tanya Avel.

Sila menatap datar pada Avel seolah tidak tertarik sedikit pun. Karna memang begitu kenyataannya.

"Di banding aku, aku tahu itu kau." Ujar Sila sambil mengalihkan tatapannya pada kejantanan Avel yang kini sudah mengeras di balik celana yang ia pakai.

"W-Wanita ini?! Dia bahkan masih tenang ketika melihat 'itu' bangun?" -batin Avel.

Sila kembali mendongak menatap Avel, beberapa saat kemudian, Sila pun menampilkan senyumnya pada Avel, hal itu sukses membuat Avel terdiam di tempat.

Senyuman yang begitu cantik yang baru pertama kali Avel lihat di tengah sinar bulan yang masuk melalui jendela dan menyinari mereka berdua.

"Mau ku bantu?" Tanya Sila masih dengan senyum ramahnya.

"Heh? Kau memang masih sama ya? Baiklah, akan ku layani kau malam ini." -batin Avel.

"Yahh., Karna kau sampai seperti itu, maka akan ku biarkan kau malam ini lakukan sesuka mu." Ujar Avel.

"Ohoo., Pria sialan!" -batin Sila.

Sila mengeluarkan smirknya menatap Avel, ia mulai mendekatkan dirinya ke arah Avel hingga tubuh mereka kini benar-benar menempel dengan sempurna.

"T-tunggu! Di sini?! Yang benar saja?!" Batin Avel. "Apa dia memang setidak tahu malu ini?!"

"H-Hey? Di sini? T-tidakkah ini berbahaya?!" Tanya Avel.

"Tidak, sama sekali tidak. Aku bisa seperti ini di mana pun asalkan tempat itu benar-benar sepi." Ujar Sila.

"Apa dia sudah gila karna selalu ku abaikan?" -batin Avel.

"Kau sudah siap?" Tanya Sila.

"H-haah., Apa boleh buat karna kau memaksa, Baiklah aku si- ughhh!"

Bersambung......