webnovel

Bangun pagi

Kala langit mulai berubah warna menjadi warna jingga kemerahan pertanda bahwa matahari siap menampakan diri di muka bumi. Suara ayam saling bersautan dan kicauan burung mulai terdengar masuk ke pendengaran manusia. Angin semilir pagi hari membawa ketenangan dan manfaat bagi organ pernapasan manusia.

Cit.....cit....

Suara burung terdengar jelas sampai sampai kaca jendela di ketuk oleh nya.

Tuk....tuk...tuk...

Srek....

Pintu kamar mandi bergeser. Aroma wangi segar langsung berhamburan menyebar ke seluruh ruangan.

" Hmmm... suara apaan tuh " ucap Bora sembari mengeringkan rambut nya menggunakan handuk kecil yang bertengger di leher.

Bora jalan menuju jendela kaca yang langsung view mengarah ke taman. Ia langsung menyibakkan korden.

" Ehh...ternyata elu kirain siapa rung...burung " Bora membiarkan burung nya mengetuk jendela kaca ia enggan menangkap nya.

Posisi Bora saat ini baru selesai mandi dan bersiap siap untuk pergi ke tempat sanggar tari. Hari ini hari Minggu, biasa nya orang orang di hari Minggu pagi di sibukkan dengan aktivitas olahraga pagi di alun alun.

Namun berbeda dengan Bora, hari Minggu selalu di isi dengan kegiatan mengajar tari di sebuah sanggar yang letak nya tak jauh dari alun alun kota. Bora di kenal sebagai guru tari bagi anak anak.

Di sana tak hanya anak kecil yang ikut. Remaja hingga wanita dewasa ikut serta mengasah kemampuan menari, mulai dari tari tradisional hingga tari moderen. Nama sanggar nya yakni sanggar tari rembulan. Bora di sana tak hanya sendirian melainkan ada lima guru tari.

" Enak nya pakai baju apa ya " mengetuk dagu nya menggunakan jari telunjuk.

Jari telunjuk Bora sibuk mencari baju yang cocok untuk ia kenakan hari ini.

" Nah ini baru cocok " tangan Bora meraih kaos lengan pendek di lengkapi dengan sweater warna coklat.

Penampilan pagi ini dilengkapi dengan celana kulot panjang warna hitam.

Bora sedikit mengoles wajah nya menggunakan makeup tipis agar wajah nya tidak terlihat pucat. Rambut panjang nya ia gerai.

" Sip penampilan gue terlihat sempurna " Bora berdiri di depan cermin seraya membetulkan tatanan rambut.

" Woke berangkat sekarang " meraih hp , dompet serta power Bank. Semua barang di masukan di dalam tas dan tak lupa membawa karet gelang dan juga sampur.

" Mau kemana kamu dek? " tanya Dion. Yang baru melintas di depan kamar Bora.

Bora membalikan badan menghadap kak Dion " mau ngajar nari kak. Kakak mau ikut "

Langkah kaki Bora kian menjauh dari kamar nya, dan kak Dion tetap mengikuti langkah Bora menuju tangga.

" Terus kalau gue kesana, mau bantu apaan. Secara kan gue enggak bisa nari " ujar Dion yang berada di tengah tengah anak tangga.

" Ada pokok nya "

" Apa coba? jangan yang aneh aneh loh ya. Awas kalau aneh aneh " ancam Dion yang sudah berada di anak tangga paling bawah.

" Hehe...enggak aneh kok kak, cuma..." Bora menggantungkan ucapannya.

" Apa? " pekik Dion sembari melotot kan kedua bola mata.

" Enggak jadi. Lupa gue , bye kak Dion " Bora melarikan diri agar tidak kena omelan kakak nya.

" Bora!!!!...." teriak Dion yang tidak sadar dikerjai oleh adek nya.

" Awas kamu, uang jajan mu gue potong sepuluh persen "

*

Kini Bora berada di garasi guna mencari mobil kesayangan. Setelah ketemu ia segera menaiki.

Brum....Brum...

Mobil Bora sudah meninggalkan mansion keluarga nya. Saat ini Bora berada di dalam mobil dengan posisi menyetir.

" Jam berapa ini " Bora meraih hp nya yang berada di dasbor mobil.

" Masih jam enam pagi, pantas saja jalan masih sepi" meletakan kembali hp nya di atas dasbor mobil.

" Mampir beli sarapan dulu lah. Mana perut keroncongan dari tadi "

Mobil Bora terhenti di depan gerobak bubur ayam yang letak nya bersebelahan dengan penjual sate ayam.

Bora mendorong pintu mobil, sebelum turun Bora membawa tas yang berisi hp dan dompet. Parkir mobil Bora tak jauh dari gerobak Abang bubur ayam.

Untung nya belum terlalu ramai pembeli , alhasil Bora bisa lebih cepat memesan bubur ayam tanpa harus ngantri.

" Mang bubur ayam satu tidak pakai kacang sama daun seledri " pesan Bora yang sudah berada di depan gerobak bubur ayam.

" Siap neng, di tunggu ya "

Abang tukang bubur ayam dengan gesit melayani pesanan Bora. Tak menunggu lama akhirnya pesanan Bora siap untuk di antar ke meja yang sudah di tempati Bora.

" Ini neng bubur nya. Mau minum apa? " satu mangkok di taruh di depan Bora.

" Es teh tawar mang satu "

Bora langsung meracik bubur ayam yang berada di depan nya. Ia menambah kan satu sendok sambal , kecap manis kerupuk dan juga tusukan telur puyuh.

Bora tim aduk bubur sampai bumbu tercampur rata.

" Wah pasti enak " Bora langsung melahap bubur yang berada di depan nya.

" Ini es teh nya "

" Makasih mang " dengan mulut nya yang masih di penuhi oleh bubur ayam.

" Di telan dulu neng makanan nya nanti tersedak "

Uhuk....uhuk....

Bora cepat cepat meneguk es teh. sampai tandas tak tersisa.

" Tuh kan neng baru aja di omongin " ucapnya sambil terkekeh.

" Huh!! mana sakit hidung gue "

Tak terasa makanan yang di pesan oleh Bora habis dan tersisa hanya lah mangkok, sendok dan gelas.

Bora berdiri dari tempat duduk, berjalan menuju gerobak " berapa semua nya?"

" Tambah apa neng? " ujar nya sambil melayani pesanan pembeli.

" Kerupuk satu mangkok, dua tusuk telur puyuh "

" Total semua dua puluh ribu neng " sambil mengambil bubur menggunakan centong nasi ke dalam mangkok.

Bora menyerahkan uang lima puluh ribu ke penjual.

Penjual bubur ayam hendak mengambil uang Bora, tiba tiba tangan nya di tarik kembali " uang pas nya ada neng, soal nya belum ada yang kembalian "

" Kembalian nya ambil aja mang " Bora membalik badan menuju parkir mobil tanpa menunggu ucapan penjual bubur ayam.

" Terimakasih neng semoga rejeki ngalir terus " teriak penjual dari jarak jauh.

Bora mendengar teriakkan penjual bubur, hanya mampu melambaikan tangan ke atas. Tanpa menunggu waktu lama Bora langsung melanjutkan perjalanan menuju sanggar tari.

Bora sesekali menatap arloji di pergelangan tangan nya. Sambil menyetir.

*

Ternyata sudah banyak yang datang di sanggar tari , bahkan ibu ibu rela menemani anak nya latihan nari.

" Sudah banyak ternyata " gumam Bora dengan posisi masih di dalam mobil dirinya belum turun. Ia masih menunggu jam mulai.

Tepat pukul delapan pagi Bora akhirnya bergabung bersama di ruangan terbuka bersama teman nya dan juga para murid nya. Minggu kedua di jadwal kan untuk anak anak TK sampai SD kelas enam, sedangkan Minggu pertama jadwal anak SMP dan SMA. Begitu hingga seterusnya.

Bersambung....