webnovel

KASIH KELUARGA YANG HILANG

Seorang anak lelaki bungsu yang bernama Andreas dari 6 anak bersaudara, periang, jiwa bersahabat, ramah dan menyayangi orang nya meskipun Andreas tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarganya dan selalu di acuhkan. Dalam kehidupan keseharian nya kerja adalah obat kerinduan akan kasih dari keluarga, orang tua yang tidak pernah adil dan saudara-saudara yang menganggap nya sebagai benalu. Benalu yang menjadi bank berjalan bagi keluarga nya, dia hanya di perlukan ketika keluarga nya dalam masalah, sakit hati sudah biasa di rasakan nya, kepedihan sebagai anak yang tidak pernah di perhatikan dirasakan dalam setiap relung kehidupan nya. Seorang gadis yang disukai nya bernama Indah, yang membawa nya ke harapan kehidupan yang bahagia, perhatikan dan kasih sayang tulus buat Andreas. Tapi percintaan nya tidak lah mulus, di karena kan Abang-abang nya belum menikah, adat istiadat yang masih di pegang orang tua menjadi penghalang nya untuk merajuk rumah tangga yang bahagia bersama indah akhirnya pupus. Indah calon istri nya dinodai oleh Abang nya Sulung nya. sehingga Indah wanita yang disayangi nya memilih untuk mengakhiri hidup nya dengan cara bunuh diri. Kehidupan Andreas berubah berbanding terbalik, yang dulu nya sangat menyayangi orang tua kini menjadi tidak perduli, bahkan sengaja menghindari nya. Dingin, acuh tak acuh dan pendiam itu lah Andreas setelah di tinggal oleh Indah wanita yang di cintai nya. Apakah Andreas bisa menemukan cinta baru? bagaimana perlakuan Andreas kepada orang tua nya lagi? ini lah kisah Andreas kisah cinta dan keluarga.

parles_nababan · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
11 Chs

KASIH SAYANG YANG BERBEDA

Nama ku Andreas, biasa di panggil Andre kini umur sudah 16 tahun dan saat ini saya bersekolah di SMK Negeri Peternakan di kampung ku, mayoritas penduduk disini adalah peternak itu lah sebabnya pemerintah melalui dinas pendidikan membuka SMK peternakan disini.

Saya adalah anak bungsu dari 6 bersaudara dan semuanya laki-laki, jarak kelahiran kami relatif singkat hanya berjarak dua tahun saja.

Abang paling besar Iman dan yang kedua bernama Gilbert kedua Abang ku itu kuliah di kota, Rivan dan Rado tidak melanjutkan pendidikan nya karna bebal, Evan sedang menunggu pengumuman pendaftaran Akademi maritim. Dan saya Andre duduk di kelas dua SMK Peternakan.

saya sudah terbiasa dan sangat nyaman tinggal sama Uda ku, oh iya Uda itu adalah panggilan untuk adek laki-laki dari ayah.

Uda Paima dan bapak ku kakak beradik kandung, sementara orang tua mereka sudah meninggal.

Biaya sekolah dan keperluan lainnya selalu Uda Paima yang menyediakan, karena itu saya kerja di peternakan Uda Paima, peternakan ayam, bebek dan kerbau.

Saya sudah kerja sejak SD disana, bukan di paksa tapi memang saya suka, dan itu lah sebabnya saya milih sekolah di SMK peternakan ini, dan jika ada rejeki ingin melanjutkan kelak di perguruan tinggi jurusan yang sama. Sementara Abang-abang selalu jijik jika berdekatan dengan hewan, dan itu lah sebabnya Abang-abang semua tidak pernah ke rumah Uda Paima, bagi mereka Uda Paima sangat menjijikkan persis seperti hewan ternaknya.

Saya biasa memanggil nya Udah Paima, karna sampai sekarang 12 tahun pernikahan Uda ku ini belum punya keturunan, tetapi Sampai sekarang Uda Paima bersama Istrinya yang ku panggil Inang Paima sangat harmonis.

Uda Paima pernah berkata kepadaku bahwa tujuan utama pernikahan bukan lah untuk memperoleh anak atau keturunann, tapi karena murni cinta dan kasih nya kepada istrinya, begitu juga inang Uda ku ini sangat menyayangi Suami nya. itu lah membuat mereka bertahan sampai sekarang walaupun cibiran dari tetangga yang mengatai mereka pasangan mandul, termasuk mamak ku juga berkata demikian.

tapi itu semua adalah angin lalu buat pasangan yang ku sayang ini, Uda Paima dan istrinya, karena mereka tidak makan dari omongan tetangga dan juga tidak pernah mintak apapun dari keluarga kami.

Uda Paima adalah sarjana peternakan dari salah universitas negeri ternama di ibukota Sumatera Utara, dan Uda Paima lah yang menjadi pelopor perkembangan peternakan di kampung ini.

Segala Ilmu peternakan saya peroleh semua itu dari Uda Paima, itu lah sebabnya saya sangat menyukai Uda Paima, di tambah lagi Inang Uda Paima ini ramah, perhatikan dan kasih nya sangat tulus kepada ku.

Seperti biasa nya saya di rumah cuman hari Sabtu dan Minggu, di sore hari ini kulangkah kaki pulang ke rumah orang tua ku sambil membawa telur ayam dan telur bebek, hasil peternakan Uda Paima, dan saya bekerja membantu Uda Paima.

Baru saja nyampe di pintu rumah mamak sudah menghampiri ku, sepertinya ingin menanyakan sesuatu hal.

"Andre... ada uang mu di kasih Uda mu?"

"mana lah ada Mak...

jika pun ada itu untuk membayar biaya sekolah ku."

"pelit kali lah Uda kau itu.

seratus ribu ada kan di kasih Uda mu?

Mamak langsung menggeledah kantung celana dan baju ku, dan mamak mengambil uang dua ratus ribu yang di kasih Uda Paima.

"bohong aja kerja mu, ini kan uang Andre."

"iya Mak....

emang nya itu untuk apa Mak?"

"Abang mu si Evan mau malam mingguan, katanya pacarnya ulang tahun, nah ini buat beli hadiah untuk pacar nya."

Ya Tuhan ku.....

bang Evan yang punya pacar kok uang ku yang jadi korban, ku pandangi mamak yang berlalu sambil mencari bang Evan.

Buat abang-abang ku selalu ada tapi untuk ku disuruh mintak dari Uda Paima. setelah memberikan uang itu ke bang Evan, mamak kembali menemui ku, di ambil nya telur yang sudah ku pegang dari tadi.

"mamak mau masak telur itu ya?"

"ngak...

mau mamak jual sama tetangga sebelah tambahan untuk di kirim ke Abang mu."

"Mak... sini lah satu telurnya."

Setelah satu telur ditangan ku, kulihat mamak menuju rumah tetangga, dan ku langkahkan kaki ini ke dapur kulihat nasi tidak ada, dan apapun bahan makanan di rumah tidak ada, kecuali beras dan garam.

Ku masak nasi di alat penanak nasi itu, satu-satunya alat elektronik di rumah ini dan televisi tabung di ruang tamu.

Ku ambil sisa uang uang ku letakkan di bawah sepatu yang ku pake, untuk membeli bahan makanan di warung. saya memang membagi uang ku saat datang ke rumah ini, karna sudah tau kalau mamak akan menggeledah ku saat sampai di rumah.

Dari warung ku beli sayur dan Ayam potong beserta dengan bumbu Rendang, karna bapak suka ayam rendang.

sesampai di rumah ku masak ayam potong yang ku beli, setelah selesai masak ku bersihkan alat-alat masak nya dan selesai itu saya pun mandi.

Baru aja keluar dari kamar mandi, mamak, bapak, bang Rivan dan bang Rado sudah makan di meja makan yang sudah usang itu.

Ku ambil nasi dari penanak nasi itu dan menuju meja makan itu, kulihat ayam rendang nya sudah habis, 2 kilogram ayam yang ku masak rendang ludes bahkan bumbu nya tidak bersisa.

"Mak..... kok di habis kan semua, kenapa ngak disisakan Sama ku.?

"Andre uang mu masih ada, beli aja itu mi ayam nya kak Berta di sebelah."

"iya nih Andre payah kan tinggal beli"

Bang Rado menanggapi perkataan Mamak, tapi bagi ku itu adalah hinaan. nasi yang di Piring ku bawa lagi ke Dapur, ku masak telur dadar yang ku ambil sebelum mamak menjual nya tadi sore.

Akhirnya saya bisa makan dengan lauk telur dadar dekat perapian ini, ku masukkan nasi itu ke mulut ku, segenggam demi segenggam tak terasa air mata ku menetes begitu saja. ku lap air mata ini dengan lengan kiri ku, karena laki-laki pantang menangis, itu adalah prinsip ku yang sering ku ingkari.

Akhirnya selesai juga makan, kulihat mamak di kamar mandi hendak mau cuci piring.

"Mak... biar Andre aja yang cuci piring ya, mamak istirahat aja ya.

"ya dah sekalian ya mang baju Abang mu di cuci kan juga."

Ya Tuhan ku.....

saya hanya ingin meringankan pekerjaan mamak ku, tapi kenapa saya seperti budak, saya masak dengan uang ku, tapi saya makan dengan telur dadar, kenapa harus saya yang harus mencuci baju Abang ini?.

Mengeluh lah bukan saat nya ku kerjakan semua nya itu supaya bisa cepat istirahat, setelah selesai mencuci piring dan pakaian, ku langkahkan kaki ini ke ruang tamu, ku buka kembali buku-buku pelajaran ku, ku selesai kan PR Sekolah yang belum selesai ku kerjakan, dan setelah nya ku rapikan kembali ke dalam tas, tanpa terasa mata ini sudah mulai ngantuk.

ku bentang kan tikar pandan itu dan mengambil bantal dan selimut, ku rebahkan badan ini diatas tikar pandan ini, rumah ini hanya punya 3 kamar saja, satu kamar buat bapak dan mamak dan dua nya lagi buat abang-abang ku, dan kamar itu tidak pernah ku pijak, Karena tidak di ijinkan oleh Abang-abang, karena mengingat semua perlakuan yang menurut ku tidak lah adil air mata mengalir lagi, prinsip hidup yang ku langgar untuk kesekian kali nya.

Kesedihan ku ini akhirnya ku bawa dalam tidur ku, biar malam ini yang menjadi saksi akan hal yang kurasakan.