webnovel

1.8

Karma Dari Sang Pelakor

BAB 8

______

Mira mencoba menenangkan dirinya, ketika ia mendengar sebuah kenyataan bahwa pria yang menjadi kekasihnya saat ini, telah beristri.

Mira mencoba mengatur nafasnya yang terasa hembusannya kian memberat.

Mira kemudian menatap kembali layar ponselnya. Lalu jemari Mira mulai menari di atas tombol pada ponselnya.

✉️ [Ambar, apakah kamu tidak salah lihat?] Mira mencoba menanyakan kepastiannya.

Tring!!!

✉️ [Aku sangat yakin! Itu adalah Dion. Dia sudah menikah beberapa tahun yang Lalu, dan sudah memiliki anak perempuan.]

Mira membaca pesan BBM yang ia terima, membuat mata Mira menjadi panas. Dengan dada yang seakan-akan di hantam dengan ribuan Jarum yang menusuk.

Mira menggenggam ponselnya kuat-kuat dengan dada yang sesak , "apa yang harus aku lakukan? Sebentara, perasaan ini sudah terlanjur dalam."

Guman Mira yang tanpa ia sadari, satu bulir kristal telah lepas dari sudut matanya, kemudian meluncur indah di pipi mulusnya.

Mira menyeka pipinya kasar. Ia kemudian menatap kembali ponselnya.

✉️ [Kamu kapan ke sini?] Tanya Mira kepada ambar.

Tring!!

✉️ [Dua hari lagi, aku ke kota Y. Kamu tidak sedang dekat dengan Dion kan?]

✉️ [Kita membahasnya nanti. Jika kamu kesini, karna aku ingin bertanya lebih banyak tentang Dion.]

Tring!!

✉️ [Baik. Tolong jemput aku di bandara jika aku tiba. Aku tidak bawa barang,]

✉️ [Ok. Kabari aku jika kamu sudah tiba di sini ]

Tring!!

✉️ [ Ok 😘 ]

Mira terduduk membumi, dengan benak yang kacau. Sesekali Mira menarik rambutnya Kasar, Bahwa kecurigaan Mira saat bertemu dengan Kirana adalah benar.

*****

Ambar, merupakan teman Mira. Saat Mira duduk di bangku SMA, dan Ambar tinggal di Kota T di mana Mira bersekolah.

Mira dan Ambar tidak sengaja bertemu di sebuah aplikasi berlogo F. Dan ternyata, Ambar juga kuliah di kota yang sama dengan Mira.

*****

Sekali lagi, Mira mencoba untuk menenangkan dirinya, "Sabar Mira, tenang. Tunggu hingga Ambar tiba, dan bertanya padanya. Setelah semua jelas, kau baru bisa mengambil keputusan." Mira mencoba menenangkan dirinya sendiri, menepis kenyataan bahwa Dion telah beristri.

Mira beranjak dari duduknya, Ia kemudian meraih jaket yang tergatung di pintu kamarnya. Kemudian memanaskan sepeda motor yang sudah 2 minggu tidak Mira kendarai.

Setelah sepeda motor telah panas, Mira mengeluarkan sepeda motor tersebut dari kamar kostan. Kemudian melaju mencari makan.

Kini Mira sedang duduk di sebuah lesehan dengan lauk ayam gorang dengan lalap di hadapannya. Mira pun mulai menikmati hidangan yang sudah tersedia.

Tring!!

Mira meraih ponselnya yang ia taruh di atas meja, saat ia sedang makan.

✉️ [Sudah sampai belum? Kenapa kamu tidak memberitahuku?] Isi pesan yang di kirim oleh Dion.

Mira menatap layarnya dengan pandangan sendu. Membuat nasi yang ia telan tarasa seperti duri yang mengganjal di tenggorokannya.

✉️ [Maaf! Aku sedang makan ]

Tring!!

✉️ [ Sangat susah ya? Hanya memberiku kabar? Ya sudah lanjutkan makanmu. Makan yang lahap ya Sayang!]

Setelah membaca pesan Dion, Mira menaruh kembali ponselnya di atas meja. Ia tidak ingin membalas pesan dari Dion, karna saat ini. Hati Mira masih terasa perih mengingat kembali pesan Ambar yang ia baca.

Mira menatap makanannya dengan kehilangan nafsu makan. Akhirnya, Mira menyudahi makan malamnya. Kemudian membayar makanannya, lalu beranjak dari lesehan tersebut.

Sesampainnya di kamar kostan, Mira langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Seraya iris matanya menatap nalar ke arah langit-langit.

"Haaaa!!" Mira membuang Nafas berat.

' Sekali jatuh cinta, malah mendapatkan suami orang. Bukankah itu lucu?' Batin Mira yang menyesali keputusannya.

Drrtt! Drrtt!

Bunyi dering ponsel, membuyarkan lamunan Mira. Dengan cepat, Mira merogoh saku celananya lalu meraih benda pipi yang terselip di saku depan celana jeans yang ia kenakan.

Mira menatap layar ponsel ' MY LOVE MEMANGGIL' Dengan bimbang, akhirnya Mira menekan tombol Hijau untuk menjawab.

📞 [Halo!] Ucap Mira lemas , ketika panggilan telfonnya tersambung.

📞 [Kau ini kenapa? Kenapa kau tidak mengabariku? ] Tanya Dion dari sebarang sambungan.

📞 [ Ya maaf, tadi aku sedikit kerepotan. Jadi tidak sempat mengabarimu.] Sahut Mira berkilah.

📞 [Terus, sekarang ada di mana? ] Tanya Dion.

📞 [ Di kamar, ] jawab Mira singkat.

📞 [ Apakah kamu makan dengan lahap?] Tanya Dion.

📞 [Yah!] Jawab Mira.

📞 [ Kenapa jawabanmu begitu irit? Sepertinya kau sedang malas berbicara denganku ] pekik Dion.

📞 [Tidak, bukan begitu. Aku hanya sedikit lelah. ] Mira mencoba memberi alasan.

📞 [ Ya sudah istrahatlah. Selamat malam,]

Tut..Tut..!!

Tanpa menunggu jawaban dari Mira, Dion langsung memutuskan sambungan telfonnya.

"Dasar pria pembohong, mau sampai kapan kau terus menyembunyikan statusmu?" Pekik Mira yang melempar asal ponselnya di atas kasur.

Mira mencoba memejamkan matanya, namun kenangannya bersama Dion terus mengganggu kosentrasinya untuk tidur. Mira Mencoba menepis segala tentang Dion. Namun, perlakuan Dion terhadap dirinya makin menari indah di dalam benak Mira.

Mira membuka matanya, Ia meraih ponselnya yang ia lempar tepat berada di atas kepalanya. Setelah meraih ponsel tersebut, Mira membuka galeri pada ponselnya. Di dalam galeri tersebut, terpampang foto-foto Dion bersama dengan dirinya yang tersusun rapih.

"Apa tujuanmu Dion? Kenapa kamu memberikan harapan itu. Yang kenyataannya kau sendiri sudah beristri?" Guman Mira menatap foto Dion di dalam galeri ponselnya.

Melihat tawa lepas Ia dan Dion dalam foto pada ponselnya, membuat Hati Mira teriris. Andai ia tidak buru-buru menerima Dion, mungkin saja. Hatinya tidak se 'sakit saat ini,

Mira tersenyum kecut, ketika Membayangkan Dion.

"Cih! Untuk apa aku memikirkannya, mungkin saja ini , Dia sedang bergelut riang bersama istrinya di atas ranjang," guman Mira menertawai dirinya sendiri. Kemudian menaruh ponselnya kembali sisi tubuhnya.

Sebenarnya, tubuh Mira sangatlah lelah. Karna menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan, Mira sangat butuh istirahat. Namun pikirannya membuat ia tetap terjaga hingga jam 2 dini hari.

Mira beranjak dari kasur busanya, Lalu menuju ke arah dapur untuk memanaskan air . Beruntung, Mira mendapatkan kamar kost dengan fasilitas yang telah di sediakan. Karna ada dapur, Kamar mandi yang tersedia di dalam kamarnya.

Setelah airnya mendidih, Mira kemudian membuat segelas susu Coklat. Berharap, dari segelas susu yang Mira minum. Bisa membuat pikirannya tenang, Dan ia bisa terlelap.

Mira menyalakan televisi, Lalu mulai menikmati beberapa siaran lokal yang di sajikan. Di temani dengan segelas susu coklat panas karna Mira sangat berharap, acara yang ia tonton bisa membuat matanya memberat. Namun kenyataannya, mata Mira memang tertuju ke layar TV. Namun pikirannya, jauh berkelana menelusuri jalan apa yang harus Mira ambil.

Drtt! Drtt!

Ponsel Mira berdering, di lihatnya. Nama kontak yang membuat Mira menghela nafas. Dengan terpaksa, Mira menjawab panggilan masuk tersebut.

📞 [Ya hallo!] Ucap Mira.

📞 [ Aku terus memikirkanmu, Sebenarnya apa yang terjadi?. Kenapa kau sengaja menghindar dari ku? ] Rentetan pertanyaan yang Mira dapatkan dari Dion.

" Haa!!" Mira menarik nafas dalam dan membuangnya.

📞 [ Memikirkanku? Kenapa kau tidak memikirkan istri dan anakmu saja ? ] Ucap Mira dengan suara yang terdengar bergetar.

📞 [Istri?Apa maksudmu? ] Sahut Dion dengan suara terdengar bingung.

📞 [ Dion! Jujurlah, mau sampai kapan kau menyembunyikan statusmu?. Apa gunanya kau berbohong?]

📞 [ Ok baik, aku akan terbang 1 minggu lagi untuk menemuimu. Beri aku untuk menjelaskannya kepadamu. Ok? ]

📞 [ Apa yang perlu kau jelasakan? Nyatanya aku harus jadi seorang Pelakor demi mendengar penjelasanmu?] Pekik Mira.

📞 [ Siapa yang menyebutmu pelakor? Kau bukan pelakor! ] Sahut Dion.

📞 [Terserah! Kamu mau datang mengunjungi atau tidak. Yang jelas, saat ini aku sangat lelah.] Ucap Mira yang kemudian memutuskan sambungan telfonnya.

Mira memeluk ponselnya dengan bahu terguncang. Menahan matanya agar tidak menangis, menahan suaranya agar tetap terdengar normal. Jelas sakit, selama ini. Mira mencoba agar tidak menjalin hubungan dengan pria mana pun, karna ia takut. Jika kuliahnya akan terganggu.

Namun, di saat Mira sedang berhadapan dengan skripsinya, Ia malah jatuh cinta dengan pria yang sudah beristri.