webnovel

Prolog

Pernah kepikiran nggak?

Ada dua orang yang semula asing satu sama lain. Yang satu sikapnya dingin, yang satu sikapnya ketus. Yang entah mengapa selalu bertemu dengan ketidaksengajaan, yang sebenarnya adalah skenario yang telah Tuhan rancang.

Tapi lucunya, mereka tidak pernah sadar selalu bertemu. Atau mungkin memang belum waktunya mereka sadar, belum ada momen yang tepat, yang benar-benar menjadikan mereka bertemu.

Pertemuan yang akhirnya memaksa mereka untuk saling mengenal, dan berujung pada potongan-potongan kisah seperti episode yang bersambung lalu berlanjut lagi.

Perjalanan yang panjang hingga akhirnya sampai kepada satu kesimpulan.

Untuk mengenal mungkin mudah, namun memahami sangatlah susah. Karena terkadang yang terlihat bukanlah kenyataan yang sebenarnya.

Yang terlihat bahagia, bisa saja dia yang menangis paling lama. Yang terlihat tersenyum, bisa saja dia yang selalunya murung. Yang terlihat baik-baik saja, bisa jadi yang paling tidak baik-baik saja saat ini.

Pun begitu dengan seorang pendiam, yang terkesan dingin, tegar, cuek, dan ketus. Bisa itu hanyalah topeng dari kerapuhan. Rapuhnya yang tersembunyi terlalu sempurna. Rapuhnya yang terbungkus terlalu rapi.

Tapi ada juga menyadari, yang akhirnya tertarik mendekati. Bukan sekedar ingin mengenal tapi ingin menjadi paham.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Ada yang bilang, bunga matahari yang ditanam di gerbang depan fakultas selalunya mekar saat penerimaan mahasiswa baru. Bunga matahari itu seakan ikut bahagia, turut menyambut kehadiran para penghuni baru di fakultas ini.

Dan sepertinya yang Zehra dengar selama ini bukan sekedar ucapan seseorang, tapi sebuah kenyataan. Dimana matahari yang sama mekar di awal semester baru, yang membawa harapan agar impian juga bermekaran di tahun ini.

Bruk..

Zehra terjatuh bersama dengan setumpuk buku yang tadinya erat di tangan kini berserakan di lantai.

Setelah menikmati indahnya matahari mekar di gerbang depan fakultas, tak terbayang bahwa Zehra akan mengalami kesialan.

"Aduh," Zehra mengaduh.

Entah apa yang baru saja menabraknya atau bisa dibilang menubruknya, tabrakan sekencang itu bisa disebut tubrukan kan? Hehehe

"Maaf ya, gak sengaja." ucap si pelaku yang ternyata tidak ikut terjatuh.

Uluran tangan diberikan namun tidak ada respon dari Zehra, tangan Zehra justru sibuk membereskan buku-bukunya. Tanpa aba-aba dan tanpa komando, si pelaku berinsiatif membantu.

"Ini bukunya," buku-buku itu diberikan ke Zehra.

Masih dengan membisu Zehra menerima buku-buku itu, lantas pergi berlalu masih dengan membisu. Tak satupun kata terucap, kesunyian mengiringi tapak kakinya yang semakin terdengar pelan tanda mejauh. Dan kesunyian pula yang tertinggal menemani si pelaku, yang bernama asli Juna.