webnovel

Prinsip Tiara

Revan membuyarkan lamunan Tiara dengan menepuk pundaknya, Tiara pun tersentak dan menjadi bingung karena merasakan sentuhan serta senyum dimple dari Revan.

"Kami lucu, Ra," ucap Revan.

Lagi-lagi Revan membuat Tiara bingung dibuatnya, Revan mengambil alih mouse yang ada di tangan Tiara, saat itu juga Tiara memajukan tubuhnya agar tidak bersentuhan dengan Revan.

"Masukin Id sama password," titah Revan.

Tiara mengerjapkan matanya dan berkata, "Lo geser."

Revan dibuat bingung oleh perkataan Tiara, detik berikutnya Revan baru menyadari kalau dirinya seperti sedang memeluk Tiara dari belakang.

"Eh, sorry. Gue nggak ada niat kayak tadi, habis lo bengong tadi, kan."

Revan pun kembali ke tempat duduknya dan mulai memegang kendali mousenya, sesekali melihat ke arah Tiara apa dirinya sudah log ini atau belum.

"Room delapan puluh delapan, Ra," ucap Revan.

Tiara pun mencari dan avatarnya sudah masuk satu room dengan milik Revan, Tiara merasa ada yang ganjil dan segera bertanya.

"Mana lagi orangnya?"

"Sebentar, gue invite dulu."

Dua avatar lainnya pun masuk ke dalam room buatan Revan.

"Loh, kok diubah?" tanya Tiara dengan cepat.

"Kita couple-an disini," jawab Revan santai.

Tiara menelan salivanya karena perkataan Revan, dirinya berusaha untuk tidak gugup karena mendengar hal tersebut.

"Sadar Tiara. Ini cuma game nggak relate. Jangan geer lo," kata Tiara dalam hati.

"Siap, kan? Pokonya satu babak kita harus jadi couple!" seru Revan.

Tiara hanya tersenyum getir dan mulai menaklukan keyboard untuk mencapai skor yang sudah ditentukan untuk avatarnya menjadi couple. Sebelum game dimulai, Tiara dan Revan terlebih dahulu memakai headphone untuk mendengarkan lagu yang sudah di set. Tangan Revan dan Tiara seirama dengan lagu beserta menekan tuts yang berada diatas keyboard, terkadang kaki Tiara bergerak karena menikmati alunan lagu yang didengarnya, begitupun dengan tubuh Revan untuk terlarut dalam lagu yang dipilihnya.

"Oke, dua lagi, Tiara!" seru Revan.

Tiara mendengar seruan Revan, semangat Tiara pun tak kalah hebohnya untuk mencapai skor yang sudah direncanakan sejak pertama permainan. Dengan cepat Tiara mengklik tulisan terima setelah permainan selesai, Revan langsung teriak heboh, untung saja warnet masih sepi jadi tidak mengundang perhatian orang.

"Ok, sekarang kita selesaikan misi satu per satu," ucap Revan bersemangat.

Mendengar perkataan Revan, Tiara pun bertanya, "Kenapa harus heboh, ini hanya permainan. Lagi pula untuk mencapai ini sangatlah mudah."

Revan melepas headphonennya dan melihat ke arah Tiara untuk menjawab pertanyaan Tiara.

"Ini memang mudah, hanya sekali main bisa langsung couple, tapi gue nggak sembarangan ngajakin couple-an sama orang. Siapa tau bisa jadi couple beneran."

Tiara tersedak salivanya sendiri karena mendengar perkataan Revan, dengan secepat kilat Revan keluar untuk mengambil minuman di showcase dan membelinya

"Nih, minum," titah Revan sambil memberikan minuman soda.

"Gue nggak minum soda langsung, harus ada es batu," ucap Tiara.

Revan langsung keluar lagi dan menanyakan apa tersedia es batu.

"Nggak ada es batu, emang gue dagang es. Beli yang lain aja," jawab empunya warnet.

Revan pun mengambil minuman rasa jeruk di showcase dan kembali ke dalam lagi.

"Nggak ada es batu, bersodanya gue aja yang minum. Lo minum ini aja," ucap Revan memberikan minuman rasa jeruk.

Revan pun membuka minuman soda dan meminumnya sendiri, diapun bertanya kenapa Tiara minum bersoda harus pakai es batu.

"Beda aja rasanya," jawab Tiara.

"Oh iya, gue boleh mengenal lo lebih dekat lagi nggak? Itu kalau boleh, kalau nggak juga nggak apa-apa," kekeh Revan.

'Nih orang daritadi bikin spot jantung gue teru. Maunya apaan sih,' batin Tiara.

Tiara tidak menjawab pertanyaan Revan justru dia melamun karena menyelidiki di balik sikap Revan yang tiba-tiba ingin dekat dengannya. Lamunan Tiara buyar saat mendengar getaran handphone di dalam tasnya. Dilihatnya nama yang tertera dan memastikan jam saat ini, lalu dia menjawab panggilan tersebut.

"Lo lagi istirahat ya?" tanya Tiara.

"Iya lah, kenapa lo nggak masuk?" Zia balik bertanya.

"Sebenarnya tadi gue udah rapi, cuma ya ... gue bangunnya kesiangan, Zi," jelas Zia.

"Kalau lo udah rapi terus kenapa nggak berangkat?" tanya Zia, "lo bolos?"

Zia mengatakan pertanyaan terakhirnya dengan pelan.

"Nanti gue chat alasannya," jawab Tiara tengah berbisik juga.

Revan yang melihat Tiara langsung tersenyum sendiri karena merasa lucu di matanya.

"Udah dulu ya, gue mau lanjut main." Tiara mematikan sambungan telepon dan melihat ke arah Revan yang tengah tersenyum.

Melihat senyum dimple Revan membuat Tiara merasakan jantungnya berdetak cepat, hingga menjadi salah tingkah.

"Kenapa nggak di jelasin langsung alasannya?" selidik Revan.

"Heu? A-alasan apa?" tanya Tiara.

Revan mendekatkan wajahnya pada Tiara, spontan membuat Tiara memundurkan kepalanya.

"Teman sebangku lo pasti menanyakan alasan kenapa nggak masuk, kan? Jawab aja kalau lagi sama gue," ucap Revan menarik kembali posisinya.

Tiara tidak ingin menjawab membalas ucapan Revan karena jika di balas akan semakin salah tingkah dan menjadi malu sendiri.

"Kita lanjut main lagi," seru Revan.

Tiara berdeham dan meletakkan jari-jarinya di atas keyboard lalu bermain lincah seperti yang di lakukan oleh Revan. Setelah satu jam bermain lagi, akhirnya Tiara menyerah untuk mengistirahatkan jari-jarinya, dia pun membuka akun sosial media untuk santai sejenak. Sesekali Revan melirik apa yang sedang di lakukan oleh Tiara, dia tidak ingin menganggu kesenangannya karena Tiara sangat fokus pada aktivitasnya sendiri.

"Waw, daebak," gumam Tiara (daebak = keren)

Kaki Tiara bergerak mengikuti irama yang di dengarnya lewat headphone, terkadang dia mengayunkan tangannya juga. Jika mendengar lagu kesukaannya dia terlarut dalam musik tersebut, bahkan dia tidak menyadari kalau Revan tengah memperhatikannya.

"Lo suka boyband itu?" Revan sukses membuat Taira terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba di dilontarkannya.

Tiara mengangguk dan melanjutkan aktivitasnya, dia lebih nyaman dengan dunianya sendiri. Tiara termasuk tipe orang yang introvert, dia lebih menyukai kesendirian dan hanya bergaul dengan beberapa orang saja. Baginya berada di lingkar pertemanan yang banyak akan membuat menyusahkan dirinya sendiri, terlebih saat dia adalah korban broken home semakin pula dia menutup diri dari orang-orang di sekitarnya. Hanya Zia yang bisa membuatnya bertukar cerita, tapi tidak semua di ceritakannya hanya yang menurutnya penting pasti Tiara bercerita. Bahkan Tiara mempunyai prinsip tidak ingin mengenal dekat atau berhubungan lebih dalam lagi karena jika berakhir berpisah itu hanya menyisakan luka bagi dirinya. Sebisa mungkin Tiara menjaga jarak dari setiap orang di sekitarnya.

Mata Tiara membulat sempurna saat membaca pesan yang ada di akun sosial medianya, setelah selesai membacanya dia langsung melihat ke arah orang yang mengirim pesan tersebut.

"Maksud lo apa nulis ini?" tanya Tiara.

Revan tidak mendengar pertanyaan Tiara, dengan ragu-ragu dia menyentuh lengan Revan dan bertanya sekali lagi. Revan langsung melepas headphonenya dan memeriksa apa yang di maksud Tiara. Detik berikutnya dia tersenyum dan melihat netra Tiara.