webnovel

Dipanggil

Akhirnya Revan hanya melihat kepergian Tiara begitu saja, detik berikutnya Revan naik ke motor dan menjalankannya. Dia pun menyusul dan mensejajarkan laju motor dengan jalannya Tiara.

"Ayo bareng, kalo nggak ikut nanti foto kiss kita gue upload ke sosial media," ancam Revan.

Tiara menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Revan, Tiara tidak percaya dengan ucapannya.

"Bohong!" sungut Tiara.

Revan mengeluarkan handphone dan memperlihatkan foto yang di maksudnya tadi. Tiara langsung meraih handphone tersebut, tapi berhasil ditarik oleh Revan alhasil Tiara tidak bisa mengambilnya. Merasa menang, Revan pun melancarkan ajakannya lagi. Dengan wajah kesal dan bingung Tiara naik ke motor Revan, senyum Revan mengembang di bibirnya.

"Lets go," kata Revan menjalankan motornya.

Sepanjang jalan menuju sekolah Tiara menundukkan kepalanya karena angkutan umum yang jalan sejajar dengannya adalah rata-rata murid sekolahnya dan juga teman sekelas. Di dalam hati Tiara merasa gelisah dan takut karena dia bisa melihat tatapan tajam dari beberapa pasang mata, sebenarnya kalau di perhatikan Tiara duduk dengan jarak yang aman dan tidak berdekatan dengan Revan hingga motor itu bisa di isi oleh satu orang lagi. Revan menyadari kalau duduk Tiara semakin jauh, tapi dia tidak ingin bertanya lebih lanjut karena bisa saja Tiara sedang bingung.Tiara tidak menyadari salah satu sepasang mata yang berada di dalam angkutan umum melihat Tiara dan Revan dengan tatapan tajam dan menahan marah.

Setelah Revan memakirkan motornya, Tiara langsung berjalan meninggalkan Revan. Dia tidak mengatakan satu kata pun karena sekolah sudah ramai, dia tidak ingin menjadi bahan gosip.

"Eh, ada hubungan apa lo sama Revan?" serang siswi yang bernama Nita.

Benar saja dugaan Tiara, pasti gosip sudah menyebar hanya karena dia satu motor dengan Revan.

"Jawab gue!" desak Nita.

Nita menarik tangan Tiara hingga ke dalam toilet dan menginterogasinya, sebelum berhasil masuk ke dalam Revan lebih dulu menarik tangan Nita dan membuatnya menabrak dinding di sampingnya. Nita merintih kesakitan dan menatap Revan tidak percaya.

"Mau apa lo sama Tiara?" tanya Revan sambil menarik tangan Tiara.

Tidak ingin terlibat Tiara langsung pergi meninggalkan Revan dan Nita yang sedang tersulut amarah.

Tiara langsung masuk ke dalam kelas dan menyimpan kepalanya di atas meja sambil menutup menggunakan tasnya. Zia yang melihat sikap sahabatnya langsung bertanya, tapi Tiara tidak menjawab satu kata pun.

"Tiara, lo kenapa?" bisik Zia mendekati telinga Tiara.

"Gue nggak apa-apa," jawab Tiara, datar.

Tiara menarik napas dalam-dalam dan melihat sahabatnya yang menunjukan wajah khawatir.

"Gwaenchana. I am ok," ucap Tiara sambil tersenyum.

"Gue siap kalau ...."

Kalimat Zia terhenti saat Revan menyerang Tiara dengan berbagai pertanyaan, Zia pun bingung dan melihat Revan serta Tiara secara bergantian. Tiara di selamatkan karena bel masuk berbunyi, meskipun Zia bertanya lewat tatapannya, Tiara tetap merespon dengan senyuman.

Tiara tidak memperhatikan penjelasan materi yang di terangkan guru biologi tersebut, pandangannya mengarah ke depan, tapi otak dan pikirannya entah kemana perginya. Lamunan Tiara tersadar saat suara sekelas menjawab pertanyaan dari sang guru biologi dengan kompak, Tiara pun mengikuti dan menjawab hanya dengan membuka mulutnya tanpa suara. Melihat guru biologi keluar, Zia langsung mencecar pertanyaan yang tadi pagi belum di jawab.

"Gue nggak apa-apa, Zi. Nggak ada," jawab Tiara meyakinkan sahabatnya.

"Lo nggak percaya sama gue?" tanya Zia dengan nada kecewa.

"Bukan gitu, Zia. Gue emang nggak ada apa-apa," jawab Tiara penuh penekanan.

Pergantian pelajaran pun di mulai dengan damai dan tenang, siswa siswi kelas IPA memang di kenal kalem dan tidak berisik.

Ketua kelas sehabis membantu sang guru membawakan buku tugas langsung masuk. "Tiara, nanti abis istirahat lo suruh ke bu Ayu."

Tiara terkesiap dan mengiyakan ucapan ketua kelas tersebut, Zia yang mendengar langsung bertanya dan Tiara pun mengangkat bahunya karena tidak tahu alasannya. Bel istirahat berbunyi, satu per satu siswa sisi berhamburan keluar untuk mengisi perut masing-masing.

"Lo mau kemana, Ra?" tanya Zia yang pergi tanpa berkata.

"Ke bu Ayu lah," jawab Tiara.

"Tadi 'kan disuruh abis istirahat bukan pas istirahat," jelas Zia.

Tiara terkekeh dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Akhirnya, Zia dan Tiara pergi ke kantin bersama.

"Mau pesan apa?" tanya Tiara.

"Biasa," jawab Zia.

Tiara dan Zia saling bergantian saat memesan makanan di kantin dan keduanya sangat akur hingga tidak bisa di pisahkan. Saat Tiara meletakkan makanannya, tiba-tiba seorang lelaki duduk di samping Tiara dan mencomot pilus yang ada di piring Tiara.

"Sejak kapan kalian dekat?" serang Zia.

Tiara menggeser duduknya dan memberi jarak dengan Revan, Zia tidak mengerti dengan situasi yang di depannya.

"Riko, gue mau es mangga," titah Revan pada teman sekelasnya.

"Nggak sopan, nyuruh-nyuruh orang," celetuk Tiara.

"Riko bukan orang, Beb. Dia itu teman gue," jawab Revan dengan santai.

Mendengar kata Beb, Tiara langsung tersedak kuah mie yang sedang di makannya. Dengan cepat Revan mengambil es teh manis Tiara dan memberikannya.

"Pelan-pelan dong," pesan Revan sambil menepuk pelan punggung Tiara.

"Revan!" panggil Zia.

"Apa?" tanya Revan tanpa melihat lawan bicaranya.

Setelah batuk Tiara reda, dia langsung menyingkirkan tangan Revan dari punggungnya dan menjauhinya. Detik berikutnya Tiara melihat ke arah Revan sambil menatapnya tajam dan bangun dari duduknya.

"Gue duluan, Zia."

Melihat Tiara pergi meninggalkannya, Zia langsung menatap Revan dengan tatapan tajam dan bertanya.

"Cepat atau lambat lo pasti akan tau. Jadi gini, Zi ..."

Revan menceritakan saat bersama Tiara seharian kemarin, Zia yang mendengar itu langsung terkejut dan menyangkalnya karena yang Zia tau Tiara sedang berhubungan dengan Faza.

"Jangan bohong lo, Van," kata Zia memastikan.

"Lo tanya aja sendiri," jawab Revan dengan santai dan meminum esnya.

Zia menghabiskan minumannya dan pergi meninggalkan Revan yang sedang terkekeh.

Tiara pergi ke ruangan BK kepanjangan dari Bimbingan Konseling dimana ruangan bu Ayu berada, sebelum mengetuk pintu Tiara bertanya-tanya ada apa guru BK memanggil dirinya.

"Masuk," saut bu Ayu dari dalam ruangan, "duduk!"

Tiara pun duduk dan melihat bu Ayu yang sedang memperhatikannya.

"Kemarin kamu kemana tidak masuk?" tanya bu Ayu menyelidik.

Jantung Tiara berdetak cepat mendengar pertanyaan yang diajukan oleh guru BK, di dalam hatinya bertanya-tanya apakah guru BK melihatnya bolos.

"Sama Revan?" tanyanya lagi, "bolos? berdua?"

"Sa-saya kemarin ..."

"Kamu itu siswi baik-baik, tidak pernah mendapat masalah. Meskipun Revan pintar dan mempunyai prestasi, tapi kelakuannya ibu tidak bisa mengerti. Apa kalian berdua punya hubungan khusus hingga bolos bersama?" Bu Ayu melihat Tiara dengan tatapan penuh selidik dan sangat menyayangkan sikap Tiara terlebih dengan Revan.

"Kenapa kamu diam saja, Tiara?" tanya bu Ayu lagi.