Angkasa melajukan motornya dengan cepat, dapat ia lihat disana Ghani sudah terkapar dan beberapa motor anak morgens terparkir berjajar disana
Angkasa mengertakkan giginya kuat, di tambahnya kekencangannya lalu ia tabrakan motor motor yang terparkir itu
BRUKKK
beberapa anak morgens yang asik menertawakan Ghani sontak menoleh melihat motor mereka sudah terpental
sang ketua morgens tersenyum sinis melihat kedatangan Angkasa dan anggota DTD lainnya
ia bertepuk tangan seakan akan menyambut kedatangan mereka "Hai Angkasa, lama ga ketemu ya" sapanya menepuk pundak Angkasa, Angkasa langsung menepisnya dengan kasar
tiga orang anggota DTD membantu Ghani untuk bangkit
"Bawa ke rs" perintah Angkasa
cowo itu tertawa renyah "Santai bro" ujarnya menepuk pundak Angkasa lagi
"Punya masalah hidup apasih lo." ucap Angkasa menahan tangan Faldo yang menepuk pundaknya tadi
"Ga ada, gue cuma punya satu keinginan, Gea." Angkasa tertawa remeh ia turun dari motornya dan langsung memberi satu bogeman mentah membuat Faldo jatuh tersungkur
Anak morgens yang melihat itu sontak langsung ingin menyerang, namun Faldo mengangkat tangannya memberi pertanda untuk tidak melakukannya
Angkasa duduk tepat di atas Faldo tatapan tajamnya bertemu dengan tatapan remeh milik Faldo, Cih! wajahnya saja sangat menyebalkan!
"Calm bro" ucap Faldo mendorong Angkasa
Angkasa sedikit tertawa "Ga ada pilihan tenang untuk lo, hanya sekarat atau mati" Angkasa mengucapkan itu dengan santai namun jika di dengar dan di lihat lagi, suaranya sangat mengintimidasi dan tatapannya benar benar menusuk tajam
"SERANG!" kedua kubu itu saling adu jontos, tak ada yang ingin mengalah kemenangan harus ada di antara kedua belah pihak
Angkasa menahan tangan Faldo kuat lalu ia memberikan satu tendangan telak di perut Faldo, membuat cowo itu jatuh untuk kesekian kali nya
Angkasa duduk tepat di atas Faldo, ia terus memberikan bogeman mentah tanpa memberi celah sama sekali
BUGH!!
BUGH!!
BUGH!!
"MATI LO BANGSAT" Angkasa mengangkat kepala Faldo lalu ia hantukan ke aspal
Elang yang melihat itu sontak berlari menahan bahu Angkasa kuat, jika tidak Faldo bukan hanya sekarat, ia bisa mati.
Mata Faldo berkedip dengan susah payah, anak morgen yang melihat itu sontak berlari dan mengangkat Faldo untuk di bawah ke rumah sakit terdekat
"SIALAN LO ANGKASA!" Seorang cewe berseragam SMA CENDANA 1 itu berteriak kencang, ia menatap tajam Angkasa sedangkan Angkasa hanya meliriknya sekilas saja
"Emang kalian itu IBLIS!" teriak gadis itu lagi seraya berjalan mundur, airmatanya turun dengan begitu derasnya
"Aurel! Ayo!" panggil salah seorang anggota Morgens yang di ketahui bernama Gevan
terdengar suara sorakan dan tawa dari anak DTD "Kita ke rumah sakit sekarang" Suara Angkasa membuat semuanya langsung diam dan bergegas ke rumah sakit
"Faldo bisa mati sa!" Ucap Elang menahan bahu Angkasa yang ingin beranjak
Angkasa menatap Elang datar "Itu konsekuensinya bukan? sekarat atau mati." Elang menelan salivanya kuat kuat, di tatapnya punggung Angkasa yang berjalan kian menjauh lalu menyalakan motornya dan berlalu dengan kencangnya
"Anjing!" umpatnya lalu menyusul anggota DTD yang sudah beranjak dari sana, termasuk Angkasa
mereka tiba di rumah sakit dengan cepat, mereka pun sudah menunggu tepat di depan pintu UGD
seorang dokter berseragam lengkap keluar membuat Angkasa sontak menahan lengan dokter itu
"Gimana Ghani buk?" Tanya Angkasa cemas
Dokter itu melirik ke seluruh Anggota DTD lalu ia mengangkat suara "Ga ada keluarganya aja?"
"Kami keluarganya buk!" teriak Zerkan salah seorang anggota
"eum, oke bisa satu orang saja yang ikut dengan saya ke ruangan?" Angkasa mengangguk mantap
ia melangkahkan kakinya mengikuti langkah kecil dokter itu dari belakang
"silahkan duduk" ucapnya mempersilahkan Angkasa untuk duduk di kursi yang tersedia di ruangannya
Dokter itu memasang wajah yang serius membuat Angkasa menjadi takut
"jadi, teman kamu mengalami patah tulang di bagian kaki karna hantaman benda keras"
____________________
___________
BRUKKKK
pintu markas terbuka dengan hanya sekali tendangan, hari ini adalah hari paling buruk bagi Angkasa, dimana ia harus menerima keadaan Ghani yang patah tulang.
Angkasa mencampakan tubuhnya di atas sofa itu, anak anak DTD tak ada yang berani menganggunya, jangankan menganggu mendekatpun mereka enggan.
Elang berjalan pelan menepuk pundak Angkasa "Ghani pasti sembuh" ujarnya berusaha menenangkan
Jika Angkasa sedang kalut seperti ini percayalah, hanya Elang yan berani mendekatinya Aksara dan Deo saja bahkan tak memiliki nyali untuk itu
"yang lo lakuin ke Faldo udah setimpal sa" ucap Elang lagi
"Dia memang pantas dapatin itu" ujar Angkasa menatap ke arah depan, sorot matanya yang tajam itu benar benar menakutkan, bahkan aura yang ia keluarkan berbeda dari biasannya
benda pipih di atas nakas milik Angkasa berdering ia melihat nama sang penelfon itu
Airin.
Angkasa tak berminat mengangkatnya, di silentnya handphonenya lalu ia letakan kembali disitu
"Nanti malam kita ngumpul lagi, silahkan bubar. kalau kalian masih mau disini bebas" Angkasa bangkit lalu mengambil minuman dingin di kulkas
banya anak DTD yang berpamitan untuk pulang saja hingga menyisahkan Angkasa, Aksara, Deo, Elang, Gibran, dan Alvan
Elang mencampakan obat merah, alkohol dan kapas pada Gibran dan Alvan
"Bersihin luka kalian"
"Makasih bang"
__________________
_______
Hari sudah larut, gadis bernama Airin Agatha itu belum bisa memejamkan matanya untuk tidur. Angkasa pramudya, cowok itu benar benar memenuhi otak dan fikirannya
sadari siang tadi Angkasa tak membalas satupun pesan gadis itu, Airin sudah mencoba menelfon Angkasa berkali kali namun Angkasa tak mengangkatnya sama sekali
Airin hanya cemas.
Airin merebahkan tubuhnya di kasur kingsize miliknya, ia menghela nafas pelan. matanya masih setia menatap layar ponselnya berharap Angkasa akan membalas pesannya
"Angkasa" lirih gadis itu pelan
TOK TOK TOK!!!
"Ai!" suara Damar membuat Airin mendegus sebal, ck!
"Masuk" sahutnya enggan untuk bangkit
CEKLEK
Damar masuk dan langsung duduk ditepi ranjang gadis itu "Gimana sama Angkasa?" tanya Damar tiba tiba membuat Airin memutar bola matanya malas
"Apa urusan lo!" ketusnya
terdengar helaan nafas panjang Damar "Masih deket?" tanyanya sekali lagi
"Gatau" jawab Airin
"Jauhin ya Ai, dia terlalu bahaya buat lo" Airin mulai jengah
"kalau gue ga mau gimana?" ujarnya melirik Damar
"Ai, dengerin gue. gue cuma ga mau lo kenapa kenapa" jelas Damar menatap lekat iris hitam pekat itu
Airin bangkit menyenderkan bahunya ke dinding "Gue gapapa Damar pradipa, Angkasa baik" Damar berdecak sebal mendengar itu
"Angkasa itu iblis Airin" tutur Damar mengoyang goyangkan bahu Airin
"Gue tau! ga usah urusin hidup gue. Dam, Angkasa urusan gue, Angkasa pilihan gue dan gue, menerima konsekuensinya" mendengar itu membuat Damar tak bisa berkata kata apapun lagi
"Oke, terserah lo." Damar bangkit dengan segera ia membanting pintu kamar Airin kuat, Airin memang gadis keras kepala!