Panas matahari mampu menyengat kulit para siswa, namun tidak dengan geng Fajar. Mereka sama sekali tidak kepanasan, berdiri di tepi lapangan yang di atasnya terdapat pohon besar dan rindang. Apalagi kalau bukan di hukum, bagi mereka ini sudah biasa. Gara-gara atribut tidak lengkap, hukuman jadi solusinya.
Padahal, para guru juga bermain curang. Menyuruh muridnya memakai sepatu hitam ternyata masih ada guru yang memakai sepatu coklat. Sangat tidak adil. "Ya Tuhan, kenapa cobaanmu ini sangat berat," keluh Bara sambil menatap langit.
"Rasanya hamba tidak kuat jika harus menahan beban yang sulit ini," tambah Malvin, hiperbola.
"Cemen lo pada. Baru segini doang udah ngeluh, gimana mau jadi atlet," kata Fajar.
"Bukannya gitu Boss, ini menyangkut harga diri seorang cogan kayak gue. Masa iya reputasi ketampanan gue turun gara-gara kena hukuman," ujar Bara.
"Tampan kalo playboy buat apa," ucap Angga, dingin.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com