webnovel

JONQUIL

Aku merelakan mu, karena aku mencintaimu. Bahkan ketika dunia meninggalkanmu, aku akan disana, saat matahari terbit atau tenggelam. Hal yang paling ku syukuri di dunia ini, adalah bertemu denganmu, menggenggam jarimu, dan tertawa denganmu dibawah rembulan. Karena cinta bukan soal seberapa lama kau mengenal mereka, tetapi seberapa mampu kau merelakan dan mensyukuri mereka. Peony adalah seorang mahasiswa di Universitas Canterbury, tiba-tiba sebuah masalah terjadi, melibatkan Peony dan pacarnya Peter yang menyebabkan Peony di skors dari kampusnya. Lalu, gadis itu kembali ke kampung halamannya dan bertemu teman kecilnya, Jacob. Tanpa di sangka, garis cinta antar teman masa kecil ini muncul, namun Peony masih sangat mencintai Peter. Lalu kepada siapa akhirnya Peony menautkan hatinya ?

wawfckitup · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
3 Chs

I'm back (2)

Tuan Rue membuka pintu dan menghidupkan mesin, lalu mulai menginjak gas secara perlahan dan meninggalkan lelaki yang sibuk dengan motor nya di jalanan.

"Peony, apa kau ingat Jacob?"

Peony tersontak dan mencoba mengingat sosok Jacob yang di tanyakan oleh ayah nya. Jacob, nama yang familiar tapi ia rasa dahulu dia tak memanggilnya dengan Jacob.

"Jake ???" Ia menatap ayah nya memastikan bahwa tebakannya tak salah.

"Yap, tadi itu Jacob, bukankah dia luar biasa ? Dia memiliki hobi yang sama dengan ku" Tuan Rue tertawa.

"Benarkah itu Jake ? Sejak kapan dia tumbuh setinggi itu?" Tanya Peony heran.

"Entahlah, tiba-tiba dia sudah sebesar itu. Sudah berapa lama kau tak bertemu Jacob sampai tak dapat mengenalinya ??"

"Mungkin 3 tahun, entahlah ayah, rasanya sudah lama" Peony kembali menatap keluar jendela mobil.

"Berkunjunglah ke perkemahan pinus mereka, kau harus banyak bermain selama disini. Keluarga Hazel pasti menyambutmu" Tuan Rue menatap putrinya, mencoba meyakinkan.

Peony yang sedari tadi tak berselera dan tak ada semangat untuk melakukan apapun, tiba-tiba mencoba mengingat lelaki bernama Jacob yang biasa ia panggil Jake itu.

Jake, Jacob Hazel, teman kecilnya. Lelaki Indian, dengan kulit kecoklatan, dan bermata sedikit sipit. Ingatan pertama nya pada Jacob adalah saat mencari biji pinus, hari itu, hari dimana Jacob pertama kali pindah ke Twizel. Jacob dengan rambut sedikit gondrong dan berantakan untuk anak usia 7 tahun.

"Jelek.." pikir peony.

#

"Ya, kita sampai, kau harus langsung ke kamar dan istirahat, ayah akan turunkan barang-barangmu" Tuan Rue membuka pintu dan menurunkan barang-barang dari asrama putri nya.

Peony turun dan memandangi rumah tua dua lantai dengan cat berwarna cokelat muda itu. Pohon peach di depan rumah yang buah nya sudah berjatuhan, dan bunga-bunga daisy yang tumbuh liar. Garasi mobil di samping rumah kini terbuka lebar dan terlihat beberapa alat mekanik dan juga motor-motor tua yang ayah nya coba perbaiki.

Peony membuka pagar kayu yang sudah diselimuti oleh mawar yang merambat, dan berjalan menuju teras rumahnya yang dipenuhi daun-daun pohon peach yang berguguran dari musim gugur tahun lalu. Ia membuka pintu kayu itu, lalu masuk dan memandangi pajangan dan foto-foto keluarganya yang masih terpampang rapi namun berdebu.

Hatinya menjadi tak karuan dan peony merasa gerah berada disana, ia menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua. Lalu, membantingkan tubuhnya ke ranjang berselimut abu-abu.

Didekapnya tubuhnya erat, meringkuk sendirian diatas kasur. Rasanya ia lelah, lelah sekali. Airmata yang tak terbendung membanjiri kasurnya. Ia tak bersemangat. Terutama ketika mengingat Peter. Peter Thyme adalah kekasihnya, mereka tidak putus. Beberapa masalah yang terjadi dan dampaknya hanya pada Peony. Karena itulah Peony merasa lelah, namun ia tak ingin kehilangan Peter.

Bodoh.

"Hey, kau mau tidur sekarang? Mau ayah gantikan terlebih dulu alas tidur mu?"

Peony terkaget melihat ayah nya yang sudah berdiri di depan pintu kamar.

"Tidak ayah, akan ku ganti sendiri nanti. Sebaiknya ayah istirahat, jangan cemaskan aku" Peony tersenyum kecil.

"Oke, apapun yang kau butuhkan, panggil saja aku dibawah"

Peony terdiam sejenak di atas tempat tidur, lambat laun, matanya terasa berat, dan gadis itu tertidur.

Dalam tidurnya Peony bermimpi tentang Peter yang menghilang, gadis itu menangis dalam tidurnya, menyisakan mimpi buruk yang membuatnya meraung ketakutan, kehilangan kekasih hatinya.

Tuan Rue yang mendengar tangisan putri nya itu segera berlari menaiki anak tangga menuju kamar Peony.

"Peony, apa kau baik-baik saja ??!! Peony !!! Peony !!!!" Tuan Rue mengguncang tubuh Peony.

Peony pun tersentak dan menyadari semuanya hanya mimpi. Namun airmata nya tak mau berhenti, dan menetes kian derasnya. Tuan Rue yang terduduk di sampingnya tampak kebingungan, apa yang sebenarnya terjadi pada putri nya, namun beliau menolak bertanya, berprasangka bahwa putri nya akan menceritakan apa yang terjadi jika semua sudah baik-baik saja.

"Kau harus mandi dan makan, ayah akan masakkan mie instan untukmu, bangunlah, ayah tunggu di meja makan" Tuan Rue berdiri dan keluar dari kamar Peony.

"Ayah, aku sedang tak lapar,"

"Ayah harus memastikan kau makan, tak ada alasan" Tuan Rue menutup pintu dan keluar.

Peony yang merasa lelah tertunduk dan memejamkan matanya. Kepalanya pusing dan matanya berat. Ia merasa hawa dingin dan panas datang bersamaan. Namun karena rasa bersalah pada ayahnya, gadis itu memutuskan untuk berdiri dan segera menuju kamar mandi.

Dilihatnya Tuan Rue sedang duduk di meja makan sambil mengaduk mangkuk berisi mie instan. Gadis itu duduk didepan ayah nya dan menatap mie instan yang baru saja masak dengan uap panas yang masih terbang diatas nya.

"Makan lah, besok akan ku masakkan beberapa lauk yang lezat, hari ini hanya ada mie. Nanti malam aku akan berbelanja di pusat perbelanjaan, kau mau ikut ?"

"Oke, aku ikut," Peony tersenyum menatap ayah nya.

Tuan Rue berpikir bahwa Peony sedang berada di titik terendah dalam hidupnya, dimana semangat nya telah pergi secara perlahan.

Lagi-lagi Peony melamun, pikirannya melayang, entah sebab masalah di kampus atau masalah kekasihnya. Ia tampak tak berselera untuk melakukan apapun.

Tuan Rue yang duduk didepannya memegang sumpit mulai menyeruput mie nya dengan cukup bersemangat.

"Bukankah mie ala korea adalah yang terbaik?" tanya putri nya.

"Oh ya, tentu saja, kau tau ayah menyukai selera Asia."

Peony menaikkan alisnya dan tersenyum kecil. Ayah nya memang pandai dalam hal menjadi ayah yang baik.

#

"Apa yang akan kita masak untuk besok?" Tanya Tuan Rue sambil menarik troli belanja.

"Entah lah, mungkin beberapa makanan kesukaan ayah."

"Mengapa makanan kesukaan ku? Aku harus memasak makanan kesukaanmu."

Peony menatap ayah nya yang sedang tampak sedikit kesal.

"Oke, makanan kesukaanku,"

"Tentu saja pasta pedas, mungkin dengan saus Arrabiatta?" Sela seorang lelaki paruh baya dengan kulit kecoklatan. Ya, keluarga Hazel. Tuan Hazel dan Nyonya Hazel sudah berdiri disamping kami.

"Waw, bagaimana kau tau?" Peony mengerutkan dahinya dan sedikit keheranan.

"Bagaimana aku tak tau? Pria tua ini selalu bercerita tentang putri kecilnya.." Tuan Hazel meledek temannya yang tampak kesal.

Peony memperhatikan sekitar, mencari sosok yang tak dapat ia temukan. Jacob.

"Jacob? Dia di sedang mencari beberapa dessert disana." Nyonya Hazel menunjuk kearah bagian makanan ringan.

Gadis itu segera menghampiri Jacob.

Tampak seorang lelaki bertubuh tinggi dengan jaket kulit cokelat dan juga berambut hitam legam.

"Hei," sapa Peony pada lelaki itu.

"Oh hei, Peony.." Lelaki itu tampak terbelalak kaget.